Tugas Adsorpsi
Tugas Adsorpsi
Co: konsentrasi awal adsorbat (mg/L), Ct: konsentrasi adsorbat (mg/L) pada waktu t (menit), m: massa
adsorben (g), Volume (V) adsorbat (L), qt: kapasitas adsorpsi (mg/g) pada waktu t (menit). Nilai kapasitas
adsorpsi pada kesetimbangan (qe) ditentukan dengan memplot qt versus t, atau dengan persamaan
berikut:
Ce: adalah konsentrasi adsorbat (mg/L) yang diserap pada waktu kesetimbangan,
m: massa adsorben (g), V: volume adsorbat (L), qe: kapasitas adsorpsi (mg/g)
kesetimbangan yang nilainya tetap independen dari waktu t (min).
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh nilai qe dari grafik dan
persamaan pseudoorde satu dan peudo orde dua.
Pendahuluan
1.2 Kinetika Adsorpsi
Perilaku atau mekanisme adsorpsi berbagai jenis adsorben dapat dipelajari dari persamaan
chemisorpsi fundamental berikut:
Parameter qe (mg/g) dan k2 (g/mg.min) dapat dihitung dari plot t/qt versus t.
Bahan Dan Metode
2.1 Bahan
* Peralatan dalam penelitian ini terdiri dari alat reduksi ukuran, oven
pengering, timbangan analitik, gelas 1000 ml, kukusan, dan satuan
demineralisasi.
* Bahan kimia HCl 0,5N N, H2SO4 0,5N, NaOH 0,5N.
* Adsorbat yang berasal dari air tanah mengandung Fe, Mn, Ca, Mg, Cu,
Zn.
* Adsorben dibuat dari ampas tebu dengan ukuran 10 mesh/(+20 mesh),
artinya dilewatkan pada saringan 10 mesh dan ditahan 20 mesh.
* Perlakuan fisik menggunakan steam selama 2 jam dan diolah secara
kimiawi menggunakan NaOH 0,5N dan H2SO4 0,5N masing-masing selama
24 jam. Adsorben masing-masing sebanyak 50 gr tanpa perlakuan, perlakuan
fisik, perlakuan dengan H2SO4 0,5N dan perlakuan dengan NaOH 0,5N.
Sebelum digunakan, masing-masing adsorben dikeringkan dengan oven
pada suhu 60°C sampai 105°C sampai berat konstan.
Bahan Dan Metode
2.1 Metode
Adsorpsi terjadi pada kolom tunggal dengan diameter 6,35 cm dan tinggi
kolom kosong 38 cm. Setiap adsorben dimasukkan ke dalam kolom adsorpsi
berisi 50 g adsorben (tanpa perlakuan, perlakuan fisik, perlakuan kimia).
Rancangan percobaan dengan variabel tetap terdiri dari ukuran partikel (10
mesh /+ 20 mesh), laju alir: 4 liter/menit, volume adsorbat: 10 liter, suhu
operasi: 30oC. Waktu kontak sebagai variabel independen: 0; 30; 60; 90;
120; 150; 180; 210 dan 240 menit, masing-masing.
Variabel terikat adalah konsentrasi ion Fe (II) dalam adsorbat (ppm).
Penentuan konsentrasi Fe (II) dalam sampel dianalisis menggunakan Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS) berbasis lampu katoda Fe dengan
panjang tertentu dan hasil analisis data diperoleh. Dilakukan dengan
pengolahan data dan diskusi.
Hasil dan Diskusi
• Proses adsorpsi dapat menggunakan metode kolom seperti penurunan kadar arsen
dalam air limbah menggunakan zeolit termodifikasi dengan Pb, Fe, dan Ag.
• Metode adsorpsi, jika dibandingkan antara sistem batch (batch) dengan sistem kolom,
sistem kolom dianggap lebih aplikatif.
• Perbedaan mendasar terletak pada ukuran partikel adsorben yang digunakan.
• Dalam sistem bejana ukuran partikel, kita dapat menggunakan ukuran mata jaring yang
jauh lebih besar daripada menggunakan sistem kolom.
• Kelemahan sistem kapal yaitu dalam pelaksanaannya jauh lebih rumit dibandingkan
dengan metode kolom.
• Kelemahan sistem kolom dari ukuran partikel adsorben mesh kecil.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan ion Fe (II) dengan adsorben ampas tebu
dalam larutan bergantung pada pH, waktu kontak, dosis adsorben dan konsentrasi awal
adsorbat.
Hasil dan Diskusi
3.1. Konsentrasi (Ct) Fe pada waktu t (menit)
Perubahan konsentrasi ion Fe (II) pada Tabel 1 terhadap
waktu kontak menunjukkan penurunan konsentrasi Fe (II)
yang signifikan. Pada adsorben non perlakuan, penurunan
kadar Fe (II) tidak seragam. Hal ini disebabkan pori-pori
adsorben yang tidak seragam atau masih tertutup kotoran.
Adsorben yang diberi perlakuan (fisik dan kimiawi) juga
terjadi berbeda satu sama lain dimana adsorben yang diberi
perlakuan larutan H2SO4 0,5N daya serapnya lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan fisik dan dengan NaOH
0,5N. Hal ini dikarenakan perlakuan dengan H2SO4
memberikan pengaruh yang lebih besar karena H2SO4 lebih
bersifat higroskopis dibandingkan NaOH, sehingga pori-
pori adsorben menjadi terbuka dan tidak tertutup kembali
oleh bahan yang menutupi pori-pori tersebut. Pemisahan
ion Fe (II) berada di bawah ambang batas 0,3 ppm Fe.
Hasil dan Diskusi
3.2. Kapasitas Adsorpsi (mg/g) pada Waktu t
Berdasarkan data pada Tabel 2 dan Gambar 1 bahwa
kapasitas adsorpsi logam Fe (II) yang terserap ke dalam
adsorben menunjukkan bahwa semakin lama waktu
kontak maka kapasitas adsorpsi mengarah pada
kesetimbangan. Kapasitas adsorpsi kesetimbangan (q e)
berdasarkan data uji coba dan data perhitungan
menunjukkan bahwa waktu kontak untuk menghasilkan
kapasitas adsorpsi ekivalen (qe) yang terjadi antara 150
menit hingga 210 menit telah tercapai.
Hasil dan Diskusi
3.3. Kinetika Adsorpsi
Pada Tabel 3 parameter atau indikator kinetika adsorpsi adalah nilai koefisien
terbuka (R2) melalui model kinetika adsorpsi pseudo orde satu.
Hasil dan Diskusi
Hasil yang diperoleh tidak signifikan untuk adsorben teramati, perlakuan fisik, sedangkan untuk
perlakuan kimia memberikan hasil yang relatif baik yaitu mendekati 1. Akan tetapi nilai R2 secara
keseluruhan sangat kecil dari angka 1. Indikator parameter lainnya adalah laju reaksi. konstanta (k 1)
menunjukkan hasil yang sangat kecil dengan nilai dibawah 5. Nilai kapasitas adsorpsi ekuivalen (q e),
jika dibandingkan antara data qe hitung dengan data qe ekstrapolasi terdapat perbedaan nilai yang
sangat signifikan untuk adsorben tanpa perlakuan, perlakuan fisik, perlakuan dengan H 2SO4 dan NaOH.
Perbedaan data berturut-turut dari yang terbesar sampai yang terkecil terdapat pada
adsorben tanpa perlakuan: 92,80%; Perlakuan fisik: 63,03%; perlakuan dengan 0,05N
NaOH: 60,60% dan perlakuan dengan H2SO4 0,05N: 49,83%.
Hasil dan Diskusi
Pada Tabel 4 nilai koefisien korelasi (R2) model kinetika adsorpsi pseudo orde dua di atas 0,9
hampir mendekati 1. Jika dibandingkan dengan model kinetika orde 1 dan orde 2, yang
memberikan nilai R2 terbesar terdekat dengan nilai koefisien 1 adalah model kinetika adsorpsi
pseudo orde dua. Nilai R2 untuk adsorben tanpa perlakuan 0,9636, perlakuan fisik 0,9028,
perlakuan dengan H2SO4 0,9578 dan perlakuan dengan NaOH 0,9967.
Hasil dan Diskusi
• Parameter lainnya adalah nilai qe hitung dan qe extrapolasi. Rasio qe ini terhadap model
kinetik pseudo orde dua, hasil yang diperoleh menunjukkan nilai yang relatif sama satu
sama lain. Perbedaannya sangat kecil. Untuk adsorben yang tanpa perlakuan: 1,32%;
Perlakuan fisik: 12,72%; perlakuan dengan H2SO4 0,5N: 10,26% dan perlakuan dengan
NaOH 0,5N: 0,93%.
• Nilai ekstrapolasi qe model kinetika pseudo orde dua untuk adsorben tanpa perlakuan:
0,224 mg/g, perlakuan fisik: 0,257 mg/g, perlakuan dengan H2SO4 : 0,258 mg/g dan
perlakuan dengan NaOH 0,218 mg/g. Nilai qe dari kinetika satu urutan yang diekstrapolasi
dari nilai qe yang dihasilkan di bawah nilai yang dihitung oleh ini tidak benar.
• Dilihat dari konstanta laju adsorpsi nilai k1 yang kecil dari nilai k2, pengaruh k2 terhadap
laju adsorpsi lebih besar dari pada k1. Untuk kinetika adsorpsi semu orde dua nilai k2 untuk
bio-adsorben tanpa perlakuan: 8,760,3 g/mg.men, perlakuan fisik: 64,326,6 g/mg.men,
perlakuan dengan H2SO4 0,5N: 23,510,4 g/mg.men dan aktivasi dengan NaOH 0,5N:
1,614,4 g/mg.men.
Hasil dan Diskusi
Penelitian sebelumnya tentang adsorpsi Fe (II) menggunakan
adsorben karbon aktif dari bambu Nigeria, adsorpsi ion Fe (II)
menggunakan bentonit aktif, adsorpsi Mn (II) menggunakan
adsorben ampas tebu menunjukkan kinetika adsorpsi yang
berlangsung sesuai dengan pseudo- pesan dua model kinetik.
Adsorpsi ion Fe (II) menggunakan adsorben dari model kitosan
kitosan memenuhi pseudo orde satu dan pseudo orde dua.
Adsorpsi Fe (II) menggunakan kitosan memenuhi pseudo orde
satu dan pseudo orde dua. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
adsorpsi Fe (II) dipengaruhi oleh lama waktu dan adsorben.
Hasil dan Diskusi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi terdiri dari beberapa
faktor antara lain luas permukaan, ukuran adsorben, sifat adsorben,
kelarutan adsorbat, bentuk dan ukuran adsorbat, suhu dan keasaman.
Perbandingan proses adsorpsi Fe (II) secara batch menggunakan
adsorben batang pisang yang memenuhi baku mutu air yang dihasilkan
belum memenuhi baku mutu air minum. Jika dibandingkan penelitian
ini dengan penelitian menggunakan adsorben sejenis, kadar ion Fe (II)
setelah adsorpsi dengan adsorben ampas tebu masih mengandung ion
Fe (II) sebesar 0,128 mg/L. Dengan demikian, diperoleh hasil
kandungan Fe (II) yang tersisa di bawah data di atas adalah antara
0,0202 s/d 0,1114 mg/L atau lebih kecil dari 0,128 mg/L.
Kesimpulan
• Berdasarkan data pengolahan dan pembahasan data penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut, penghilangan kandungan ion
Fe (II) pada air tanah menggunakan adsorben dari ampas tebu
dapat memenuhi standar minimum ion Fe (II) pada air minum.
Selain itu, kapasitas adsorpsi kesetimbangan (qe) adsorben tanpa
perlakuan: 0,224 mg/g, perlakuan fisik: 0,257 mg/g, perlakuan
dengan H2SO4 0,5N: 0,258 mg/g dan perlakuan dengan NaOH
0,5N: 0,218 mg/g.