Anda di halaman 1dari 13

8. Apakah keluhan pasien B dipengaruhi oleh umur & jenis kelamin?

- Kolangitis : Epidemiologi : 50-61 tahun


Laki-laki & Perempuan : sama

9. Apa yang menyebabkan pasien B mengeluh nyeri perut & muntah-muntah?


- Nyeri perut : terbentuk batu empedu=infeksinya
- Muntah : rasa tidak nyaman
distensi abdomen menekan lambung

10. Bagaimana interpretasi px fisik pada pasien B?


- TD=150/90 mmHg Normal : 120/80
- Ikterik : Obstruksi sal.empedu,duct.koleduktus tersumbat
- Nadi : 116x/menit Takikardi
- Suhu : 39 C febris
- Takipnea = >20x/menit
11. Bagaimana interpretasi px lab pada pasien B?dan px penunjang lain?
- Leukosit 12.000 : Leukositosis (adanya inflamasi)
Normal : 4.500-11.000
- Serum lipase 180 U/L
normal : <14-200 U/L

12. Apa diagnosa dan DD pada pasien B?


- Dx : Kolangitis - DD : Kolesistitis
Pankreatitis

13. Bagaimana tatalaksana pada pasien B?


- Sepalosporin jangka pendek 2-3 hari Kolangitis akut ringan
Sepalosporin generasi ke-3 & ke-4 5-7 hari Kolangitis berat
- Drainase bilier
14. Apa indikasi px ERCP?
- Indikasi : adanya ikterus (penyebab belum diketahui)
adanya kelainan pankreas

15. Apa komplikasi dan prognosis pada pasien B?


- Prognosis : tergantung faktor respon obat pada pasien baik bila respon baik
Komplikasi : - sepsis - kerusakan duktus empedu
- peradangan - bakterinemia
KOLELITIASIS
Definisi
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam
kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
bervariasi. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.
 
Epidemiologi
Insiden meningkat berdasarkan usia Wanita memiliki kemungkinan 3 kali lebih tinggi
untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan laki-laki. Lebih sering dijumpai
pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki
faktor resiko tinggi yang disebut ”4 F” : female (wanita), fertile (subur), khususnya
selama kehamilan, fat (gemuk), dan forty (empat puluh tahun).

Faktor Resiko
Jenis Kelamin dan Hormon
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan
ekskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar
esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi
dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung
empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Perubahan rasio
androgen dan esterogen merupakan proses fisiologis pada laki-laki yang
berhubungan dengan penurunan metabolisme lipid biliari dan motilitas kandung
empedu. Pada penelitian USG mengindikasikan sensitifitas kandung empedu
terhadap Cholecystokinin (CCK) menurun berdasarkan usia.
 
Obes dan Penurunan BB Cepat
Lebih dari 50% wanita usia 45-55 tahun yang obesitas memilik penyakit
kandung empedu dan cholelithiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu. Penurunan
berat badan yang cepat pada pasien obese berhubungan dengan sekresi saturasi
kolesterol empedu dan meningkatkan insiden batu empedu.
PATOGENESIS
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu
lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya. Etiologi batu empedu masih
belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting
tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,
stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan
yang paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan kolesterol
dalam kandung empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan
susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat
berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan
pembentukan mukus. Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada
kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak
absorbsi air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu,
terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu.
Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena
sel-sel hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam
tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam waktu beberapa
tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu. Batu kandung empedu dapat
berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui
duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial atau
komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik empedu. Kalau batu terhenti di dalam duktus
sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada
disana sebagai batu duktus sistikus.
Manifestasi Klinis
 1. Asimtomatik
Batu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak memberikan gejala
(asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri bilier, nyeri
abdomen kronik berulang ataupun dispepsia, mual. Studi perjalanan penyakit sampai
50 % dari semua pasien dengan batu kandung empedu, tanpa mempertimbangkan
jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25 % dari pasien yang benar-benar
mempunyai batu empedu asimtomatik akan merasakan gejalanya yang membutuhkan
intervensi setelah periode waktu 5 tahun. Tidak ada data yang merekomendasikan
kolesistektomi rutin dalam semua pasien dengan batu empedu asimtomatik.
 
2. Simtomatik
Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas. Rasa nyeri
lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 30 menit, dan kadang baru
menghilang beberapa jam kemudian
Kolik Bilier
Gejala dari kolik bilier dihasilkan dari impaksi batu didalam duktus sistikus atau
didalam infundibum kandung empedu. Kolik biliaris, nyeri pascaprandial kuadran
kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60 menit setelah
makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian pulih. Mual dan muntah sering
kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris akibat obstruksi viseral.
Diagnosis
 1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan yang
mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan
berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-
tiba.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai
mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri
menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.
 
2. Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi, seperti kolesistitis
akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung
empedu, atau pankretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum
maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri
tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang
meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat
terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan
ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar
bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus
koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum
biasanya meningkat setiap kali terjadi serangan akut.
 
Pemeriksaan radiologis
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik
maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu
yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan
maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit. Saat batu
tersebut menjadi simptomatik maka intervensi operatif diperlukan.
 
1. Asimptomatik
Penanganan operasi pada batu empedu asimptomatik tanpa komplikasi tidak
dianjurkan. Indikasi kolesistektomi pada batu empedu asimptomatik ialah
- Pasien dengan batu empedu > 2cm
- Pasien dengan kandung empedu yang kalsifikasi yang resikko tinggi keganasan
- Pasien dengan cedera medula spinalis yang berefek ke perut
 
2. Simptomatik
Kolesistektomi
Kolesistektomi adalah pengangkatan kandung empedu yang secara umum
diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu, kecuali yang terkait
usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa kasus empiema kandung
empedu, diperlukan drainase sementara untuk mengeluarkan pus yang dinamakan
kolesistostomi dan kemudian baru direncanakan kolesistektomi elektif. Indikasi yang
paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis
akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan
infeksi.
Kolesistostomi
Pada pasien dengan kandung empedu yang mengalami empiema dan sepsis, yang dapat dilakukan
ialah kolesistostomi. Kolesistostomi adalah penaruhan pipa drainase di dalam kandung empedu.
Setelah pasien stabil,maka kolesistektomi dapat dilakukan.
 KOMPLIKASI
- Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan, dan demam. (Lesmana, 2009). Hampir semua kolesistitis akut terjadi
akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu yang terjebak dalam kantong Hartmann. Komplikasi ini
terdapat pada lima persen penderita kolesistitis. Kolesistitis akut tanpa batu empedu disebut
kolesistitis akalkulosa, dapat ditemukan pasca bedah.
Pada kolesistitis akut, faktor trauma mukosa kandung empedu oleh batu dapat menyebabkan
pelepasan fosfolipase yang mengubah lesitin di dalam empedu menjadi lisolesitin, yaitu senyawa
toksik yang memperberat proses peradangan. Pada awal penyakit, peran bakteria agaknya kecil
saja meskipun kemudian dapat terjadi supurasi (nanah/pernanahan). Komplikasi kolesistitis akut
adalah empiema, gangrene, dan perforasi.
 - Kolesistitis Kronik
Kolesistitis kronik adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan
serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat. Kolesistitis kronik merupakan kelainan
kandung empedu yang paling umum ditemukan. Penyebabnya hampir selalu batu empedu.
Penentu penting untuk membuat diagnosa adalah kolik bilier, dispepsia, dan ditemukannya batu
empedu pada pemeriksaan ultrasonografi atau kolesistografi oral. Keluhan dispepsia dicetuskan
oleh makanan “berat” seperti gorengan, yang mengandung banyak lemak, tetapi dapat juga timbul
setelah makan bermacam jenis kol. Kolik bilier yang khas dapat juga dicetuskan oleh makanan
berlemak dan khas kolik bilier dirasakan di perut kanan atas 
PROGNOSA
Prognosis nya adalah tergantung dari besar atau kecilnya ukuran batu empedu,
karena akan menentukan penatalaksanaannya, serta ada atau tidak dan berat atau
ringannya komplikasi. Namun, adanya infeksi dan halangan disebabkan oleh batu
yang berada di dalam saluran biliaris sehingga dapat mengancam jiwa. Walaupun
demikian, dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat serta tepat, hasil yang
didapatkan biasanya baik

Anda mungkin juga menyukai