Anda di halaman 1dari 24

TERJADINYA COVID-19 DI

INDONESIA
DISUSUN OLEH
1. Andi Widiya Astuti (18004)
2. Annisa (18005)
3. Annisa Safa Stephanie (18007)
4. Benazir (18009)
5. Desti Alfiyah (18012)
Dosen Pembimbing :
6. Gita Atiatul Habibah (18024)
Ns. Ari Susiani M.Kep
7. Hera Nurul Fauziah (18025)
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Sejarah Penyebaran COVID-19


Penyebaran COVID-19 di Indonesia, Pemerintah mengumumkan
secara resmi kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada tanggal
2 maret 2020. Dua warga Indonesia yang positif mengatakan
bahwa melakukan kontak langsung dengan warga Negara Jepang
yang sedang berkunjung ke Indonesia. Tanggal 11 maret 2020,
untuk pertama kalinya ada kasus meninggal diakibatkan karena
virus corona tersebut. Korban yang meninggal adalah pria berusia
59 tahun warga asal solo. Diketahui dia tertular setelah
menghadiri seminar di Bogor pada bulan Februari. Penyebaran
virus corona di Indonesia ini tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Per hari ini, jawa timur mencatat kasus baru terbanyak di
Indonesia dengan jumlah 223 kasus, sehingga total 3.886 kasus
Dalam hal ini, Penegakan Hukum di awal munculnya virus di
Indonesia. Pemerintah Indonesia di tinjau berdasarkan Pasal
154 Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, menyatakan Pemerintah wajib mengumumkan
bagian wilayah yang menjadi sumber terjangkitnya penularan
penyakit ke banyak masyarakat. Pemerintah wajib
mengungkap jenis dari penyakit yang penularannya menyebar
dengan cepat. Fakta dari Pemerintah dalam melindungi
jaminan kesehatan masyarakat dikatakan lamban untuk
menyebarkan informasi terkait kasus yang memakan korban
banyak karena adanya virus yang sangat berbahaya ini.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Etiologi COVID-19
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah keluarga besar
virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
. manusia. Pada manusia, beberapa corona virus diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Serve Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan corona virus yang terbaru adalah yang menyebabkan
COVID-19. Infeksi COVID-19 disebabkan oleh virus corona itu
sendiri. Kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain
pada umumnya, seperti melalui Percikan air liur pengidap (bantuk
dan bersin), Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi,
Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang
yang terkena percikan air liur pengidap virus corona, Tinja atau
feses (jarang terjadi). Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi
belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata gejala yang timbul
setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Manifestasi Klinis COVID-19


 Ciri-ciri Terinfeksi Virus Corona

Tingkat Rendah Tingkat Tinggi


 Sulit bernapas atau napas pendek
1. Demam  Nyeri atau sakit pada bagian dada
2. Batuk  Pusing atau tidak mampu berdiri dan
3. Sesak napas menggerakkan tubuh
 Bibir atau wajah tampak membiru
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Proses Klasifikasi COVID-19


Virus menyebar melalui tetesan air liur yang muncrat dari
mulut orang akibat batuk atau bersin, yang kemudian masuk
ke tubuh orang yang berada di dekatnya melalui mulut,
hidung dan mata. Saat virus ini berkembang, mereka mulai
menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Gejalanya biasanya mulai
terasa di belakang tenggorokan, berupa rasa nyeri
tenggorokan dan batuk kering. Lalu virus dengan cepat
merambat masuk ke saluran pangkal paru-paru, hingga
masuk ke paru-paru.
Virus sepertinya mulai bergerak dari wilayah pinggiran
kedua belah paru-paru, dan mungkin butuh waktu untuk naik
ke saluran pernafasan atas, trakea dan pusat pernafasan
lainnya. Pola ini membantu menjelaskan kenapa di Wuhan,
banyak kasus yang tidak bisa diidentifikasi pada awalnya.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan mengawali
dengan anamnesis atau wawancara medis. Di sini dokter akan
menanyakan seputar gejala atau keluhan yang dialami pasien.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan darah untuk membantu menegakkan diagnosis.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil
sampel dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. Untuk
kasus yang diduga infeksi novel corona virus, dokter akan
melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal,
dan PCT/CRP. Sebagaimana dokter berkewajiban untuk
bertanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan tidak
terencana.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Penatalaksanaan
Upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi
virus corona. Contohnya:

1. Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa


sakit, demam, dan batuk. Namun, jangan berikan aspirin
pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada
anak di bawah empat tahun.
2. Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk
membantu meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
3. Perbanyak istirahat.
4. Perbanyak asupan cairan tubuh.
5. Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami,
segeralah hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.
Bila pasien mengidap infeksi COVID-19, dokter akan merujuk ke
Rumah Sakit Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinas Kesehatan
(Dinkes) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa
alasan, dokter akan melakukan:
1. Tindakan Isolasi.
2. Serial foto toraks sesuai indikasi.
3. Terapi simptomatik.
4. Terapi cairan.
5. Ventilator mekanik (bila gagal napas).
6. Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Faktor Resiko COVID-19


Laki-laki perokok aktif adalah faktor risiko dari infeksi Covid-19. Begitu
pula dengan pasien yang sudah ada penyakit bawaan seperti diabetes
mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular (perokok, diabetes
mellitus, serta hipertensi) terdapat peningkatan pada reseptor ACE2. Pasien
lanjut usia yang memiliki komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular,
hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan diabetes mellitus memiliki faktor
risiko lebih besar terkena SARS-CoV-2. Pengguna (ARB) angiotensin
receptor blocker berisiko tinggi terkena Covid-19. Pasien dengan kanker
lebih rentan terhadap infeksi daripada orang yang tidak memiliki kanker,
karena keadaan imunosupresif sistemik mereka disebabkan kemoterapi dan
pembedahan. Karenanya, pasien kanker memiliki risiko tinggi terkena
Covid-19 dan prognosisnya buruk. Menurut Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), faktor risiko yang paling penting adalah kontak
langsung dengan penderita Covid-19. Baik itu tinggal serumah, atau
memiliki riwayat berpergian ke tempat pandemik. Tenaga medis adalah
salah satu risiko paling tinggi tertular SARS-CoV-2 ini.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Upaya Mengurangi Resiko


 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air
selama 20 detik hingga bersih.
 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat
tangan dalam keadaan kotor atau belum dicuci.
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang
yang sakit.
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda
yang sering digunakan.
 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk
dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan
hingga bersih.
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas
kesehatan ketika mengalami gejala penyakit saluran
napas.
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Penurunanan Angka Saat


Dilakukan Vaksinasi
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, vaksinasi
untuk kaum lansia diberikan setelah Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) pada Jumat (5/2/2021) menerbitkan izin vaksin
CoronaVac dari Sinovac bagi orang dengan usia di atas 60 tahun,
berdasarkan uji klinis ke-3 di sejumlah negara di luar Indonesia.
Hingga Sabtu, 13 Maret 2021, jumlah orang yang sudah divaksin dosis
kedua mencapai 1,4 juta, sementara jumlah orang yang baru
mendapat vaksin Covid-19 tahap pertama berjumlah 3,9 juta.
Persentase orang yang divaksin dibandingkan jumlah populasi
Indonesia masih kecil, dibandingkan di Amerika Serikat dan Israel.
 
Penurunan jumlah pasien positif terjadi karena banyak faktor. Di
Indonesia, penurunan itu justru terjadi karena faktor pengetesan dan
pelacakan yang belum baik. penurunan jumlah kasus harian perlu
direspons secara hati-hati. Jumlah tes di Indonesia masih tergolong
kecil dibanding jumlah populasi. “Kita belum pernah di atas 100 ribu,
padahal situasi mengharuskan,” (Epidemiolog dari Griffith University,
Dicky Budiman).
2019-nCoV
CORONAVIRUS

Kebijakan Pemerintah Dalam


Penanganan COVID-19
Dalam rangka penanganan Covid-19, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar yang merujuk pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan.
Peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar, serta Keputusan Presiden tentang Kedaruratan Kesehatan.

Untuk menganggulangi dampak Covid-19 dari segi ekonomi dan sosial pemerintah mengambil beberapa
kebijakan-kebijakan, yang diantaranya adalah:
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/Pmk.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk
Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona; Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 11 /Pojk.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical
Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019; dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Selain itu pemerintah juga mengambil kebijakan seperti keringanan biaya listrik, keringanan kredit, dan
menggelontorkan anggaran Rp. 405,1 triliun untuk memenuhi kebutuhan ditengah wabah Covid-19 melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2020 sebagai wujud bantuan kepada masyarakat.
.

TERIMAKASIH
ATAS PERHATIAANNYA

Anda mungkin juga menyukai