Anda di halaman 1dari 36

AKUNTANSI UNTUK

VALUTA ASING:
PENJABARAN LAPORAN
KEUANGAN DALAM
MATA UANG ASING
1. JANES RIAN LIPTIAY ( 2018-30-144 )
2. ROSINA DHEA E ALPUTILA ( 2018-30-200 )
3. HAFIAH ( 2018-30-215 )
4. FITRIYANI SIOMPO ( 2018-30-308 )
5. JUSNI ( 2018-30-331 )
6. ROFI HISKIA LEIWAKABESSY ( 2018-30-342 )
7. NOVITA T TUHEHAY ( 2018-30-204 )
8. ANTONIA HARATILU ( 2018-30-430 )
9. MOHAMMAD RISKY TAN (2018-30-372 )
Kerangka bab Penjabaran Laporan
Keuangan dalam Mata
Uang Asing

Metode Isu-isu lain seputar


Laporan Keuangan dan Metode
Pengungkapan Penjabaran
Mata Uang Pelaporan Translasi
Kembali Laporan Keuangan

Mata uang Perlakuan Perlakuan Perubahan Mata


Penyajian dan Mata Akuntansi Akuntansi Uang Fungsional
Uang Fungsional
Kertas Kertas Transaksi Antar
Meode Penjabaran Kerja Kerja Entitas
La[oran Keuangan
dalam Mata Uang Penyajian & Penyajian &
Goodwill
Asing Pengungkapan Pengungkapan
LAPORAN KEUANGAN DAN MATA PELEPORAN

MATA UANG PENYAJIAN DAN MATA UANG FUNGSIONAL

Menurut PSAK 10 (revisi 2009) pengaruh perubahan nilai tukar valuta asing, mata uang fungsional
adalah mata uang pada lingkup ekonomi utama dimana entitas beroperasi.
sedangkan mata uang penyajian adalah mata uanag yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan, PSAK 10 (revisi 2009) tidak mengatur mata uang penyajian suatu perusahaan.
Pada umumnya mata uang penyajian adalah mata uang fungsionalnya, namun situasi lain mata uang
penyajian dapat berbeda dengan mata uang fungsional.

perbedaan antara mata uang penyajian dan mata uang fungsional dapat terjadi dalam 2 kondisi
berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya dalam mata uang fungsional dan menyajikan laporan
keuangan dalam mata uang asing atau sebaliknya
2. entitas anak/asosiasi/cabang yang beropersasi diluar negeri yang mencatat transaski dan
menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsional namun entitas indu/investor/pusat
memiliki mata uang penyajian yang berbeda (mata uang asing) atau sebaliknya.
Metode
Metode penjabaran
penjabaran laporan
laporan keuangan
keuangan dalam
dalam mata
mata uang
uang asing
asing

Menurut PSAK 10 (revisi 2009) terdapat 2 metode dalam penjabaran laporan keuangan yaitu metode
translasi dan metode pengukuran kembali

 METODE TRANSLASI
Metode translasi (translation) digunakan jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata
uang fungsional ke mata uang lain yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya (mata uang
asing).
Metode ini diterapkan sebagai berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya dalam mata uang fungsional dan menyajikan
laporan keuangan dalam mata uang asing. Misalnya, mata uang fungsional perusahaan adalah
dolar AS.
2. Entitas anak/asosiasi/cabang yang mencatat transaksi dan menyajikan laporan keuangan dalam
mata uang fungsional namun entitas induk/investor/pusat memilikki mata uang penyajian yang
berbeda (mata uang asing). Hal ini umumnya terjadi pada entitas anak/asosiasi/cabang yang
beroperasi diluar negeri yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang negara tempat
beroperasi (misal:dolar AS) yang berbeda dengan mata uang pelaporan entitas induk
(misal: rupiah).
 Metode Pengukuran Kembali

Metode pengukuran kembali (remeasurement) digunakan jika penjabaran laporan


keuangan dilakukan dari mata uang asing ke mata uang fungsionalnya. Metode ini
diterapkan dalam kondisi sebagai berikut:
1. Entitas tunggal yang mencatat transaksinya dalam mata uang asing dan
menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsional. Misalnya, mata
uang fungsional perusahaan adalah dolar AS.
2. Entitas anak/asosiasi/cabang yang beroperasi diluar negeri dan mencatat
transaksi dan menyajikan laporang keuangan dalam mata uang lokal tempat
beroperasi namun mata uanag fungsionalnya sebenarnya sama dengan entitas
induk/investor/pusat.
Metode pengukuran kembali ini mengacu pada perlakuan atas transaski
dalam mata uang asing. Transaksi didenominiasi dalam mata uang asing dan
akan dicatat dalam mata uang fungsional ke mata uang asing. Sedangkan
metode pengukuran kembali digunakan jika penjabaran dilakukan dari mata
uang asing ke mata uang fungsional.
METODE TRANSLASI
metode translasi digunakanj jika penjabaran laporan keuangan dilakukan dari mata uang
fungsional ke mata uang asing. Ketika dijabarkan dari mata uang funsional ke mata uanga
asing, kurs yang digunakan tidak sama untuk masing-masing pos sehingga menimbulakan
selisih atas laporan keuangan hasil transalsi. Selain ini diakui sebagai penghasilan
komprehnsif lain di laporan keuangan hasil penjabaran
Kertas Kerja
Dalam melakukan penjabaran laporan keuangan dalam mata uang
asing sebaliknya menggunakan kertas kerja. Kertas kerja terdiri
dari pos-pos neraca saldo yang terdiri dari pos-pos laporan polisi
keuangan dan laba rugi. Informasi neraca saldo di pisah antara
saldo normal debit dan kredit agar dapat dihitung selisish
penjabaran yang dihasilkan. Untuk membahas penggunaan kertas
kerja sebaiknya langsung menggunakan contoh.
Contoh 10.1 Translasi Laporan Keuangan
PT Induk mengakusisi 80% kepemilikan saham PT Anak yang beroperasi di singapura
pada tanggal 2 Januari 2015 senilai S$60.000. Mata uang fungsional dan pengajian
PT Induk adalah rupiah (Rp) sedangkan mata uang fungsional dan penyajian PT
Aanak adalah dolar singapura (SGD atau S$). Berdasarkan Laporan keuangan PT
Anak, komposisi ekuitas saat akusisi terdiri dari Saham Biasa dan Saldo Laba masing-
masing sebesar S$50.000 dan S$20.000. Pada saat akusisi,seluruh nilai tercatat aset
dan liabilitas PT Anak sama dengan nilai wajarnya. Nilai wajar kepentingan
nonpengendali (KNP) saat akusisi adalah S$15.000.PT Anak mengumumkan laba dan
dividen ( 1 April 2015) untuk tahun 2015 masing-masing senilai S$5.000 dan S$3.000.
Berikut kurs yang relevan untuk tahun 2015 (Rp/S$) :
Tanggal Kurs
2 Januari 2015 10.000
1 April 2015 10.050
31 Desember 10.150
2015
Rata-Rata 2015 10.100

Kertas Kerja Tahun Akuisisi


Pada contoh ditas laporan keuangan PT Anak harus dijabarkan ke dalam mata
uang laporan keuangan PT Induk. Penjabaran dilakukan dari mata uang
fungsional ke mata uang asing yang digunakan PT Anak sehingga harus
menggunakan metode translasi. PT Induk harus menghitung nilai akusisi dalam
Rupiah karena pencatatan investasi harus dilakukan pada mata uang fungsional
dan pelaporan PT Induk. Berikut perhitungannya :
Atas akuisisi tersebut dihasilkan goodwill senilai Rp50.000.000.
Pada tanggal akuisisi,seluruh pos dalam Laporan Posisi Keuangan
PT Anak dijabarkan dari S$ ke Rp menggunakan kurs tanggal
akuisisi. Hal ini untuk menandakan bahwa kurs tanggal akuisisi
tersebut adalah kurs historis sehingga kus-kurs yang relevan untuk
pos-pos Laporam Posisi Keuangan sebelum tanggal akuisisi
menjadi tidak berlaku lagi. Berikut proses penjabaran pada tanggal
akuisisi

Dalam penjabaran, kurs dapat dikali atau dibagi tegantung dari sisi mana kurs
tersebut dihitung. Logika sederhana adalah hasil penjabaran akan lebih besar
nominalnya jika dijabarkan dari mata uang yang kuat ke mata uang yang lemah,
dan sebaliknya. Mata uang rupiah lebih lemah disbanding dolar Singapura
sehingga hasil penjabaran ke rupiah seharusnya menghasilkan nominal lebih
besar. Setelah tanggal akuisisi, PT Induk akan mencatat investasinya atas PT
Anak. Jika PT Induk menggunakan metode ekuitas,maka jurnal yang dicatat
selama tahun 2015 adalah sebagai berikut :
2 Januari 2015
Investasi 600.000.000
Kas
600.000.00

1 April 2015
Kas 24.120.000

Investasi 24.120.000
Ketika di akhir tahun.laporan keuangan PT Anak
31 Desember 2015 kembali dijabarkan dari dolar Amerika Serikat ke
Investasi 40.400.000 Rupiah. Penjabaran yang dilakukan kali ini sudah
Bagian laba melibatkan hasil operaso dan dividen PT Anak.
PT Anak 40.400.000
Berikut hasil penjabarannya :
Pada Tabel 10.4 dapat dilihat bahwa translasi laporan keuangan menghasikan selisih di bagian
kredit sebesar Rp10.450.000. Selisih tersebut akan diakui sebagai penghasilan komprehentif lain
di ekuitas pada laporan keuangan PT Anak dalam Rp. Dengan demikian, maka PT Induk juga
akan mengakui 80% atas sclisih tersebut dengan jurnal:

31 Desember 2015

Investasi pada PT Anak 8.360.000


Penghasilan
komperhensif lain 8.360.000
Menurut PSAK 10 (Revisi 2009), setiap goodwill yang timbul
pada akuisisi suatu kegiatan usaha luar negeri dan setiap
penyesuaian nilai wajarjumlah tercatat suatu aset dan liabilitas
yang timbul pada akuisisi kegiatan usaha luar negeri tersebut
harus diperlakaukan sebagai aset dan liabiltas dari kegiatan
usaha luar negeri itu. Sehingga mereka harus dinyatakan
dalam mata uang fungsional dari kegiulan usalna uar negeri
dan harus dijabarkan mengguakan kurs penutup. Penjabaran
ini dapat menimbulkan sclisih akibat perbcdaan kurs pcnutup
antar periode. Penjabaran goodwill dalam kasus ini adalah
sebagai berikut:
Selisih Rp750.000 diakui sebesar 80% oleh PT Induk dengan
menjurnal :

31 Desember 2015
Investasi pada PT Anak 600.000
Penghasilan Komperehensif Lain
600.000
Kertas Kerja Tahun Berikutnya
Pada tahun 2016 PT Anak
melaporkan laba sebesar S$8.000
dan mengumumkan dividen
sebesar S$5.000 pada tanggal 1
Mei 2016. Selain itu, goodwill
mengalami penurunan nilai
sebesar S$1.000
Berikut kurs yang relevan untuk
tahun 2015 dan 2016 Ketika di akhir tahun
2016,laporan keuangan
PT Anak kembali
dijabarkan dari S$ ke Rp.
Penjabaran kali ini sudah
melibatkan hasil operasi
dan dividen PT Anak.
Berikut hasil
penjabarannya
Tabel 10.8
 
Transaksi pada 31 Desember 2016
Pada tahun 2016, Penjabaran dilakukan dengan cara
yang sama menggunakan kurs yang relevan untuk tahun
2016. Perbedaan hanya terdapat pada penjabaran saldo
laba 2016 yang harus dihitung sebagai berikut

31 Desember 2016
Investasi pada PT Anak. 2.842.880
Penghasilan komprehensif Lain 2.842.880
Selisih Rp170.000 dilalui sebesar 80% oleh PT Induk dengan menjurnal

31 Desember 2016
Investasi pada PT Anak 136.000
Penghasilan Komprehensif Lain. 136.000

31 Desember 2016
Bagian Laba Atas PT Anak 8.096.000
Investasipada PT Anak 8.096.000

Tabel 10.9
Perhitungan jurnal Eliminasi 2016
Berdasarkan Tabel 10.9 diperoleh Jurnal Eliminasi

5) Saham Biasa. 500.000.000


Saldo Laba 220.350.000
Bagian Laba atas PT Anak 64.768.000
Bagian Laba kepentingan Nonpengendalian 16.197.000
Dividen diumumkan pasca 50.350.000
Investasi pada PT Anak 600.350.000
Kepentingan Nonpengendalian 150.192.000

Tabel 10.10
Perhitungan Jurnal Eliminasi - Goodwill
Selisih penjabaran Rp170.000 disesuaikan pada saldo Goodwill untuk mencerminkan saldo
dengan kurs penutup. Berdasarkan jurnal Eliminasi yang ada, selanjutnya dimasukkan kedalam
kerta kerja konsolidasian sebagai berikut

Tabel 10.11
Kerta kerja konsolidasian 31 Desember 2016
Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian laporan keuangan atas penjabaran laporan keuangan pada dasarnya sama
dengan penyajian laporan keuangan pada umumnya. Perbedaan hanya pada pos
penghasilan Komprehensif lain yang dihasilkan dari transaksi. Penghasilan Komprehensif
lain tersebut disajikan sebagai komponen ekuitas seperti halnya penghasilan Komprehensif
lainnya.
 
Penghasilan Komprehensif Lain- Penjabaran Laporan keuangan
 
Ilustrasi 10.2
Pengungkapan kebijakan Akuntansi - Penjabaran Mata Uang Asing
2. Ikhtisar kebijakan Akuntansi yang Signifikan (Lanjutan)

c. Penjabaran mata uang asing ( Lanjutan)


Untuk tujuan konsolidasi, Laporan posisi keuangan entitas anak yang menggunakan mata uang
selain Rupiah dijabarkan berdasarkan kurs yang berlaku pada akhir periode pelaporan dan
hasilnya dijabarkan kedalam Rupiah dengan Kurs rata-rata selama periode berjalan. Selisih Kurs
yang dihasilkan diakui pada pendapatan komprehensif lainnya dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian dan diakumulasi dalam ekuitas di dalam cadangan selisih kurs karena
penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing
Kurs utama yang digunakan, berdasarkan kurs tengah yang diterbitkan Bank Indonesia, adalah
sebagai berikut ( Dalam satuan rupiah)

2013
Dolar Amerika Serikat (*USD*) 12,189
Yen Jepang (*JPY*) 116
METODE PENGUKURAN KEMBALI
Perlakuan Akuntansi
Metode pengukuran kembali (remeasurement) digunakan jika penjabaran laporan keuangan
dilakukan dari mata uang asing ke mata uang fungsional. Seperti halnya translasi, ketika dijabarkan
dari mata uang asing kemata unag fungsional, kurs yang digunakan tidak sama untuk masing-
masing pos sehingga juga menimbulkan selisih atas laporan keuangan hasil translasi. Selisih ini
digunakan dalam metode pengukuran kembali dapat dilihat pada Tabel 10 quntuk pos laporan posisi
keuangan dan Tabel 10.2 Untuk pos dilaporan Laba Rugi.

Kertas Kerja
Dalam melakukan pengukuran kembali laporan keuangan dalam mata uang asing juga
menggunakan kertas kerja karena perhitungan yang lebih kompleks. Format kertas kerja sama
seperti pada metode translasi yaitu terdiri dari pos-pos neraca saldo yang terdiri dari pos-pos
laporan posisi keuangan dan laba rugi. Informasi neraca saldo dipisah antara saldo normal
debit dan kredit agar dapat dihitung selisih penjabaran yang dihasilkan.
Contoh 10.2 Pengukuran kembali laporan keuangan dalam Mata Uang Asing
 

Pada contoh diatas, laporan keuangan PT Anak harus dijabarkan ke dalam uang laporan
keuangan PT Induk. Penjabaran dilakukan dari mata uang asing kemata uang fungsional PT
Anak sehingga metode penjabaran adalah pengukuran kembali, PT Induk hari menghitung
nilai akuisisi dalam rupiah karena pencatatan investasi harus dilakukan pada mata uang
fungsional dan pelaporan PT Induk, berikut perhitungan nya.
 
Tabel 10.12
Translasi pada Tanggal Akuisisi ( 2 Januari 2015 )

Berbeda dengan metode translasi, untuk


aset/liabilitas nonmomete dijabarkan dengan kurs
aktual perolehannya. Aset Nonmomete yang terdapat
Pada PT Anak adalah persediaan, Tanah dan Mesin.
Sedangkan untuk Liabilitas PT Anak semuanya
bersifat moneter. Berikut kurs aktual perolehan aset
Nonmometee.
Beberapa aset nonmoneter di peroleh pada tahun 2014 dan seharusnya di
jabarkan menggunakan kurs tanggal perolehanya tersebut. Namun akusisi
PT induk terjadu tanggal 2 januari 2015 , maka semua kurs perolehan
sebelum tanggal tersebut dapat di abaikan dan di ganti dengan kurs tanggal
akusisi. Berikutpenjabaran aset nonmoneter PT Anak per 31 desember 2015
 Berdasarkan tabel 10.13 dapat dilihat bahwa masing
masinb aset nonmoneter di jabarkan sesuai kurs
perolehanya ( kecuali di peroleh sebelum akusisi oleh PT
Induk). Jika mesin tersebut terdiri dari 2 kali perolehan,
maka juga di jabarkan 2 kali. Perhitungan beban
penyusutan mesin mengikuti kurs atau perolehan mesin,
Sehingga juga di bagi menjadi 2 . Untuk itu harus
didapatkan rincian beban dan akumulasi penyusutan untuk
masing masing mesin dalam S$ untuk di jabarkan sesuai
kurs perolehanya. Mesin 1 di peroleh sebelum tahun 2015
sehingga di jabarkan par kurs akusisi berikut beban dan
akumulasi penyusutan. Perhitungan beban pokok
penjualan mengikuti kurs persediaan. Persediaan awal di
asumsikan di peroleh sebelum tahun 2015 sehingga di
jabarkan pada kurs akusisi. Pembelian di asumsikan
merata sepanjang tahun sehingga di jabarkan
menggunakan kurs rata rata. Seluruh persediaan akhir di
peroleh tanggal 20 Desember 2015.
Ketika di akhir tahun , laporan keuangan PT Anak kembali di
jabarkan S$ ke Rp. Pada penjabaran ini sudah melibatkan
hasil operasi dan dividen PT Anak. Berikut hasil penjabaranya :
Pada tabel 10.14 dilihay bahwa penjabaran laporan keuangan
menghasilkan selisih di bagian debit sebesar Rp 10.600.000 Selisih
tersebut akan di akui sebagai rugi di laporan laba rugi PT Anak dalam
satuan rupiah. Bagian laba atas PT Anak yang di akui PT Induk
termasuk rugi akibat pengukuran kembali tersebut. Jika PT Induk
menggunakan metode ekuitas, maka jurnal yang dicatat selama
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Bedasarkan serangkaian jurnal yang di catat PT Induk di atas, maka
diperoleh saldo investasi pada PT Anak tahun 2015 senilai
Rp610.048.000 dan bagian laba atas PT Anak senilai senilai
Rp34.168.000. Angka tersebut juga dapat diuji dengan perhitungan
jurnal eliminasi di bawah ini.
 Menurut PSAK 10 (Revisi 20019), setiap goodwill yang timbul pada akuisisi
suatu kegiatan usaha luar negeri dan setiap penyesuaian nilai wajar jumlah
tercatat suatu aset dan Tiabilitas Yang timbul pada akuisisi kegiatan usaha
luar negeri tersebut harus diperlakukan sebagai aset dan liabilitas dari
kegiatan usaha luar negeri itu. Jika penjabaran dilakukan dengan metode
Pengukuran kembali, maka goodwill adalah aset nonmoneter sehingga
dijabarkan menggunakan kurs tanggal akuisisi dan tidak ada selisih
penjabaran antar periode.

Berdasarkan jurnal eliminasi yang ada , selanjutnya dimasukkan ke dalam
kertas kerja konsolidasi sebagai berikut :
 Pada tahun 2016, penjabaran di lakukan dengan cara yang sama
menggunakan kurs yang relevan untuk tahun 2016. Perbedaan
hanya pada penjabaran saldo laba 2016 yang harus dihitung
sebagai berikut:

Penyajian laporan keuangan atas penjabaran laporan keuangan


pada dasarnya sama dengan penyajian laporan keuangan pada
umumnya. Keuntungan/kerugian penjabaran dengan metode
pengukuran kembali disajikan di laporan laba rugi konsolidasi.
Pengungkapan yang diperlukan mencakup:
1. Kebijakan akuntansi atas penjabaran laporan keuangan dalam
mata uang asing,
2. Jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi.
3. Ketika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional,
fakta tersebut harus dinyatakan, bersama dengan pengungkapan
mata uang fungsional dan alasan untuk menggunakan suatu mata
uang pelaporan yang berbeda.
4. Ketika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi
keuangan lainnya di dalam suatu mata uang yang berbeda baik dari
mata uang fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya,
entitas harus:

a . Mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk


membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK,
b. Mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan: dan
c. Mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan.
ISU ISU LAIN SEPUTAR
PENJABARAN DAN LAPORAN
KEUANGAN
Perubahan mata uang fungsional
Mata uang fungsional suatu perusahaan dapat berubah sciring berubahnya faktor-faktor yang
memengaruhi kriteria mata uang fungsional yang dibahas pada bab sebelumnya. Mata uang
fungsional dari suatu perusahaan mencerminkan transaksi transaksi, kejadian-kejadian, dan kondisi-
kondisi yang mendasari yang relevan terhadap perusahaan. Sehingga, sekali ditentukan, mata uang
fungsional dapat berubah hanya jika terdapat perubahan pada transaksi transaksi, kejadian-
kejadian, dan kondisi-kondisi yang mendasari tersebut. Salah satu faktornya adalah Perubahan
dalam bidang bisnis perusahaan yang semula pendapatannya lebih banyak dipengaruhi Oleh mata
uang rupiah kemudian berubah menjadi mata uang dolar AS. Perubahan mata uang fungsional
dapat berdampak terhadap pencatatan transaksi ataupun panjabaran laporan keuangan dalam uang
asing.
Perubahan mata uang fungsional dapat berdampak terhadap pencatatan transaksi dalam mata
uang asing. Jika mata uang fungsional semula adalah rupiah, maka transaksi dalam dolar AS
Perlu dijabarkan ke pencatatan dalam rupiah. Namun jika mata uang fungsional dan
Pelaporan kemudian berubah menjadi dolar AS, maka transaksi dalam dolar AS
bukan lagi transaksi dalam mata uang asing karena sudah dalam mata uang
fungsionalnya.
Perubahan mata uang fungsional dapat berdampak terhadap penjabaran laporan
keuar, an dalam mata uang asing. Jika mata uang fungsional entitas induk adalah
ruptah, maka laporan keuangan entitas anak dalam dolar AS perlu dijabarkan ke
dalam rupiah untuk kepentingan konsolidasi. Namun jika mata uang fungsional dan
penyajian entitas induk kemudian berubah menjadi dolar AS, maka laporan keuangan
entitas anak dalam dolar AS tidak perlu lagi dijabarkan karena sudah dalam mata
uang fungsional entitas induknya.

Perubahan mata uang fungsional dapat berdampak terhadap metode penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing. Jika mata uang fungsional dan penyajian entitas induk adalah
rupiah, maka laporan keuangan entitas anak dalam dolar AS perlu dijabarkan ke dalam rupiah
untuk kepentingan konsolidasi dengan metode translasi. Namun jika mata uang fungsional entitas
anak kemudian berubah menjadi rupiah sedangkan mata uang pelaporan tetap dalam dolar AS,
maka laporan keuangan entitas anak dalam dolar AS dijabarkan dengan metode pengukuran
kembali untuk dikonsolidasikan dengan entitas induk.
PSAK 10 (Revisi 2009) mengatur perlakuan akuntansi jika terjadi
peruabahan dalam mata uang fungsional. Ketika terjadi perubahan
dalam mata uang fungsional suatu perusahaan, harus diterapkan
prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan terjadi. Dalam kata lain, suatu
perusahaan menjabarkan semua pos pos ke dalam mata uang
fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan
itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap
sebagai biaya historis perusahaan. Selisih nilai tukar yang timbul dari
penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya di
dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari
ekuitas ke dalam laporan laba rugi sampai pelepasan kegiatan usaha
tersebut.
Transaksi antar-entitas
Salah satu tujuan penjabaran suatu laporan keuangan adalah untuk keperluan
konsolidasi dengan €ntitas induk, Setelah dilakukan panjabaran, prosedur
konsolidasi yang dilakukan mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti
eliminasi saldo antar kelompok dan transaksi antar kelompok dari suatu entitas
anak seperti yang dibahas pada bab-bab sebelumnya. Namun, suatu aset atau
liabilitas moneter antar kelompok, baik jangka pendek atau jangka panjang,
tidak dapat dieliminasi terhadap liabilitas atau aset antar kelompok tanpa
menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan keuangan konsolidasian.
Hal ini karena pos moneter menggambarkan suatu komitmen untuk
mengonversi satu mata uang ke dalam mata uang lainnya dan mengakibatkan
perusahaan memiliki risiko atas keuntungan atau kerugian melalui fluktuasi
mata uang. Sehingga dalam laporan keuangan konsolidasian selisih nilai tukar
ini diakui dalam laba atau rugi atau pendapatan komprehensif lain.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai