Anda di halaman 1dari 111

QBL 5 : DISUSUN OLEH

“MEDIKAMENTOSA Seni Nilam Sari


Nurulhidayah
1910711009
1910711011

” Anis Partiwi
Nida Mujahidah 1910711028
Nida Julia
1910711024

1910711029
Anisa 1910711030
Oktaviolyta Cemerlang 1910711031
Raras Dwiinova 1910711032
Siti Luthfiana Hasena 1910711033
Keperawatan Dasar 2 (Kelas A)
Muhamad Fathurahman 1910711052
Fida Nabilah Auliya 1910711068
Luthfi Sari Wibowo1910711071
Fitri Wulan Sari 1910711074
Fathia Nurfadillah Aninda 1910711075
Fadhia Syaharani Ardira 1910711077
Prinsip Pemberian Obat
1996.Kee Joyce L,Evelyn R. Hayes. FARMAKOLOGI PENDEKATAN PROSES
KEPERAWATAN.Jakarta:EGC
Hello!
Fadhia Syaharani Ardira
1910711077

3
Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan
"enam hal yang benar“: klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang
benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau, hanya ada
lima hal yang benar dalam pemberian obat. Tetapi kini, ada hal keenam yang
dimasukkan, yaitu dokumentasi.

4
1. Benar Klien (klien yang benar).

Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa gelang


identifikasi klien,dan meminta klien menyebutkan namanya
sendiri. Terdapat pasien yang akan menjawab dengan nama yang
sembarang atau tidak dapat berespon, maka gelang identifikasi
harus diperiksa pada setiap klien setiap kali pengobatan
diberikan. Pada keadaan di mana gelang identifikasi hilang,
perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat
diberikan.
5
Implikasi dalam perawatan mencakup:
▸ Memastikan klien dengan memeriksa gelang dan
identifikasi.
▸ Membedakan 2 klien dengan nama belakang yang
sama. perawat juga bertanggung jawab untuk
secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada
saat memberikan pengobatan.
6
2. Benar Obat
▸ Obat yang benar berarti klien menerima ▸ Jika klien di rumah sakit, perintah
obat yang telah diresepkan. pengobatan ditulis "lembar instruksi
▸ Perintah melalui telepon untuk dokter" dan ditandatangani oleh
pengobatan harus ditandatangani oleh orang yang berwenang.
dokter yang menelpon dalam waktu 24 ▸ Resep dapat ditulis pada buku resep
jam. Perawat harus tunduk dengan dan diisi oleh ahli farmasi.
peraturan institusi mengenai perintah
melalui telepon.

7
Komponen dari perintah Ada 4 kategori Implikasi dalam perawatan
pengobatan : perintah pemberian mencangkup:
▸ Tanggal dan saat perintah obat : ▸ periksa apakah perintah pengobatan
di tulis ▸ perintah tetap atau lengkap dan sah jika perintah tidak
▸ Nama obat standing order lengkap atau tidak sah beritahu
▸ perintah satu kali perawat dan atau dokter yang
▸ Dosis obat
atau single order bertanggung jawab
▸ Rute pemberian
▸ perintah PRN atau ▸ kedua ketahui alasan mengapa klien
▸ Frekuensi pemberian menerima obat tersebut yang
jika perlu
▸ Tanda tangan dokter atau ▸
perintah STAT atau ▸ ketiga periksa label sebanyak 3 kali
pemberi asuhan sebelum memberikan obat
segera
kesehatan
8
3. Benar Dosis

Perawat harus menghitung setiap


Dosis yang benar adalah dosis dosis obat secara akurat, dengan
yang diresepkan untuk klien mempertimbangkan variabel
tertentu berikut: tersedianya obat dan dosis
obat yang diresepkan (diminta).

Dalam keadaan tertentu, berat


badan klien juga harus
dipertimbangkan, seperti 3
mg/kg/hari

9
Implikasi dalam perawatan termasuk :

Hitung dosis obat dengan benar. Jika ragu- ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang memberikan obat
tertentu kepada seorang klien harus menghitung dosis dan membutuhkan tanda tangan pada
kolom tanda tangan perawat jika parameter keamanan telah ditentukan.

Lihat buku PDR, American Hospital Formulary, atau buku referensi obat lainnya untuk
batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

10
4. Benar Waktu
▸ Waktu yang benar adalah saat di ▸ Jika obat mempunyai waktu
mana obat yang diresepkan paruh (t2) yang panjang, obat
harus diberikan. diberikan sekali sehari.
▸ Dosis obat harian diberikan pada ▸ Obat-obat dengan waktu paruh
waktu tertentu dalam sehari, pendek diberikan beberapa kali
seperti b.i.d (dua kali sehari), sehari pada selang waktu yang
t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d tertentu.
(empat kali sehari), atau q6h
(setiap 6 jam), sehingga kadar
obat dalam plasma dapat
dipertahankan.

11
Implikasi dalam perawatan termasuk :
Berikan obat yang khusus
dan berikan obat-obat
yang terpengaruh Periksa tanggal kadaluwarsa.
makanan
2. 4

1. 3.
Antibiotik harus diberikan Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh
dalam selang waktu yang makanan, seperti tetrasiklin, sebelum makan.
sama(min. setiap 8 jam dari
pada t.i.d) sepanjang 24 jam
untuk menjaga kadar darah
12
terapeutik.
5. Benar Rute
Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang
Implikasi dalam perawatan termasuk:
tepat dan memadai.
▸ Nilai kemampuan klien untuk menelan
Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah
sebelum memberikan obat-obat per oral.
oral (melalui mulut):
cairan, suspensi, pil, tablet, atau kapsul; ▸ Pergunakan teknik aseptik sewaktu
sublingual(di bawah lidah untuk abeorpsi memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan
vena), bukal (antara gusi dan pipi); topikal dalam rute parenteral.
(dipakai pada kulit), inhalani (semprot ▸ Berikan obat-obat pada tempat yang sesuai.
aerosol); instilasi (pada hidung, mata, ▸ Tetaplah bersama klien sampai obat-obat
telinga, rektum, atau vaginal,dan empat oral telah ditelan
rute parenteral: intradermal, subkutan,
intramuskular, dan intravena.
13
6. Benar Dokumentasi
▸ Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan
segera dari seorang perawat untuk mencatat
informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan.
▸ Hal ini meliputi meliputi nama obat, dosis, rute
(tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal,
dan inisial atau tanda tangan perawat. Respons
klien terhadap pengobatan perlu dicatat untuk Place your screenshot here
beberapa macam obat.
▸ Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan
lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat
lain memberikan obat itu kembali karena ia
berpikir obat belum diberikan

14
PERTIMBANGKAN
KHUSUS DALAM
PEMBERIAN OBAT
PADA BAYI DAN
ANAK, LANSIA.

ANIS PARTIWI
(1910711024)
BAYI DAN ANAK
Beberapa pertimbangan yang perlu diambil sehubungan dengan pemakaian obat pada
anak (Speight, 1987; WHO, 1987; Katzung, 2010) adalah:

Pertimbangan farmakokinetik
obat, meliputi absorpsi, distribusi, Penghitungan dosis.
metabolisme dan ekskresi.

Pertimbangan dosis terapetik dan


Segi praktis pemakaian toksik, yakni termasuk
obat, mencakup cara pemakaian obat dengan lingkup
pemberian, kebiasaan, terapi lebar atau sempit (wide or
dan ketaatan pasien narrow therapeutic margin), dan
untuk minum obat. interaksi antar obat berdasar
perjalanan penyakit.
1. PERTIMBANGAN FARMAKOKINETIKA
(ABSORPSI)
1. Pada 24 jam pertama kelahiran atau awal kehidupan, terjadi
peningkatan keasaman lambung. Oleh sebab itu obat-obat
yang terutama dirusak oleh asam lambung (pH rendah) sejauh
mungkin dihindari.

2. Pengosongan lambung pada hari I dan II kehidupan relatif


lambat (6-8 jam). Keadaan ini berlangsung selama ±6 bulan
untuk akhirnya mencapai nilai normal seperti pada dewasa.

3. Absorpsi obat yang diberikan perkutan meningkat pada


neonatus, bayi dan anak, terutama jika terdapat ekskoriasi
kulit atau luka bakar. Dengan meningkatnya absorpsi dapat
meningkatkan kadar obat dalam darah, hingga kemungkinan
dapat mencapai dosis toksik obat.
1. PERTIMBANGAN FARMAKOKINETIKA
(ABSORPSI)

4. Pada keadaan tertentu di mana injeksi


diperlukan sementara karena malnutrisi, anak
menjadi sangat kurus dan volume otot menjadi
kecil, pemberian injeksi harus sangat hati-hati.
Pada keadaan ini absorpsi obat menjadi sangat
tidak teratur dan sulit diduga oleh karena obat
mungkin masih tetap berada di otot dan
diabsorpsi secara lambat.

5. Peristaltik usus bayi baru lahir relatif belum


teratur, tetapi umumnya lambat. Sehingga
jumlah obat-obat yang diabsorpsi di intestinum
sulit diperkirakan.
1. PERTIMBANGAN FARMAKOKINETIKA
(DISTRIBUSI)

1. Barier darah otak pada bayi baru lahir relatif lebih


permeabel.

2. Protein plasma obat sangat kecil pada bayi


(neonatus) dan baru mencapai nilai normal pada
umur 1 tahun. Keadaan ini menjadi penting pada
bayi malnutrisi dan hipoalbuminemia.

3. Interaksi antara obat dengan bilirubin pada


ikatannya dengan protein plasma sangat penting
diperhatikan. Bilirubin bebas dapat menembus
barier darah otak pada neonatus dan
menyebabkan kern-ikterus (kerusakan otak).
1. PERTIMBANGAN FARMAKOKINETIKA
(METABOLISME)

Hepar merupakan organ terpenting untuk metabolisme


obat. Perbandingan relatif volume hepar terhadap
berat badan menurun dengan bertambahnya usia.

Dengan perbandingan relatif ini, volume hepar pada


bayi baru lahir ±2 kali dibandingkan anak usia 10
tahun. Hal ini menjelaskan, mengapa kecepatan
metabolisme obat paling besar pada masa bayi hingga
awal masa kanak-kanak, dan kemudian menurun mulai
anak sampai dewasa.
1. PERTIMBANGAN FARMAKOKINETIKA
(EKSKRESI)

Pada neonatus, kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi


tubulus masih imatur. Diperlukan waktu sekitar 6 bulan
untuk mencapai nilai normal. Oleh karena itu, pada anak obat
dan metabolit aktif yang diekskresi melalui urin cenderung
terakumulasi.

Sebagai konsekuensinya, obat-obat yang diekskresi dengan


filtrasi glomerulus, seperti misalnya digoksin dan
gentamisin, dan obat-obat yang sangat terpengaruh sekresi
tubuler, misalnya penisilin, paling lambat diekskresi pada
bayi baru lahir. Dengan demikian, seiring dengan
bertambahnya usia, diperlukan evaluasi ulang terhadap dosis
yang digunakan.
2. PERTIMBANGAN EFEK TERAPETIK
DAN EFEK TOKSIK OBAT

Apabila diagnosis kerja telah ditegakkan dan keputusan pemberian obat telah diambil,
perlu adanya pemikiran efek apa yang dapat ditimbulkan pada pemberian obat. Sebagai contoh
adalah pemberian amfetamin.
Oleh sebagian besar praktisi medik, obat ini dipercaya dapat meningkatkan konsentrasi
anak, sehingga mudah dikendalikan dan tertarik pada hal-hal yang bermanfaat (misalnya
pelajaran di sekolah). Namun demikian perlu diingat bahwa penggunaan obat ini tidak lepas
dari risiko efek samping.
Efek samping amfetamin antara lain halusinasi, hiperaktivitas (sering mendorong ke
arah kenakalan anak) hingga sampai kejang. Namun, efek samping ini sering luput dari
perhatian praktisi medik maupun orang tua pasien.
3. PERHITUNGAN DOSIS
Berat Badan Perkiraan Luas permukaan Persentase
Umur tubuh (m2) Dosis Dewasa
(kg) (lb)

3 6,6 Neonatus 0,2 12


6 13,2 3 bulan 0,3 18
10 22 1 tahun 0,45 28
20 44 5,5 tahun 0,8 48
30 66 9 tahun 1 60
40 88 12 tahun 1,3 78
50 110 14 tahun 1,5 90
60 132 Dewasa 1,7 102
70 154 Dewasa 1,76 103
3. PERHITUNGAN DOSIS
Contoh 1 Contoh 2

Anak usia 6 bulan, mengalami demam tinggi, untuk


Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250 mg
menurunkan panas anak tersebut mendapatkan resep
inj. via IV, obat yang tersedia dalam 1 vial ceftriaxone
obat paracetamol, berapa dosisi yang diberikan untuk
berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos aquades 10cc .
akan tersebut
berapa jumlah yang diberikan?
Jawab:
Jawab :
Dd (dosis dewasa) paracetamol : 500 mg
4. SEGI PRAKTIS PEMAKAIAN OBAT
PERIODE AWAL KELAHIRAN PERIODE KANAK-KANAK DAN
(BAYI) PRASEKOLAH (UMUR 1-10 TAHUN)

Pada periode ini, pemberian obat per 1. Cara pemberian obat efektif
oral dapat mengakibatkan aspirasi, 2. Menghindarkan obat dari
beberapa obat tidak diabsorpsi secara jangkauan anak
baik. Jika diberikan secara 3. Pengobatan pada infeksi
intramuskuler, sebaiknya dilakukan di berulang
tungkai atas, sebelah anterior atau 4. Pemakaian obat untuk penyakit
lateral. Penyuntikan pada pantat tidak kronik
dianjurkan mengingat masa otot yang
masih relatif kecil dan kemungkinan
rusaknya saraf skiatik.
LANJUT USIA
USIA LANJUT

Riwayat Hanya resepkan obat yang


Obat diberikan atas indikasi Mulai dengan dosis terkecil.
pemakaian obat Penyesuaian dosis secara sekiranya menjamin ketaatan
yang ketat, untuk diagnosis
Informasi pasien, memberi resiko yang
yang dibuat. Sebagai contoh, individual perlu dilakukan
mengenai terkecil, dan sejauh mungkin
sangat tidak dianjurkan untuk menghindari
pemakaian obat jangan diberikan lebih dari 2
memberikan simetidin pada kemungkinan intoksikasi
sebelumnya jenis obat. Jika terpaksa
kecurigaan diagnosis ke arah (penyakit yang disebabkan
memberikan lebih dari 1
dispepsia (rasa nyeri atau karena tertelannya toksin
dalam makanan), karena macam obat, pertimbangkan
tidak nyaman pada perut).
cara  pemberian yang bisa
penanganan terhadap akibat
dilakukan pada saat yang
intoksikasi obat akan jauh
bersamaan.
lebih sulit.
Bentuk dan Rute
Pemberian Obat
Nida Mujahidah (1910711028)
Fida Nabilah Auliya (1910711068)
01
Bentuk Obat
Padat, semi padat, dan cair
Padat
ABOUT THE DISEASE

PULVIS dan PULVERES TABLET


(Serbuk)
• Cukup stabil dalam transportasi dan
• Cocok untuk obat yang tidak stabil penyimpanan.
dalam bentuk cairan • Tidak tepat untuk : - obat yang dapat dirusak
• Absorbsi obat lebih cepat dibanding oleh asam lambung dan enzim pencernaan -
dalam bentuk tablet obat yang bersifat iritatif.
• • Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat
Tidak cocok untuk obat yang
mempengaruhi bioavailabilitas bahan aktif.
mempunyai rasa tidak menyenangkan,
• Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan
dirusak dilambung, iritatif, dan multiplayer obat-obat yang dapat berinteraksi
mempunyai dosis terapi yang rendah. secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari
• Tablet yang berbentuk silindris dalam
perdagangan disebut Kaplet
Padat
ABOUT THE DISEASE

KAPSUL

Cangkang kapsul dapat larut dan


dipisahkan dari isinya:
• Kapsul Lunak ( Soft Capsule ):
berisi bahan obat berupa
minyak/larutan obat dalam
minyak.
• Kapsul keras ( Hard Capsule ):
berisi bahan obat yang kering
Semi Padat
ABOUT THE DISEASE

JELLY (GEL )
UNGUENTA (SALEP)
Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan
• Daya penetrasi paling kuat bila dibandingkan lengket yang mencair waktu kontak dengan kulit,
dengan bentuk sediaan padat lainnya. mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak
• Cukup stabil dalam penyimpanan dan berminyak. Pada umumnya menggunakan bahan
transportasi dasar larut dalam air ( PEG, CMG, Tragakanta )
• Obat kontak dengan kulit cukup lama sehingga • Obat dapat kontak kulit cukup lama dan mudah
cocok untuk dermatosis yang kering dan kering
kronik serta cocok untuk jems kulit yang • Dapat berfungsi sebagai pendingin dan
bersisik dan berambut. pembawa obat
• Tidak boleh digunakan untuk lesi seluruh • Bahan dasar mempunyai efek pelumas tidak
tubuh. Contoh : Tolmicen 10 ml, Polik oint 5 g berlemak sehingga cocok untuk dermatosa
kronik
• Biasanya untuk efek lokal, pemakaian yang
terlalu banyak dapat memberikan efek sistemik.
Semi Padat
ABOUT THE DISEASE

PASTA
CREAM
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, obat yang berbentu serbuk dalam jumlah besar ( 40
sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan — 60% ), dengan vaselin atau paraffin cair
pada kulit, • Obat dapat kontak lama dengan kulit
• Absorbsi obat cukup baik dan mudah • Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak
dibersihkan dari kulit basah ( Sub akut atau kronik )
• Kurang stabil dalam penyimpanan karena • Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih,
banyak mengandung air dan mudah timbul dan pembawaUntuk lesi akut dapat
jamur bila sediaan dibuka segelnya. meninggalkan kerak vesikula
• Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin
• Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut.
Cair
ABOUT THE DISEASE

SOLUTIO SIRUP

Sifat:
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat • Lebih kental dan lebih manis dibandingkan
kimia yang terlarut. dengan Solutio.
Solute : Zat yang terlarut. • Cocok untuk anak-anak maupun Dewasa.
Solven : Cairan pelarut umumnya adalah air • Sirup Kering : Suatu sediaan padat yang berupa
• Obat homogen dan absobsi obat cepat serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat,
• Untuk obat luar mudah pemakaiannya dan pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya,
cocok untuk penderita yang sukar menelan, kecuali pelarut. Apabiola akan digunakan
anak-anak dan manula ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk
sediaan suspensi.
Cair
ABOUT THE DISEASE

SUSPENSI ELIXIR

Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam


Larutan oral yang mengandung etanol sebagai
bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi
kosolven, untuk mengurangi jumlah etanol
dalam cairan/vehiculum, umumnya
bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin
mengandung stabilisator untuk menjamin
dan propilenglikol, tetapi etanol harus ada
stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu
untuk dapat dinyatakan sebagai elixir.
sebelum dipakai.
Cair
ABOUT THE DISEASE

GARGARISMA LOTION
GUTTAE

Obat yang dikumur sampai Sediaan cair yang digunakan


Sediaan cair yang pemakaiannya
tenggorokan, dan tidak boleh untuk pemakaian luar pada
dengan cara meneteskan.
ditelan.
Contoh: Tetes Oral, tetes mata, kulit
Contoh : Betadine 190 ml
tetes telinga
02
Rute Pemberian Obat
Enteral dan Parenteral
2 Rute Utama Pemberian
CONCEPTS AND TYPOLOGY

Obat
Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk


obat yang absorbsinya buruk melalui
saluran cerna, dan untuk obat seperti
insulin yang tidak stabil dalam saluran
cerna. Rute pemberian obat dengan
parenteral juga digunakan untuk
Enteral pengobatan pasien yang tidak sadar dan
dalam keadaan yang memerlukan kerja
obat yang cepat. Pemberian parenteral
rute pemberian memberikan kontrol paling baik
terhadap dosis yang sesungguhnya

obat yang dimasukkan kedalam tubuh.

nantinya akan
melalui
saluran cerna
Jurusan rute adalah oral (melalui
mulut), parenteral (disuntikkan), dan
topical (diterapkan pada kulit atau
selaput lendir).

Rute parenteral yang umum adalah


subkutan (Sub-Q), intramuskuler
(IM), dan intravena (IV) suntikan
01 Oral

Keuntungan: Kerugian
• Sederhana dan bisa digunakan • Dosis tidak diketahui karena
oleh kebanyakan orang beberapa obat tidak diserapdan
• Nyaman; tidak membutuhkan beberapa dimetabolisme di hati
peralatan yang kompleks sebelum mencapai aliran darah.
• Aksi narkoba yang lambat
• Relatif murah • Iritasi gastrointestinal
05 mukosa oleh
beberapa obat

Catatan:

• Rute oral harus


• umumnya digunakan saat mungkin,
mempertimbangkan
• kondisi pasien dan kemampuan untuk
mengambil atau mentolerir obat oral.
02 Gastrointestinal (GI) tabung

Keuntungan: Kerugian
• Mengizinkan penggunaan • Dengan tabung nasogastrik, obat-
saluran GI di pasien yang tidak obatan dapat disedot ke paru-paru
• Tabung bor kecil sering menjadi
bisa memakaiobat oral
tersumbat
• Dapat digunakan lebih lama • Memerlukan tindakan pencegahan
periode waktu, jika perlu khusus memberi dengan benar dan
• Dapat menghindari atau menghindari
05 komplikasi
mengurangi suntikan

Catatan:

• Persiapan cair lebih disukai daripada


tablet hancur dan kapsul kosong, bila
tersedia.
• Tube seharusnya dibilas sebelum dan
setelah menanamkan obat
03 Subkutan (Subq) injeksi

Keuntungan:
• Kerugian
Relatif tidak menyakitkan
• Hanya sejumlah kecil obat (hingga 1
• Jarum yang sangat kecil bias mL) bias diberikan
digunakan • Penyerapan obat relatiflambat
• Insulin dan heparin, obat yang • Hanya beberapa obat yang bias
biasa digunakan, bisa diberikan Sub-Q
diberikan Sub-Q 05

Catatan:

Rute Sub-Q biasa digunakan untuk hanya


sedikit obat karena banyak narkoba
menjengkelkan untuk Sub-Q tisu.
Obat-obatan semacam itu mungkin
menyebabkan rasa sakit, nekrosis, dan
pembentukan abses jika disuntikkan
Sub Q.
04 Intramuskuler (IM) injeksi

Keuntungan: Kerugian
• Dapat digunakan untuk • Jumlah yang relatif kecil obat
beberapa Obat (hingga 3 mL) dapat diberikan
• penyerapan obat cepat karena • Risiko kerusakan pembuluh darah
jaringan otot memiliki pasokan atau saraf jika jarum tidak
diposisikan dengan benar
darah yang melimpah
05

Catatan:

Sangat penting untuk melakukannya


gunakan landmark anatomi ketika memilih
situs injeksi IM.
Intravena (IV)
05 injeksi

Keuntungan: Kerugian:
• Memungkinkan pemberian
• Diperlukan waktu dan • Potensi tinggi untuk
obat diberikan kepada pasien keterampilan untuk merugikan reaksi akibat
yang tidak dapat mengambil venipuncture dan obat cepat aksi dan
cairan atau obat dengan mempertahankan jalur kemungkinan
saluran pencernaan IV komplikasi terapi IV
• Setelah disuntikkan, (mis., perdarahan,
• Melewati hambatan untuk obat tidak dapat diambil05 infeksi, cairan overload,
obat penyerapan yang terjadi kembali jika merugikan ekstravasasi)
dengan rute lain efek atau overdosis • Flebitis dan trombosis
• Aksi obat cepat terjadi dapat terjadi dan
menyebabkan rasa tidak
• Jumlah yang lebih besar bias nyaman atau sakit, perlu
diberikan selain oleh Sub-Q berhari-hari atau minggu
dan Rute IM untuk mereda, dan
• Memungkinkan administrasi membatasi pembuluh
darah yang tersedia
lambat ketika diindikasikan untuk terapi masa depan
06 Pemberian topikal

Keuntungan: Kerugian Catatan:


• Dengan aplikasi ke kulit utuh, • Beberapa obat mengiritasi kulit atau
sebagian besar obat bertindak di selaput lendir dan menyebabkan Ketika tersedia dan efektif obat topical lebih
situs aplikasi, dengan sedikit gatal, ruam, atau ketidaknyamanan disukai daripada
penyerapan sistemik atau merugikan • Dengan meradang, terabrasi, atau obat oral atau disuntikkan,
kulit rusak, penyerapan obat karena lebih sedikit dan / atau
sistemik efek.
meningkat dan sistemik efek buruk sistemik yang kurang parah
• Beberapa obat diberikan topikal
dampak buruk.
untuk sistemik efek (mis., obat dapat terjadi
bercak kulit). Efek dapat bertahan • Aplikasi pada selaput lendir dapat
beberapa hari, dan tambalannya menyebabkan sistemik efek
biasanya nyaman untuk pasien. samping (mis., beta tetes mata
• Dengan aplikasi ke membran blocker, terbiasa mengobati
mukosa, sebagian besar obat-obatan glaukoma, bisa menyebabkan
baik dan cepat diserap bradikardia sama seperti beta oral
blocker) Persiapan obat tertentu
harus digunakan untuk aplikasi ke
kulit, mata, situs sublingual, bukal,
vagina, dan dubur.
Bioavailibilitas tiap rute
Perhitungan Dosis
Obat (Rumus
Dasar)
By : Luthfi Sari Wibowo (1910711071)
Pengertian Dosis 01
URAIAN Macam-macam Dosis 02
MATERI Rumus Dasar 03
Contoh 04
Pengertian Dosis
Jumlah obat yang diberikan
atau dimasukkan ke dalam
tubuh untuk mendapatkan
pengaruh tertentu.
Macam-macam
Dosis

Dosis lazim =
Dosis toksis
Dosis terapi Jumlah obat yang
Angka patokan yang mampu menyebabkan
menunjukkan jumlah keracunan bila
obat yang harus diberikan kepada
diberikan atau dipakai seseorang atau hewan
untuk memdapatkan coba.
pengaruh sesuai dengan
khasiat obat yang
dikehendaki.
Dosis maksimum Dosis letal
Jumlah obat yang sebanyak- Jumlah obat yang
banyaknya yang dapat diberikan kepada
diberikan kepada seseorang seseorang yang mampu
tanpa menimbulkan pengaruh menyebabkan kematian.
keracunan.
RUMUS DASAR
Keterangan :
DxV=A D : dosis yang diinginkan atau
H dosis yang diberikan
dokter
H : dosis obat pada label
tempat obat (botol atau
vial)
V : jumlah cairan oplosan atau
bentuk obat yang tersedia
(tablet, kapsul, cair)
A : jumlah hasil hitungan yang
diberikan kepada pasien
CONTOH
1

Pasien mendapat obat injeksi antibiotik


sehari 3 x 850 mg, dan satu kemasan
antibiotik itu mengandung cefadroxil
sebanyak 1 gram. Karna akan nyuntik IV
langsung perawat harus mengoploskan
dengan 8 cc. Berapa yang akan diaspirasi
oleh perawat ke dalam spuit untuk setiap
kali menyuntik ?
TAHAPAN
Dik :
D : 850 mg
H : 1 gram = 1000 mg
V : 8 cc

Dit : A?

Jawab :
D/HxV=A
850 / 1000 x 8 = A
A = 6,8 cc
2

Perintah : Ampicillin 0,5 gram peroral 2


kali sehari. Obat yang tersedia ampicillin
250 mg/capsul.
TAHAPAN

Dik :
D : 0,5 gram = 500 mg
H : 250 mg
V : 1 capsul

Dit : A?

Jawab :
D/HxV=A
500 / 250 x 1 = A
A = 2 caps
PEMBERIAN OBAT
SECARA ORAL
Raras Dwinova (1910711032)
Pemberian Oral adalah yang paling
umum, paling murah, dan paling
banyak digunakan sebagai rute
ternyaman untuk sebagian besar
klien. Dalam pemberian oral, obat
ditelan dengan cairan. Obat oral
memiliki cara kerja yang lebih
lambat dan efek lebih lama dari obat
parenteral. Kekurangannya yaitu
dapat mencakup rasa yang tidak
menyenangkan dari obat, iritasi
mukosa lambung, penyerapan tidak
teratur dari Saluran GI, penyerapan
lambat, dan, dalam beberapa
kasus, membahayakan gigi klien.
01. 02.
Sublingual Bukal
(Buccal)
Dalam pemberian sublingual Dalam pemberian bukal, obat
obat ditempatkan di bawah (mis., tablet) diadakan di mulut
lidah, tempat di mana obat larut. melawan lendir selaput pipi
Dalam waktu yang relatif sampai obat larut. Ajari pasien
singkat, sebagian besar diserap untuk mengganti pipi dengan
ke dalam pembuluh darah di setiap dosis berikutnya untuk
bagian bawah lidah. Obat tidak menghindari iritasi mukosa.
boleh ditelan. Nitrogliserin Peringatkan pasien untuk tidak
adalah salah satu contoh obat mengunyah atau menelan obat
yang biasa diberikan dengan atau untuk mengambil cairan
cara ini. Katakan pada pasien apa pun dengannya. Obat ini
untuk tidak minum apa pun dapat bekerja secara lokal pada
sampai obatnya benar-benar selaput lendir mulut atau
habis larut. sistemik ketika tertelan dalam air
liur.
GAMBAR
Sublingu
al

Bukal
(Buccal)
PEMBERIAN OBAT NIDA JULIA NAFI’AWANI

SECARA PARENTAL 1910711029


DEFINISI
Pemberian obat parenteral adalah pemberian obat dengan
menyuntikkan ke jaringan tubuh. Ketika obat diberikan dengan cara
ini, prosedur invasif yang dilakukan menggunakan teknik aseptik.
Pemberian obat secara parental tdd:
Intravena (IV)
Subcutan (SC)
Intracutan (IC)
Intramuskular (IM)
INTRAVENA (IV) INTRADERMAL (ID) / INTRAKUTAN
(IC)
Terapi intravena adalah memasukkan Injeksi intracutan / Intradermal adalah
jarum atau kanula ke dalam vena pemberian obat ke dalam lapisan dermal
(pembuluh balik) untuk dilewati cairan kulit tepat dibawah lapisan epidermis.
infus / pengobatan, dengan tujuan agar Injeksi ini disuntikkan ke dalam dermis,
sejumlah cairan atau obat dapat masuk di mana suplai darah berkurang dan
ke dalam tubuh melalui vena dalam penyerapan obat terjadi secara perlahan.
jangka waktu tertentu. Dengan Suntikan ini biasanya digunakan untuk
pemberian IV, obat menghindari saluran pengujian kulit (mis., Skrining tuberkulin
cerna dan oleh karena itu menghindari dan tes alergi).
metabolisme first pass oleh hati.
INTRAMUSKULAR (IM) SUBCUTAN (SC)

Injeksi Intramuskular yaitu Suntikan subkutan melibatkan penempatan


menyuntikkan obat ke dalam lapisan obat-obatan ke dalam jaringan ikat longgar di
otot tubuh. Injeksi intramaskular bawah dermis. Area yang sering digunakan
diabsorpsi lebih cepat daripada injeksi untuk injeksi subkutan adalah aspek terluar
subkutan karena lebih banyak lengan atas dan aspek anterior paha, abdomen,
pembuluh darah ke otot tubuh. area scapula pada punggung atas, dan area
ventrogluteal atas dan dorsogluteal. Karena
jaringan subkutan tidak kaya dengan darah
seperti otot, penyerapan obat agak lebih lambat
dibandingkan dengan injeksi IM. Namun, obat
diserap sepenuhnya jika status peredaran darah
pasien normal. Jaringan subkutan mengandung
reseptor rasa sakit, pasien sering mengalami
sedikit ketidaknyamanan.
Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat
kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis.
Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang
digunakan(contoh 0,1 ml).Metode pemberian ini sering
kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan
tuberkulosis
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI INJEKSI
INTRAKUTAN/IC

 Indikasi Injeksi IC
 Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes).
 Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
 Menegakkan diagnosa penyakit.
 Sebelum memasukkan obat.
 Kontraindikasi Injeksi IC:
 Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
 Pasien dengan kulit terluka.
 Pasien yang sudah dilakukan skin tes.
LOKASI INJEKSI INTRAKUTAN / IC

Lokasi injeksi intracutan biasanya pada :

 lengan bawah bagian dalam


 dada atas 
 punggung dibawah skapula
 Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC
 lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
 Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah
daerah muskulus    deltoideus. 
 Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari
lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang
sehat, jauh dari peredaran darah. 
PRINSIP PEMBERIAN OBAT INTRAKUTAN / IC
 Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian
keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar
tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi pemberian beberapa obat
yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
 Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan obat.
 Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
 Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya  dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga
tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun
keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian
penolakan terapi.
 Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit
dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
 Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit,
untuk langsung disuntikan pada pasien.

https://www.perawatkitasatu.com/2019/07/injeksi-intrakutan-ic-definisi-tujuan.html
PERLENGKAPAN/ALAT
1. Daftar obat pasien
2. Bak steril yang dialasi kasa (tempat spuit)
3. Spuit 1 cc dan jarum no. 27G atau no. 30G berisi cairan suntikan
(obat sesuai dosisnya)
4. Kapas alkohol
5. Wadah pembuangan (bengkok)
6. Handscoon/sarung tangan bersih
7. Perlak dan alas
8. Pulpen atau spidol
CARA PENYUNTIKAN SECARA IC

1. Siapkan alat alat


2. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengatur posisi pasien.
4. Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai kebutuhan.
5. Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
6. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama
pada daftar obat.
7. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
8. Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit diisi oleh obat sesuai dosisnya.
9. Mencuci tangan
10.Menentukan tempat penyuntikkan :
- Lengan bawah : Bagian depan lengan bawah sepertiga dari lekukan siku (2/3 dari pegelangan tangan). Tentukan
pada kulit yang sehat dan bukan pada pembuluh darah. Tempat ini untuk skin tes dan Mantoux test.
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus. Tempat ini untuk suntikan
BCG.
11. Membebaskan daerah yang akan disuntikkan dari pakaian.
12. Memasang perlak dan alas tepat di bawah bagian yg disuntik.
13. Disinfeksi dengan kapas alkohol, membuang kapas ke dalam wadah pembuangan (bengkok).
Tunggu sampai kulit kering dari alkohol.
14. Menegangkan kulit pasien dengan tangan kiri.
15. Menusukkan jarum dengan lubang jarum mengarah ke atas.
16. Jarum dan permukaan kulit membentuk sudut 15o – 20o
17. Memasukkan/menyemprotkan cairan dari spuit sampai terjadi gelembung pada kulit (sekitar
0,1 cc atau sesuai jenis obat)
18. Menarik jarum dengan cepat, tidak di disinfeksi dengan kapas alkohol dan tidak boleh
dilakukan pengurutan (massage). Tutuplah jarum dengan metode satu tangan
19. Merapikan pasien
20. Membereskan alat
21. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika
terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya
pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
22. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2-
3x24 jam, positif bila terdapat rubor, dolor, kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
23. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan
anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun pada daerah
penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan daftar obat pasien ketempatnya
24. Mengobservasi keadaan umum pasien
25. Melepaskan handscoon
26. Mencuci tangan.
27. Membuat catatan keperawatan mencakup :1) Tindakan dan respon pasien 2) Nama jelas
perawat yang melakukan tindakan, waktu penyuntikan dan waktu penilaian, dan lokasi
penyuntikan.
Pemberian obat
melalui intavena
( IV )

An i sa 1 9 1 07 11 0 3 0
F it r i Wu la n Sa ri 1 9 1 07 11 0 7 4
Pengertian injeksi
intravena :

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah


vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah
pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.
Da pa t di l a k uk a n p a da ( I ndi k a s i ) :
• 1. Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat di berikan dengan cepat.

• 2. Pasien yang terus menerus muntah- muntah

• 3. Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun juga lewat mulutnya.

• 4 . Ty p o i d

• 5. Sesak nafas

• 6. Epilepsi atau kejang – kejang

Bahaya Pemberian Injeksi :

• 1. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps)

• 2. Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma

• 3. Dapat menimbulkan kelumpuhan


Tu j u a n i n j e k s i :

• a. untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi perenteral lain

• b. untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan

• c. untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

Lokasi injeksi :

• Memberikan obat melaui vena secara langsung, di antaranya :

• 1 . Ve n a m e d i a n a n c u b i t u s / c e p h a l i k a ( d a e r a h l e n g a n )

• 2 . Ve n a s a p h e n o u s ( t u n g k a i )

• 3 . Ve n a j u g u l a r i s ( l e h e r )

• 4 . Ve n a f r o n t a l i s / t e m p o r a l i s d i d a e r a h f r o n t a l i s d a n t e m p o r a l d a r i k e p a l a .
Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan cara infus continue, infus
intermitten ataupun dalam bentuk bolus. Formulasi untuk ketiga cara pemberian ini
tidak dapat saling dipertukarkan, karena akan berakibat fatal pada pasien.

1. Infus intravena continue

Pemberian obat melalui infus yang continue bertujuan untuk menghasilkan dan mempertahankan
konsentrasi obat yang konstan dalam darah, misalnya pada pemberian oksitosin . Obat tersebut
diberikan sebagia larutan yang encer untuk mengurangi iritasi vena. Akan tetapi kita harus yakin bahwa
larutan obat yang disuntikkan lewat infus dapat bercampur dengan larutan infusnya. Sebagai contoh,
frusemid (Furosemid) tidak dapat bercampur dengan larutan Glukose/Dextrose.
2. Infus intermittent

Beberapa obat dapat diberikan sebagai infus selama 20 menit hingga 1 jam/ cara pelaksanaannya
bergantung pada apakah sudah ada infus yang terpasang atau hanya obat tersebut yang akan diberikan
melalui infus. Bila ada infus yang harus diberikan bersamaan, kedua obat tersebut harus kompantibel
dan digunakan two-way-tap. Bila hanya obat tersebut yang akan diinfuskan, kanula tersebut harus
dibilas sebelum dan setelah pemberian obat. Pemberian infus intermitten dapat menyebabkan
konsentrasi obat tersebut dalam plasma berfluktuasi, dan dapat turun diatas atau dibawah kisaran
terapeutik.Keadaan ini dapat menimbulkan intoksikasi (keracunan) maupun kegagalan terapi.Konsentrasi
yang berfluktuasi tersebut dapat terjadi, misalnya pada wanita yang mendapatkan terapi antibiotic atau
heparin intravena. Karena penyerapan obat-obat intravena berlangsung sangat cepat, maka
pemberiannya harus benar- benar “tepat waktu” penyuntikan yang terlambat

atau pemberian yang terlalu dekat antara yang satu dengan yang lainnya akan menyebabkan fluktuasi
pada konsentrasi obat.
3. Pemberian secara bolus

Suntikan dapat diberikan langsung pada pembuluh vena atau pada selang infus (perkap).

Penyuntikan langsung pada vena biasanya sedapat mungkin dihindari, karena alasan :

a. Penggunaan jarum baja untuk penyuntikan IV yang berkali-kali membawa resiko ekstravasasi dan
kerusakan jaringan.

b . Ta n p a a k s e s v e n a y a n g c o n t i n u e , s e t i a p r e a k s i y a n g m e r u g i k a n a k a n s u l i t d i t a n g a n i . P e m b e r i a n
secara bolus lewat infus harus dilakukan dengan perlahan untuk memungkinkan cairan infus mengalir
terus dan mengencerkan obat yang disuntikkan.Kecepatan penyuntikan tergantung pada jenis
obatnya.Umumnya tidak ada obat yang boleh disuntikkan secara intravena dengan kecepatan kurang
dari satu menit, kecuali jika paseinnya mengalami gagal jantung atau bila terdapat perdarahan hebat
(Loeb et al, 1993; McKenry & salerno, 1995).
Pe mbe r i a n Ob a t Me l a l ui I nt r a v e na ( Se c a r a La n gs ung ) P e rs i a pa n a l a t :

1. buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. kapas alkohol

3. sarung tangan

4. obat yang sesuai

5. spuit 2ml – 5 ml

6. bak spuit

7. baki obat

8. plester

9. perlak pengalas

1 0 . k a r e t p e m b e n d u n g ( t o u r ni q u e t )

11 . k a s a s t e r i l ( b i l a p e r l u )
Prosedur Kerja :
1.Cuci tangan

2.Siapkan obat dengan prinsip enam benar

3.Indentifikasi klien

4.Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan

5.Atur klien pada posisi yang nyaman

6.Pasang perlak pengalas

7.Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja

8.Letakkan karet pembendung ( torniquet )

9.Pilih area penususkan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa gatal. Menghindari
gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan

10.Pakai sarung tangan

11 . B e r s i h k a n a r e a p e n u s u k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n k a p a s a l k o h o l , d e n g a n g e r a k a n s i r k u l e r d a r i a r a h
da rah k eluar deng an d iamet er s ekit ar 5 cm. Tungg u sa mpai kerin g. M et odr oni dilaku kan u nt uk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme
Lanjutan
12.Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan

13.Buka tutup jarum

1 4 . Ta r i k k u l i t k e b a w a h k u r a n g l e b i h 2 , 5 c m d i b a w a h a r e a p e n u s u k a n d e n g a n t a n g a n

1 5 . n o n d o m i n a n . M e m b u a t k u l i t l e b i h k e n c a n g d a n v e n a t i d a k b e r g e s e r, m e m u d a h k a n

16.Penusukan

17.Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk perlahan pasti

18.Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena

19.Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan

20.dominan menarik plunger

21.Observasi adanya darah dalam spuit


Lanjutan
22.Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan

23.20.Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300) , sambil

24.melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan

2 5 . Tu t u p a r e a p e n u s u k k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n k a s s a s t e r i l y a n g d i b e r i b e t a d i n

26.Kembalikan posisi klien

27.Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan

28.Buka sarung tangan

29.Cuci tangan

30.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan


Pe mbe r i a n O ba t Me l a l ui i nfus ( s e c a r a ti da k la ngs un g ) a d a d ua c a r a , y a i t u :

1. Pemberian obat melalui wadah intravena.

Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena.

Tu j u a n n y a : u n t u k m e m i n i m a l k a n e f e k s a m p i n g d a n m e m p e r t a h a n k a n k a d a r t e r a p e u t i k d a l a m d a r a h .

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3 . Wa d a h c a i r a n ( k a n t o n g a t a u b o t o l )

4. kapas alcohol
Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat berlahan – lahan ke dalam kantong atau wadah cairan.

7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan kantong cairan secara perlahan
–lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8. Perikasa kecepatan infus

9. Cuci tangan

10. catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
B. Pemberian obat melalui selang intravena

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Spuit dan jarum yang sesui dengan ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Selang intra vena

4. Kapas alkohol
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan setop aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukan obat secara perlahan- lahan ke dalam selang intravena.

7. Setelah selesai, tarik spuit.

8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat

9. Cuci tangan

10. Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya


PENYUNTIKAN
SECARA IM
SITI LUTHFIANA HASENA
(1910711033)
FATHIA NURFADILLAH A
(1910711075)
Injeksi Intramuskular (IM) adalah pemberian
obat / cairan dengan cara dimasukkan
langsung ke dalam otot (muskulus). Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah
paha (vastus literalis) dengan posisi
ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal
(posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).

91
Lokasi Injeksi Intramuskular
1. Paha (Vastut Lateraslis) 2. Ventrogluteal 3. Dorsogluteal
Posisi klien terlentang dengan Posisi klien berbaring miring, Lokasi ini dapat digunakan
lutut agak fleksi. Area ini telentang, atau telentang dengan pada orang dewasa dan anak-
terletak antara sisi median lutut atau panggul miring dengan anak diatas 3 tahun, tidak untuk
anterior dan sisi midlateral tempat yang diinjeksi fleksi. anak dibawah 3 tahun karena
paha. Otot vastus lateralis Arean ini paling banyak dipilih pada usia ini otot dorsogluteal
biasanya tebal dan tumbuh untuk injeksi muscular karena belum berkembang. Perawat
secara baik pada orang dewasa pada area ini tidak terdapat juga harus berhati-hati dalam
dan anak-anak. Pada bayi pembuluh darah dan saraf besar. melakukan injeksi dorsogluteal
disarankan menggunakan area Area ini jauh dari anus sehingga agar tidak mengenai saraf
ini karena pada area ini tidak tidak atau kurang skiatik dan pembuluh darah.
terdapat serabut saraf dan terkontaminasi.
pembuluh darah besar.

92
4. Lengan Atas (Deltoid) 5. Rectus Femoris
Posisi klien duduk atau berbaring datar Pada orang dewasa rectus femoris terletak
dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks pada sepertiga tengah paha bagian depan,
menyilangi abdomen atau pangkuan. Area pada bayi atau orang tua kadang-kadang
ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit
luar. Area ini jarang digunakan untuk dicubit untuk memudahkan jarum
injeksi intramuscular karena mempunyai mencapai kedalaman yang tepat.
resiko besar terhadap bahaya tertusuknya
pembuluh darah, mengenai tulang atau
serabut saraf. Untuk menentukan lokasi
deltoid adalah meletakkan dua jari secara
vertical dibawah acromion.

93
94
Indikasi dan Kontraindikasi Injeksi
Intramuskular

a. Indikasi, dapat dilakukan pada pasien yang tidak


sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
b. Kontraindikasi, infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saraf besar
dibawahnya.

95
Tujuan Pemberian Obat Intramuskular
Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan untuk
absorpsi obat lebih cepat daripada pemberian obat
secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di
otot tubuh.

Untuk memasukkan obat lebih dari jumlah obat


yang diberikan melalui subcutan.

Pemberian obat dengan cara seperti ini dapat


mencegah/mengurangi iritasi obat. Tapi disini perawat
harus lebih hati-hati karena cara ini dapat menyebabka
luka pada kulit dan rasa nyeri pada pasien.

96
Peralatan yang perlu di persiapkan
1. Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk dapat menusuk otot dengan baik (±6,5 cm)
2. Bak injeksi
3. Bengkok
4. Kassa
5. Obat yang akan digunakan
6. Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila diperlukan)
7. Handscone
8. Kapas alcohol
9. Cairan pelarut atau cairan steril
10. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat

97
98
Cara Pemberian Obtan Injeksi Intramuskular
1. Persiapkan alat
2. Letakkan alat disamping pasien agar lebih mudah
3. Pastikan obat apa yang ingin diberikan pada pasien dan pasiennya tepat dengan melihat
label obat dan buku catatan
4. Jelaskan pada pasien tindakan yang ingin dilakukan
5. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
6. Memakai handscone
7. Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya
8. Ambil obat kemudian masukan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu letakan ke
bak injeksi . Sebelum itu pastikan lagi apakah obat yang ingin diberikan sudah benar

99
9. Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan
10. Desinfeksi dengan kapas alcohol daerah yang akan dilakukan tindakan penyuntikan
11. Lakukan penyuntikan dengan posisi jarum tegak lurus
12. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Jika tidak ada darah masukan obat secara perlahan
hingga habis
13. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas
alcohol. Tutup spuit kembali kemudian letakan spuit yang telah digunakan ke dalam bengkok
14. Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien
15. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian
16. Lepaskan handscone dan bersihkan peralatan yang telah digunakan
17. Cuci tangan

100
PENYUNTIKAN
SECARA SC
SENI NILAM SARI (1910711009)
MUHAMAD FATURAHMAN (1910711052)

Sumber : Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. J., Frandsen, G.,
Buck, M., … Stamler, L. L. (2018). Fundamentals of Canadian nursing:
concepts, process, and practice (4th ed.). Don Mills, Ontario: Pearson.
PENGERTIAN
▹ Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau
melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif
yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
▹ Injeksi subcutan merupakan cara memberikan obat dengan 10
2
memasukkan obat ke dalam jaringan subcutan dibawah kulit
dengan spuit.
▹ Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah
vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.
TUJUAN
▹ Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan
subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi. Selain itu alasan
kenapa injeksi subcutan ini di pilih adalah karena dengan
penggunaan injeksi ini maka obat dapat menyebar dan
diserap secara perlahan-lahan.
10
▹ Beberapa contohnya adalah injeksi pada vaksin, uji 3
tiberculin dan di lakukan dalam program pemberian insulin
yang di gunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Indikasi :
▹ Indikasi pada klien yang akan dilakukan
vaksinasi, obat-obatan preoperasi, obat
narkotik, insulin dan heparin.
▹ Penyuntikan bisa dilakukan pada pasien yang
tidak sadar
▹ Tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral,
▹ tidak alergi.
▹ Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah
dalam dan punggung bagian atas.
Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.

104
LOKASI
 Di antara banyak jenis obat yang diberikan secara
subkutan (tepat di bawah kulit) adalah vaksin tertentu,
insulin, dan heparin.
 Tempat umum untuk injeksi subkutan adalah perut,
lengan atas bagian luar, dan dan anterior paha. Daerah-
daerah tersebut lebih mudah dan biasanya memiliki
sirkulasi darah yang baik. Area lain yang dapat
10
digunakan adalah area skapular pada punggung atas, 5
dan area ventrogluteal dan dorsoglual atas seperti pada
gambar di bawah.
 Obat yang disuntikkan biasanya kurang dari 1 mL jika
melalui rute subkutan. Jenis jarum suntik yang
digunakan untuk injeksi subkutan tergantung pada obat
yang diberikan. Umumnya, jarum suntik 1 atau 2 mL
digunakan untuk sebagian besar injeksi subkutan.
Namun, penyuntikan insulin menggunakan syringe
insulin.
106
LANGKAH – LANGKAH
PENYUNTIKAN SC
ALAT
▹ Catatan administrasi obat-
obatan (MAR) klien.
▹ Ampul obat steril yang
benar.
▹ Jarum dan syringe (seperti
syringe 1 hingga 2 mL,
jarum ukuran 25-27.) 10
8
▹ Swab Antiseptik
▹ Sarung tangan bersih
LANGKAH - LANGKAH
1. Periksa MAR dan pastikan obat yang akan a. Pilih area yang bebas dari luka dan inflamasi
disiapkan itu benar dan ikuti tiga langkah juga tidak digunakan dengan sering.
pengecekan sebelum pemberian obat. b. Pakai sarung tangan bersih.
2. Cuci tangan dan lakukan langkah pencegahan c. Bersihkan situs dengan swab antiseptik. Mulai
infeksi yang sesuai. dari tengah dan bersihkan dalam lingkaran
3. Siapkan obat dari ampul atau vial untuk yang melebar hingga sekitar 5 cm lalu biarkan
penarikan obat area tersebut benar-benar kering.
4. Sediakan privasi kepada klien. d. Tempatkan dan pegang swab di antara jari
5. Sebelum melakukan prosedur, perkenalkan diri ketiga dan keempat dari tangan yang tidak
kepada klien, dan verifikasi identitas klien dominan, atau posisikan swab pada kulit klien.
dengan menggunakan dua pengidentifikasi.
6. Bantu klien untuk posisi di mana lengan, 1. Lepaskan tutup jarum sambil menunggu
tungkai, atau perut dapat rileks, tergantung pada antiseptik mengering. Tarik tutup langsung untuk
daerah yang akan digunakan. Jika klien tidak menghindari kontaminasi jarum di tepi luar tutup.
kooperatif, minta bantuan. 2. Penyuntikan Obat.
7. Jelaskan tujuan dari pengobatan dan bagaimana
itu akan membantu, menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti klien. Sertakan informasi yang
relevan tentang efek obat.
8. Pilih dan bersihkan area yang akan digunakan.

109
10. Penyuntikan Obat. a. Jika terjadi perdarahan,
a. Pegang jarum suntik di berikan tekanan ke situs
tangan dominan Anda dengan kain kasa steril
dengan memegangnya di kering sampai berhenti.
antara ibu jari dan jari-jari 12. Buang peralatan yang habis
Anda. Dengan telapak pakai dengan benar.
menghadap ke samping 13. Lepas sarung tangan dan cuci
atau ke atas untuk tangan.
penyisipan sudut 45 derajat, 14. Dokumentasikan informasi
atau dengan telapak ke yang penting.
bawah untuk penyisipan
sudut 90 derajat, bersiaplah
11
untuk menyuntikkan. 0
b. Dengan menggunakan
tangan yang tidak dominan,
cubit atau renggangkan kulit
di lokasi, dan masukkan
jarum dengan
menggunakan tangan yang
dominan dan dorongan kuat
yang tegas. Pertimbangan
terpenting adalah
kedalaman jaringan
subkutan di area yang akan
disuntikkan.
THANKS
! 11
1

Anda mungkin juga menyukai