Anda di halaman 1dari 26

Latar Belakang

Sinusitis -> sering


ditemukan pada
praktek sehari- hari.

DEPKES RI tahun 2013:


Sinusitis berada pada
urutan ke 25 dari 50
penyakit utama, atau
sekitar 102.817 pasien
rawat jalan..

GK: pilek kronik, nyeri


kepala kronik, nafas
berbau, atau kelainan
pada sinus paranasal:
mukokel, pembentukan
cairan dalam sinus
Batasan Masalah
Definisi Your Picture Here

Kesimpulan Etiologi

Prognosis Anamnesis

Sinusitis

Tatalaksana PF, PP

Diagnosis Patofisiologi

Manifestasi
Klinis
Terdiri:
Anatomi Sinus Paranasal
• Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari mukosa
Sinus Maxilaris
hidung, yang berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui
ostiumnya masing- masing.
• Dibagi 2 kelompok:
• Anterior-> bermuara di bawah konka media,di dekat infudibulum, terdiri sinus
Sinus Frontalis
frontal, sinus maxila dan anterior sinus etmoid
• Posterior -> bernuara di atas konka media, terdiri dari posterior sinus etmoid
dan sinus sphenod.
Sinus Sfenoidalis

Sinus Etmoid
Anatomi Sinus Paranasal
Sinus ini berhubungan dengan meatus medius melalui duc nasofaring yang berjalan kebawah dan
Sinus Frontalis belakang dengan bermuara pada infudibulum bagian atas.

• Sinus sfenoidalis terletak pada corpus, alas dan procesis os sfenoidalis dibelakang sinus
etmoid posterior. Sinus ini dipisahkan oleh septum intersfenoid menjadi 2 bagian.
Sinus
• Pada dewasa volume sinus ini +- 7cc.
Sfenoidalis
• Diperdarahi oleh a. maksilaris, inervasi n. oftalmikus dan n.maxilaris melalui cabang orbita.

Sinus etmoid terletak di kanan kiri kavum nasi.


Sinus Etmoid Tulang etmoid mempunya bidang horizontal (terdiri dari bagian medial yang tipis dan berlubang
(lamina kribosa), dan bagian lateral berdinding tebal.
Fungsi Sinus Paranasal
Sebagai pengatur kondisi udara

Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

Membantu keseimbangan kepala

Membantu resonasi suara

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Membantu produksi mukus


SINUSITIS
Definisi
Adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus paranasal, bisa
terjadi pada salah satu atau lebih dari keempat sinus.

Lebih sering terkena sinus maxilaris -> sinus paranasal terbesar dan
letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar -> aliran sekret tergantung dari
gerakan silia.

Dibagi berdasarkan anatomi (sinusitis maxilaris, frontalis etmoidalis,


sfenoidalis), etiologi (infeksius & non infeksius), secara klinis (akut,
subakut, kronik)
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Faktor infeksius dan noninfeksius yang dapat menyebabkan sinusitis:
1. Infeksius:
▫ Virus, bakteri, jamur (viral > bakteri)
▫ Viral: rhinovirus, virus parainfluenza, virus influenza
▫ Bakterial: .S. pneumoniae (30-50%), Haemophilus influenza (20-40%)
▫ Jamur: Aspergillus sp, Candida sp, Fusarium sp.
▫ Sinusitis dapat didahului oleh kondisi infeksi: common cold, rhinitis, infeksi pada gigi geraham
atas (premolar, molar).

2. Non Infeksius
▫ Sinusitis dapat berkembang sebagai komplikasi dari beberapa kondisi non infeksi: rhinitis
alergi, polip nasal, barotrauma, dan tumor nasal.
7
Manifestasi Klinis

Place Your Picture Here Place Your Picture Here Place Your Picture Here

Gejala non
Nyeri tekan pada
Sakit kepala spesifik: batuk,
Hidung tersumbat daerah wajah dan Post nasal drip
demam, hiposmia/
nyeri ahli
anosmia, halitosis
Klasifikasi Sinusitis
International Conference of Sinus Disease:
1. Sinusitis Akut
Berlangsung 7hari- 8 minggu, dengan episode serangan
kurang dari 4x dalam setahun setelah diberikan terapi
optimal, mukosa sinus akan kembali normal
2. Sinusitis Kronik
Berlangsung >8 minggu, dengan episode serangan
>4x/tahun, dan walaupun diberikan terapi yang optimal,
9 mukosa tetap abnormal -> operasi.
Patofisiologi Faktor – faktor yang
mempengaruhi

Sinusitis Patensi Ostium

Fungsi Silia

Kualitas sekresi
hidung
10
Patofisiologi
Tekanan
Obstruksi Ostium
negative pada
ostium tersumbat
sinus

Silia tidak
hipooksigenasi Rinosinusitis
dapat bergerak

Fungsi silia
Organ dekat
dan produksi
dengan KOM Sinusitis
mucus
edema
terganggu
Anamnesis
• Hidung tersumbat
• Nyeri/ rasa tekan pada daerah wajah
• Mukus purulen
• Mukus yang turun ke tenggorok/ post
nasal drip
• Sakit kepala
• Hiposmia/ anosmia
• Demam
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Palpasi Transiluminasi Rhinoskopi


Bengkak pada Rhinoskopi Anterior
muka? • Nyeri tekan • Digunakan Tampak mukosa hidung
• pembengkakan pada pipi, nyeri untuk sinus hiperemis dan edema,
pipi- kelopak ketuk di gigi -> maxila dan terlihat pus pada
mata bawah-> sinusitis sinus frontal. meatus nasi media
susp. sinusitis maxilaris • Pada sinus
maxilaris akut • Sinusitis yang sakit-> Rhinoskopi Posterior
• Pembengkakan frontalis: nyeri transiluminasi
tekan pada akan suram/ Tampak sekret kental di
di kelopak mata
medial atas gelap. nasofaring (post nasal
atas -> susp
orbita. drip)
sinusitis
frontalis akut • Sinusitis
etmoid: nyeri
tekan daerah
kantus medius
Pemeriksaan Penunjang

MRI Tomogram
Foto Rontgen Ct Scan
• Posisi AP/ • Potongan axial
Cadldwell • Potongan
• Posisi Lateral coronal
• Posisi Waters
• Posisi
Submentoverteks
• Foto Rhese
• Proyeksi Towne
Penatalaksanaan
Antibiotik Dekongestan Menghilangkan faktor
Analgetik predisposisi
• Diberikan AB • Pseudoeferdin
• Aspirin selama 7-10 hari • Obat tetes hidung:
• Preparat codein • Amoxicilin, fenilefrin
ampicilin, Untuk mengurangi
• Kompres hangat sefuroksim udem sehingga dapat
pada wajah terjadi drainase sinus.

Irigasi antrum Pembedahan


• Dilakukan apabila
• Dilakukan jika terapi medikamentosa
sebelumnya gagal, dan sudah gagal.
ositum sinus membengkak, • FESS-> Functional
• -> mengalirkan larutan salin Endoscopy Sinus
hangat melalui fossa Surgery.
incivisus kedalam antrum
maxilaris-> cairan akan
mendorong pus keluar
melalui ostium yang normal
• Foto ini diambil dengan posisi kepala
menghadap kaset, bidang midsagital
kepala tegak lurus pada film.
Idealnya pada film tampak pyramid
tulang petrosum diproyeksi pada 1/3
bawah orbita atau pada dasar orbita.

Foto AP Kepala posisi Caldwell

16
• Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletak
sebelah lateral dengan sentrasi di luar kantus mata,
sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris
berhimpit satu sama lain.
Foto rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan
sekitar lateral tulang muka diagnose fraktur dan
keadaan patologis tengkorak dan muka

Foto lateral Kepala

17
 Foto Waters dilakukan dengan posisi di mana kepala
menghadap kaset, garis orbito-meatus membentuk sudut
37° dengan kaset.
Pada posisi Waters, secara ideal pyramid tulang petrosum
diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris sehingga kedua
sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya (pemeriksaan
paling baik untuk menilai sinus maksilaris pada foto polos).
Foto Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut
tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat menilai
daerah dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.

Foto posisi Waters

18
• Posisi submentoverteks diambil dengan meletakkan film pada vertex,
kepala pasien menengadah sehingga garis infra-orbitomeatal sejajar
dengan film.
Foto ini dapat digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi
kondilus, sinus sphenoidalis , lengkung mandibular, dinding lateral
sinus maksila dan arcus zygomaticus

Foto Kepala posisi


Submentoverteks

19
Posisi Rhese atau oblique dapat mengevaluasi

bagian posterior sinus etmoid tanpa superposisi

dengan struktur lain, kanalis optikus dan lantai dasar

orbita sisi lain

Foto posisi Rhese

20
Posisi Towne diambil dengan berbagai variasi sudut
angulasi antara 30°-60° kearah garis orbitomeatal.
Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm diatas glabela dari
foto polos kepala dalam bidang midsagital.
Proyeksi ini adalah yang terbaik untuk menganalisis
dinding posterior sinus maksilaris, fisura orbitalis
inferior, kondilus mandibularis dan arkus zygomatikus
posterior

Foto posisi Towne

21
Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja
pemeriksaan. Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke
bawah dan kepala berada di atas headrest (bantalan
kepala ). Posisi pasien diatur senyaman mungkin.
Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry,
mid sagital plane segaris tengah meja. Mid axial kepala tepat
pada sumber terowongan gantry.

CT SCAN potongan
Axial

22
• Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja
pemeriksaan dengan bahu diganjal bantal. Kepala
digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin
dengan membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan
tulang-tulang wajah. 
Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang
(hiperekstensi) sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi agar
tidak bergerak.

CT scan potongan
Coronal

23
Komplikasi
▪ Komplikasi orbita -> letak sinus paranasal yang berkatan dengan orbita
-> peradangan atau edema yang ringan
-> selulitis orbita, abses periorbital
▪ Komplikasi intrakranial: meningitis, abses epidural, abses subdural.

Prognosis
▪ Sinusitis akut; Bonam, 70% penderita sembuh tanpa pengobatan.
▪ Sinusitis kronik prognosisnya bervariasi, >90% membaik dengan intervensi bedah, namun pasien dapat
mengalami kekambuhan.

24
Kesimpulan
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang yaitu sinus prontal, sinus etmoid, sinus maksila dan sinus
sfenoid. Sinus paranasal dalam kondisi normal mengalirkan sekresi dari mukosa ke daerah yang berbeda
dalam kavum nasi .

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun
jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada . sinusitis bisa bersifat akut maupun
kronis.

Keluhan utama sinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri tekanan pada wajah dan secret purulen,
yang sering kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Diagnosis ditegakkan berdasakan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Prinsip penatalaksanaan sinusitis adalah mempercepat penyembuhan , mencegah komplikasi dan mencegah
perubahan menjadi kronik. Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40% akan sembuh secara
spontan tampa pemberian antibiotik. Terkadang penderita bisa mengalami relap penyakit ini namun sangat
25
jarang terjadi (<5%). Komplikasi penyakit ini dapat terjadi apabila tidak ada pengobatan yang adekuat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai