Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO

ASKEP KEGAWATDARURATAN PADA


PASIEN
DENGAN FRAKTUR DAN DISLOKASI

Felix Roynaldo Falirat


Faramita Hangkiho(1714201252)

Kelompok III
Fransiska N. Ausa(1814201181) Alwina P. Pelealu (1814201029)

MK : Keperawatan Gawat Darurat


Dosen : Ns. Ferdinand Koampa, S.Kep.,M.Kes
FRAKTUR

Pengertian Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya


kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2000 : 347).

Etilogi Fraktur
Cedera Traumatik
Cedera Patologik
Secara Spontan
Patofisiologi
Tanda & Gejala Pemeriksaan Penunjang

a. Deformitas
a. Foto Rontgen
b. Bengkak
b. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat
c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan
d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur lunak.
e. Tenderness/keempukan c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot d. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat
berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan ( hemokonsentrasi ) atau menrurun (perdarahan
struktur di daerah yang berdekatan. bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi trauma multiple)

dari rusaknya saraf/perdarahan) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres


normal setelah trauma
h. Pergerakan abnormal
e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
kehilangan darah transfusi multiple atau cedera
j. Krepitasi (Black, 1993 : 199).
hati (Doenges, 1999 : 76 ).
Penatalaksanaan

Fraksi terbuka
 Pembedahan debridement
Fraktur Reduction dan irigrasi
Manipulasi atau penurunan tertutup,  Imunisasi tetanus
manipulasi non bedah penyusunan
Fraktur Immobilisasi  Terapi antibiotic
Kembali secara manual dari
fragmen-fragmen tulang terhadap  Pembalutan (gips) prophylactic
posisi otonomi sebelumnya.  Eksternal Fiksasi  Immobilisasi (Smeltzer,
Peralatan traksi :
 Internal Fiksasi 2001)
 Traksi kulit biasanya untuk
pengobatan jangka pendek  Pemilihan Fraksi
 Traksi otot atau pembedahan
biasanya untuk periode jangka
panjang.
DISLOKASI

Pengertian
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis
(tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth).

Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor
predisposisi, diantaranya
 Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
 Trauma akibat kecelakaan
 Trauma akibat pembedahan ortopedi
 Terjadi infeksi di sekitar sendi
Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital
yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan
stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada
Manifestasi Klinis
sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan
a. Nyeri
struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi
mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh b. Perubahan kontur sendi
darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan c. Perubahan panjang
yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan ekstremitas
adanya reposisi dengan cara dibidai. d. Kehilangan mobilitas normal
Klasifikasi e. Perubahan sumbu tulang
a. Dislokasi congenital yang mengalami dislokasi
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
f. Deformitas
b. Dislokasi patologi
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. g. Kekakuan
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan diagnostic
a. Tampak adanya perubahan kontur
a. Foto X-ray, untuk menentukan arah
sendi pada ekstremitas yang
dislokasi dan apakah disertai fraktur
mengalami dislokasi b. Foto rontgen, untuk menentukan
b. Tampak perubahan panjang luasnya degenerasi dan
ekstremitas pada daerah yang mengesampingkan malignasi

mengalami dislokasi c. Pemeriksaan radiologi, tampak tulang

c. Adanya nyeri tekan pada daerah lepas dari sendi


d. Pemeriksaan laboratorium, darah
dislokasi
lengkap dapat dilihat adanya tanda-
d. Tampak adanya lebam pada
tanda infeksi seperti peningkatan
dislokasi sendi
leukosit
KONSEP
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian

Pengkajian Sekunder
Pengkajian Primer Pengkajian sekunder dilakukan dengan
 Airway menggunakan metode SAMPLE yaitu sbb :
 Breathing S : Sign and symptom
 Circulation A : Allergres
 Disability M : Medication
 Eksposure P : Prerious medical/surgical history
L : Last meal
E : Event/environment
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik
2. Gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan perubahan sirkulasi
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasive
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
DIAGNOSA
kelemahan KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Intervensi utama : manajemen nyeri
Observasi
agen pencedera fisik selama 1x8 jam diharapakan :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
• Kemampuan menuntaskan aktivitas nyeri
meningkat  Identifikasi skala nyeri
• Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
• Tidak meringis  Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Sikap protektif menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Tidak gelisan  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Kesulitan tidur menurun  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Diaforesis menurun  Monitor efek samping pengguanaan analgetic
• Perasaan depresi menurun Terpeutik
• Ketegangan otot menurun  Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, terapi music, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
• Pola napas membaik terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
• Tekanan darah membaik  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
• Proses berpikir membaik kebisingan, pencahayaan)
• Fungsi berkemih membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
• Nafsu makan membaik  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
• Pola tidur membaik Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan mengguanakan analgetic secara tepat
 Ajarkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetic
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan integritas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama Intervensi utama : Perawatan luka
Observasi
kulit/jaringan berhubungan 1x8 jam diharapkan :  Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, ukuran, warna, bau)
dengan perubahan sirkulasi  Elastisitas meningkat  Monitor tanda-tanda infeksi
 Hidrasi meningkat Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Perfusi jaringan meningkat  Cukur rambut di sekitar daerah luka
 Nyeri menurun  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
 Perdarahan menurun  Bersihkan jarigan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
 Kemerahan menurun  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Hematoma menurun  Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Pigmentasi abnormal menurun  Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau pasien
 Jaringan parut menurun  Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg BB/hari dan protein 1,25-1,5
 Nekrosis menurun g/kgBB/hari
 Abrasi kornea menurun  Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin C, Zinc, asam
amino),sesuai indikasi
 Suhu kulit membaik  Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutanecus),jika perlu
 Sensasi membaik Edukasi
 Tekstur membaik  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Pertumbuhan rambut membaik  Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
(mis.enzimatik,biologis.meksnis,autolitik),jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik,jika perlu
 
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Setelah dilakukan Tindakan Intervensi utama : dukungan ambulasi


Gangguan mobilitas fisik Observasi
keperawatan selama 1x8 jam
berhubungan dengan nyeri  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
diharapkan :  Identifikasi toleransi fisik malakukan ambulasi
   Pergerakan ekstremitas meningkat  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
 Kekuatan otot meningkat sebelum memulai ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan
 Rentang gerak (ROM) meningkat
ambulasi
 Nyeri menurun Terapeutik
 Kecemasan menurun  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
 Kaku sendi menurun (mis.tongkat, kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,jika perlu
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
menurun meningkatkan ambulasi
 Gerakan terbatas menurun Edukasi
 Kelemahan fisik menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dinj
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis.berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda,berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi,berjalan sesuai toleransi)
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama Intervensi uatama : Pencegahan Infeksi
dengan efek prosedur invasive 1x8 jam diharapkan : Observasi
 Kebersihan tangan meningkat  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
 Kebersihan badan meningkat sistemik
 Nafsu makan meningkat Terapeutik
 Demam menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Kemerahan menurun  Berikan perawatan kulit pada area edema
 Nyeri menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Bengkak menurun pasien dan lingkungan pasien
 Vesikel menurun  Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko
 Cairan berbau busuk menurun tinggi
 Drainase purulent menurun Edukasi
 Piuria menurun  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Periode malaise menurun  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Periode menggigil menurun  Ajarkan etika batuk
 Gangguan kognitif menurun  Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
 Kadar sel darah putih membaik operasi
 Kultur darah membaik  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Kultur urine membaik  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Kultur area luka membaik Kolaborasi
 Kultur feses membaik  Kolaborasi pemberian imunisasi
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Intervensi utama : manajemen energi
selama 1x8 jam diharapkan : Observasi
berhubungan dengan • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
 Frekuensi nadi meningkat
kelemahan  Saturasi oksigen meningkat
mengakibatkan kelelahan
• Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Kemudahan dalam melakukan • Monitor pola dan jam tidur
• Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
aktivitas sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
 Kecepatan berjalan meningkat Terapeutik
 Jarak berjalan meningkat • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Kekuatan tubuh bagian atas (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
• Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
meningkat • Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Kekuatan tubuh bagian bawah • Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
meningkat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Toleransi dalam menaiki tangga • Anjurkan tirah baring
meningkat • Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Keluhan Lelah menurun • Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
 Perasaan lemah menurun
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
 Warna kulit membaik kelelahan
 Tekanan darah membaik Kolaborasi
 Frekuensi napas membaik • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
 EKG iskemia membaik
JURNAL I

Judul Jurnal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur
Nama Peneliti : Lela Aini & Reza Reskita
Tempat Penelitian : RSI Siti Khadijah Palembang
Tahun Penelitian : 2017
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain Praeksperimental dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-posttest.
Hasil Penelitian :
 Menurut data RSI Siti Khadijah Palembang jumlah pasien fraktur cenderung meningkat berturut-turut
dari tahun 2014 mencapai 338 orang, pada tahun 2015, 397 orang, dan pada tahun 2016 mencapai 423
orang. Fraktur lebih dominan terjadi pada laki-laki dengan persentase 75%.
 Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010).
Lanjutan…  Dari hasil penelitian variabel peneliti pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti
Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal ini berarti terjadi penurunan
skala nyeri sesudah mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas
dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala nyeri sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 4 dan setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini menggambarkan
bahwa teknik relaksasi nafas dalan mempengaruhi skala nyeri pada
pasien fraktur.
 Hal ini disebabkan dengan teknik relaksasi nafas dalam mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan
enkafalin. Hormon endorphin merupakan substansi sejenis morfin yang
berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls nyeri ke otak. Sehingga
pada saat neuron nyeri mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis
antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya
subtansi p akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut endorphin akan
memblokir lepasnya substansi p dari neuron sensorik, sehingga sensasi
nyeri mulai berkurang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSI Siti Khadijah
Palembang pada tanggal 15 Juni-14 Juli didapatkan bahwa :
1. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam adalah 4,21 dan median 4 dengan standar
deviasi 1,074
2. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam adalah 2,80 dan median 3 dengan standar
deviasi 1,218
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p-value=0,001, α=0,05),
maka didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengukuran
intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan teknik relaksasi
nafas dalam yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat menurunkan
intensitas nyeri pada pasien fraktur.
JURNAL II

Jurnal II
Judul Jurnal : Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular
Nama Peneliti : Indri Seta Septadina
Tahun Penelitian : 2015

Hasil Penelitian :
 Etiologi dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh trauma akibat jatuh,
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain
seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi,
membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut
secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi
sekitar 40%.
 Dari semua kasus yang dikaji, hanya ditemukan 4 kasus dislokasi unilateral.
Prognatisme rahang bawah, gigitan silang anterior dan gigitan terbuka
merupakan gambaran pada kasus.
Lanjutan…

Kesimpulan
 Sulitnya untuk menentukan Indeks yang digunakan dalam memudahkan metode
reduksi manual untuk langsung berkaitan dengan posisi kepala condylar dan
ketinggian dari eminensia artikular. Selain itu, frekuensi dislokasi rekuren dan
kemampuan reduksiberbanding terbalik dengan ketinggian eminensia artikular.
 Metode pengobatan yang lebih kompleks dan invasif belum tentu memberikan
pilihan dan hasil pengobatan terbaik, oleh karena itu pendekatan konservatif
harus dimanfaatkan secara tepat sebelum melakukan teknik bedah yang lebih
invasif yang harus dilakukan setelah penilaian menyeluruh dan rencana perawatan.
Oleh karena itu, pembedahan harus didasarkan pada jenis, mekanisme,patogenesis
dan faktor predisposisi / morfologi sendi, usia, ketersediaan bahan dan
keterampilan tenaga kerja.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai