Kel 5 Bab 10
Kel 5 Bab 10
VALUTA ASING:
PENJABARAN LAPORAN
KEUANGAN DALAM
MATA UANG ASING
1. JANES RIAN LIPTIAY ( 2018-30-144 )
2. ROSINA DHEA E ALPUTILA ( 2018-30-200 )
3. HAFIAH ( 2018-30-215 )
4. FITRIYANI SIOMPO ( 2018-30-308 )
5. JUSNI ( 2018-30-331 )
6. ROFI HISKIA LEIWAKABESSY ( 2018-30-342 )
7. NOVITA T TUHEHAY ( 2018-30-204 )
8. ANTONIA HARATILU ( 2018-30-430 )
9. MOHAMMAD RISKY TAN (2018-30-372 )
Kerangka bab Penjabaran Laporan
Keuangan dalam Mata
Uang Asing
Menurut PSAK 10 (revisi 2009) pengaruh perubahan nilai tukar valuta asing, mata uang fungsional
adalah mata uang pada lingkup ekonomi utama dimana entitas beroperasi.
sedangkan mata uang penyajian adalah mata uanag yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan, PSAK 10 (revisi 2009) tidak mengatur mata uang penyajian suatu perusahaan.
Pada umumnya mata uang penyajian adalah mata uang fungsionalnya, namun situasi lain mata uang
penyajian dapat berbeda dengan mata uang fungsional.
perbedaan antara mata uang penyajian dan mata uang fungsional dapat terjadi dalam 2 kondisi
berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya dalam mata uang fungsional dan menyajikan laporan
keuangan dalam mata uang asing atau sebaliknya
2. entitas anak/asosiasi/cabang yang beropersasi diluar negeri yang mencatat transaski dan
menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsional namun entitas indu/investor/pusat
memiliki mata uang penyajian yang berbeda (mata uang asing) atau sebaliknya.
Metode
Metode penjabaran
penjabaran laporan
laporan keuangan
keuangan dalam
dalam mata
mata uang
uang asing
asing
Menurut PSAK 10 (revisi 2009) terdapat 2 metode dalam penjabaran laporan keuangan yaitu metode
translasi dan metode pengukuran kembali
METODE TRANSLASI
Metode translasi (translation) digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata
uang fungsional ke mata uang lain yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya (mata uang
asing).
Metode ini diterapkan sebagai berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya dalam mata uang fungsional dan menyajikan
laporan keuangan dalam mata uang asing. Misalnya, mata uang fungsional perusahaan adalah
dolar AS.
2. Entitas anak/asosiasi/cabang yang mencatat transaksi dan menyajikan laporan keuangan dalam
mata uang fungsional namun entitas induk/investor/pusat memilikki mata uang penyajian yang
berbeda (mata uang asing). Hal ini umumnya terjadi pada entitas anak/asosiasi/cabang yang
beroperasi diluar negeri yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang negara tempat
beroperasi (misal:dolar AS) yang berbeda dengan mata uang pelaporan entitas induk
(misal: rupiah).
Metode Pengukuran Kembali
Dalam penjabaran, kurs dapat dikali atau dibagi tegantung dari sisi mana kurs
tersebut dihitung. Logika sederhana adalah hasil penjabaran akan lebih besar
nominalnya jika dijabarkan dari mata uang yang kuat ke mata uang yang lemah,
dan sebaliknya. Mata uang rupiah lebih lemah disbanding dolar Singapura
sehingga hasil penjabaran ke rupiah seharusnya menghasilkan nominal lebih
besar. Setelah tanggal akuisisi, PT Induk akan mencatat investasinya atas PT
Anak. Jika PT Induk menggunakan metode ekuitas,maka jurnal yang dicatat
selama tahun 2015 adalah sebagai berikut :
2 Januari 2015
Investasi 600.000.000
Kas
600.000.00
1 April 2015
Kas 24.120.000
Investasi 24.120.000
Ketika di akhir tahun.laporan keuangan PT Anak
31 Desember 2015 kembali dijabarkan dari dolar Amerika Serikat ke
Investasi 40.400.000 Rupiah. Penjabaran yang dilakukan kali ini sudah
Bagian laba melibatkan hasil operaso dan dividen PT Anak.
PT Anak 40.400.000
Berikut hasil penjabarannya :
Pada Tabel 10.4 dapat dilihat bahwa translasi laporan keuangan menghasikan selisih di bagian
kredit sebesar Rp10.450.000. Selisih tersebut akan diakui sebagai penghasilan komprehentif lain
di ekuitas pada laporan keuangan PT Anak dalam Rp. Dengan demikian, maka PT Induk juga
akan mengakui 80% atas sclisih tersebut dengan jurnal:
31 Desember 2015
31 Desember 2015
Investasi pada PT Anak 600.000
Penghasilan Komperehensif Lain
600.000
Kertas Kerja Tahun Berikutnya
Pada tahun 2016 PT Anak
melaporkan laba sebesar S$8.000
dan mengumumkan dividen
sebesar S$5.000 pada tanggal 1
Mei 2016. Selain itu, goodwill
mengalami penurunan nilai
sebesar S$1.000
Berikut kurs yang relevan untuk
tahun 2015 dan 2016 Ketika di akhir tahun
2016,laporan keuangan
PT Anak kembali
dijabarkan dari S$ ke Rp.
Penjabaran kali ini sudah
melibatkan hasil operasi
dan dividen PT Anak.
Berikut hasil
penjabarannya
Tabel 10.8
Transaksi pada 31 Desember 2016
Pada tahun 2016, Penjabaran dilakukan dengan cara
yang sama menggunakan kurs yang relevan untuk tahun
2016. Perbedaan hanya terdapat pada penjabaran saldo
laba 2016 yang harus dihitung sebagai berikut
31 Desember 2016
Investasi pada PT Anak. 2.842.880
Penghasilan komprehensif Lain 2.842.880
Selisih Rp170.000 dilalui sebesar 80% oleh PT Induk dengan menjurnal
31 Desember 2016
Investasi pada PT Anak 136.000
Penghasilan Komprehensif Lain. 136.000
31 Desember 2016
Bagian Laba Atas PT Anak 8.096.000
Investasipada PT Anak 8.096.000
Tabel 10.9
Perhitungan jurnal Eliminasi 2016
Berdasarkan Tabel 10.9 diperoleh Jurnal Eliminasi
Tabel 10.10
Perhitungan Jurnal Eliminasi - Goodwill
Selisih penjabaran Rp170.000 disesuaikan pada saldo Goodwill untuk mencerminkan saldo
dengan kurs penutup. Berdasarkan jurnal Eliminasi yang ada, selanjutnya dimasukkan kedalam
kerta kerja konsolidasian sebagai berikut
Tabel 10.11
Kerta kerja konsolidasian 31 Desember 2016
Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian laporan keuangan atas penjabaran laporan keuangan pada dasarnya sama
dengan penyajian laporan keuangan pada umumnya. Perbedaan hanya pada pos
penghasilan Komprehensif lain yang dihasilkan dari transaksi. Penghasilan Komprehensif
lain tersebut disajikan sebagai komponen ekuitas seperti halnya penghasilan Komprehensif
lainnya.
Penghasilan Komprehensif Lain- Penjabaran Laporan keuangan
Ilustrasi 10.2
Pengungkapan kebijakan Akuntansi - Penjabaran Mata Uang Asing
2. Ikhtisar kebijakan Akuntansi yang Signifikan (Lanjutan)
2013
Dolar Amerika Serikat (*USD*) 12,189
Yen Jepang (*JPY*) 116
METODE PENGUKURAN KEMBALI
Perlakuan Akuntansi
Metode pengukuran kembali (remeasurement) digunakan jika penjabaran laporan keuangan
dilakukan dari mata uang asing ke mata uang fungsional. Seperti halnya translasi, ketika dijabarkan
dari mata uang asing kemata unag fungsional, kurs yang digunakan tidak sama untuk masing-
masing pos sehingga juga menimbulkan selisih atas laporan keuangan hasil translasi. Selisih ini
digunakan dalam metode pengukuran kembali dapat dilihat pada Tabel 10 quntuk pos laporan posisi
keuangan dan Tabel 10.2 Untuk pos dilaporan Laba Rugi.
Kertas Kerja
Dalam melakukan pengukuran kembali laporan keuangan dalam mata uang asing juga
menggunakan kertas kerja karena perhitungan yang lebih kompleks. Format kertas kerja sama
seperti pada metode translasi yaitu terdiri dari pos-pos neraca saldo yang terdiri dari pos-pos
laporan posisi keuangan dan laba rugi. Informasi neraca saldo dipisah antara saldo normal
debit dan kredit agar dapat dihitung selisih penjabaran yang dihasilkan.
Contoh 10.2 Pengukuran kembali laporan keuangan dalam Mata Uang Asing
Pada contoh diatas, laporan keuangan PT Anak harus dijabarkan ke dalam uang laporan
keuangan PT Induk. Penjabaran dilakukan dari mata uang asing kemata uang fungsional PT
Anak sehingga metode penjabaran adalah pengukuran kembali, PT Induk hari menghitung
nilai akuisisi dalam rupiah karena pencatatan investasi harus dilakukan pada mata uang
fungsional dan pelaporan PT Induk, berikut perhitungan nya.
Tabel 10.12
Translasi pada Tanggal Akuisisi ( 2 Januari 2015 )
Perubahan mata uang fungsional dapat berdampak terhadap metode penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing. Jika mata uang fungsional dan penyajian entitas induk adalah
rupiah, maka laporan keuangan entitas anak dalam dolar AS perlu dijabarkan ke dalam rupiah
untuk kepentingan konsolidasi dengan metode translasi. Namun jika mata uang fungsional entitas
anak kemudian berubah menjadi rupiah sedangkan mata uang pelaporan tetap dalam dolar AS,
maka laporan keuangan entitas anak dalam dolar AS dijabarkan dengan metode pengukuran
kembali untuk dikonsolidasikan dengan entitas induk.
PSAK 10 (Revisi 2009) mengatur perlakuan akuntansi jika terjadi
peruabahan dalam mata uang fungsional. Ketika terjadi perubahan
dalam mata uang fungsional suatu perusahaan, harus diterapkan
prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan terjadi. Dalam kata lain, suatu
perusahaan menjabarkan semua pos pos ke dalam mata uang
fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan
itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap
sebagai biaya historis perusahaan. Selisih nilai tukar yang timbul dari
penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya di
dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari
ekuitas ke dalam laporan laba rugi sampai pelepasan kegiatan usaha
tersebut.
Transaksi antar-entitas
Salah satu tujuan penjabaran suatu laporan keuangan adalah untuk keperluan
konsolidasi dengan €ntitas induk, Setelah dilakukan panjabaran, prosedur
konsolidasi yang dilakukan mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti
eliminasi saldo antar kelompok dan transaksi antar kelompok dari suatu entitas
anak seperti yang dibahas pada bab-bab sebelumnya. Namun, suatu aset atau
liabilitas moneter antar kelompok, baik jangka pendek atau jangka panjang,
tidak dapat dieliminasi terhadap liabilitas atau aset antar kelompok tanpa
menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan keuangan konsolidasian.
Hal ini karena pos moneter menggambarkan suatu komitmen untuk
mengonversi satu mata uang ke dalam mata uang lainnya dan mengakibatkan
perusahaan memiliki risiko atas keuntungan atau kerugian melalui fluktuasi
mata uang. Sehingga dalam laporan keuangan konsolidasian selisih nilai tukar
ini diakui dalam laba atau rugi atau pendapatan komprehensif lain.
THANK
YOU