Anda di halaman 1dari 79

KONSEP NYERI

Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes.


PENGERTIAN NYERI
 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial (Brunner & Suddarth, 2002)
 Sensasi ketidaknyamanan yang dimanisfestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang
nyata, ancaman dan fantasi luka (Kozier dan Erb, 1983)
 Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan
(Perry & Potter, 2005)
Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain)

nyeri adalah “ suatu pengalaman sensorik dan


emosional yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan “
PENYEBAB NYERI
• Trauma
• Neoplasma
• Gangguan sirkulasi darah dan kelainan
pembuluh darah (infark miokard acut atau
angina pektoris)
• Peradangan.
• Trauma psikologis.
Penyebab trauma
• Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul
akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh
dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya
benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
• Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf
reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal
karena api dan air.
• Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan
zat kimia yang bersifat asam ataupun basa kuat.
• Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh
aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
KLASIFIKASI NYERI
• Menurut Tempat Nyeri.
• Menurut organ
• Menurut Sifat Nyeri.
• Menurut Berat Ringannya Nyeri.
• Menurut Waktu Serangan
• Berdasarkan patofisiologi
Menurut tempat nyeri
• Periferal Pain. Nyeri alihan yaitu nyeri yang
dirasakan pada area yang bukan merupakan
sumber nyerinya.. nyeri permukaan
(superfisial pain), nyeri dalam (deep pain),
nyeri alihan (reffered pain).
• Central Pain. Nyeri ini terjadi karena
perangsangan pada susunan saraf pusat,
spinal cord, batang otak.
• Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan
perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom
pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang
berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor
biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan
merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
• Nyeri sebar (radiasi): Nyeri sebar (radiasi)
adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah
asal ke jaringan sekitar. Nyeri dapat bersifat
intermiten atau konstan.
• Nyeri superfisial: Biasanya timbul akibat
stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi,
luka bakar. Memiliki durasi pendek, terlokalisir,
dan memiliki sensasi yang tajam.
• Nyeri somatik: Nyeri yang terjadi pada otot
dan tulang serta struktur penyokong,
umumnya bersifat tumpul dan stimulasi
dengan adanya peregangan dan iskemia.
• Nyeri viseral: Nyeri yang disebabkan
kerusakan organ internal, durasinya cukup
lama, dan sensasi yang timbul biasanya
tumpul.
Berdasarkan Organ
• Nyeri organik: Nyeri organik adalah nyeri yang
diakibatkan adanya kerusakan organ
• Nyeri neurogenik: Nyeri neurogenik adalah nyeri
akibat gangguan neuron, misalnya pada neurologi.
• Nyeri psikogenik: Nyeri psikogenik adalah nyeri
akibat berbagai faktor psiokologis. Nyeri ini
umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik
seperti cemas dan takut timbul pada klien.
Menurut Sifat Nyeri.
• Insidentil, yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu
dan kemudian menghilang.
• Steady, yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan
dirasakan dalam waktu yang lama.
• Paroxysmal, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap selama 10–
15 menit, lalu menghilang kemudian timbul kembali.
• Intractable Pain, yaitu sifat nyeri yang resisten dengan
diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian
analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari
lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
Menurut Berat Ringannya Nyeri
• Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam
intensitas yang rendah.
• Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan
suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi
psikologis.
• Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam
intensitas yang tinggi.
Menurut Waktu Serangan (durasi)
1. Nyeri Akut.
• Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak
menyenangkan yang kompleks berkaitan dengan
sensorik, kognitif dan emosional yang berkaitan dengan
trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal
dari otot atau organ visera
• Nyeri akut berperan sebagai alarm protektif terhadap
cedera jaringan.
• Reflek protektif (reflek menjauhi sumber stimuli, spasme
otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri akut.
• Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa
nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik
• Biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada
fraktur.
• Klien yang mengalami nyeri akut pada umumnya
akan menunjukkan gejala-gejala antara lain :
respirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan
darah meningkat, dan pallor.
• Sistem syaraf manusia memiliki mekanisme untuk
mendeteksi dan merespon terhadap stimulus
noksius / berbahaya. Sistem-sistem itu harus
mengandung reseptor-reseptor untuk mendeteksi
kejadian yang berbahaya, alur-alur untuk me-relay
informasi secara sentral, mekanisme proses sentral,
dan sistem respons. Sistem terakhir itu bisa
mencakup refleks-refleks penarikan mundur,
perilaku-perilaku menghindar, belajar dan respon
otonom.
2. Nyeri Kronis.
 diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses
yang terjadi akibat penyakitnya atau melebihi waktu
yang dibutuhkan untuk penyembuhan, biasanya 1 atau
6 bulan setelah onset, dengan kesulitan ditemukannya
patologi yang dapat menjelaskan tentang adanya nyeri
atau tentang mengapa nyeri tersebut masih dirasakan
setelah proses penyembuhan selesai
 Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi
dalam waktu lebih lama dan pada umumnya penderita
sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai
dirasakan.
• Nyeri kronik juga diartikan sebagai nyeri yang
menetap yang mengganggu tidur dan
kehidupan sehari-hari, tidak memiliki fungsi
protektif, serta menurunkan kesehatan dan
fungsional seseorang.
• Penyebabnya bermacam-macam dan
dipengaruhi oleh faktor multidimensi
• Nyeri kronik dapat berupa nyeri nosiseptif atau
nyeri neuropatik ataupun keduanya.
• Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri kanker (pain
associated with cancer) dan nyeri bukan kanker (chronic non-
cancer pain, CNCP).
• Banyak ahli yang berpendapat bahwa nyeri kanker
diklasifikasi terpisah karena komponen akut dan kronik yang
dimilikinya, etiologinya yang sangat beragam, dan berbeda
dalam secara signifikan dari CNCP baik dari segi waktu,
patologi dan strategi penatalaksanaannya.
• Nyeri kanker ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu karena
penyakitnya sendiri (invasi tumor ke jaringan lain, efek
kompresi atau invasi ke saraf atau pembuluh darah, obstruksi
organ, infeksi ataupun radang yang ditimbulkan), atau karena
prosedur diagnostik atau terapi (biopsy, post operasi, efek
toksik dari kemoterapi atau radioterapi).
Berdasarkan Patofisiologi
(nosiseptif vs neuropatik)

Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi


menjadi nyeri nosiseptik dan nyeri
neuropatik.
Nyeri nosiseptif
• adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli
noksius (trauma, penyakit atau proses radang).
• Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila
berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau
nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti
kulit, otot, tulang atau sendi.
• Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan
dalam (dari yang lain).
• Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi
secara normal, secara umum ada hubungan yang jelas
antara persepsi dan intensitas stimuli dan nyerinya
mengindikasikan kerusakan jaringan.
• Sebagai contoh nyeri somatik superfisial digambarkan
sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau
rasa terbakar
• Nyeri somatik dapat digambarkan sebagai sensasi
tumpul yang difus.
• Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai sensasi
cramping dalam yang sering disertai nyeri alih
(nyerinya pada daerah lain).
Nyeri neuropatik
• adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya
kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau
pusat.
• Penyebabnya adalah trauma, radang, penyakit metabolik
(diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor,
toksin, dan penyakit neurologis primer.
• Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak
terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan perifer.
• Dapat juga dibagi menjadi peripheral mononeuropathy dan
polyneuropathy, deafferentation pain, sympathetically
maintained pain, dan central pain
• Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang
patologis karena tidak bertujuan atau tidak jelas
kerusakan organnya.
• Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi
perubahan patofisiologis yang menetap setelah
penyebab utama nyeri hilang.
• Sensitisasi berperan dalam proses ini. Walaupun
proses sensitisasi sentral akan berhenti bila tidak
ada sinyal stimuli noksius, namun cedera saraf
dapat membuat perubahan di SSP yang menetap
• Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau
episodik dan digambarkan dalam banyak gambaran
seperti rasa terbakar, tertusuk, shooting, seperti
kejutan listrik, pukulan, remasan, spasme atau dingin.
• Beberapa hal yang mungkin berpengaruh pada
terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer,
timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan,
sensitisasi sentral, reorganisasi struktur, adanya
proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme inhibisi
dari sentral yang normal menghilang, serta terjadinya
gangguan pada koneksi neural, dimana serabut saraf
membuat koneksi yang lebih luas dari yang normal.
Respon terhadap nyeri
• Respon Psikologis
• Respon Fisiologis
• Respon tingkah laku
Respon Psikologis
 Respon psikologis sangat berkaitan dengan
pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti
nyeri bagi klien.
 Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain
:
 bahaya atau merusak,
 komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang,
penyakit baru, penyakit yang fatal,
 Peningkatan ketidakmampuan,
 kehilangan mobilitas,
 menjadi tua,
 sembuh,
 perlu untuk penyembuhan,
 hukuman untuk berdosa,
 tantangan,
 penghargaan terhadap penderitaan orang
lain,
 sesuatu yang harus ditoleransi, dan
 bebas dari tanggung jawab yang tidak
dikehendaki
Respon Fisiologis
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi :
1) Stimulus simpatik : dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respirasi rate, peningkatan heart rate,
vasokonstriksi perifer, peningkatan nilai gula darah,
diaphoresis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi
pupil, dan penurunan motilitas gastro intestinal.
2) Stimulus parasimpatik : muka pucat, otot mengeras,
penurunan HR, nafas cepat dan irreguler, nausea
dan vomitus, kelelahan dan keletihan
Respon tingkah laku
• Respon tingkah laku terhadap nyeri meliputi :
mengaduh, menangis, sesak nafas,
mendengkur, meringis, menggeletukkan gigi,
menggigit bibir, gelisah, imobilisasi,
ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan, menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang
perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri.
Mekanisme Dasar Nyeri
• Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses
nosisepsi.
• Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi
adanya stimuli noksius, di perifer, ke sistim saraf
pusat.
• Rangsangan noksius adalah rangsangan yang
berpotensi atau merupakan akibat terjadinya
cedera jaringan, yang dapat berupa rangsangan
mekanik, suhu dan kimia
Deskripsi mekasnisme dasar terjadinya nyeri
secara klasik dijelaskan dengan empat proses
yaitu :

1. Transduksi
2. Transmisi
3. Persepsi, dan
4. Modulasi.
• Transduksi adalah proses konversi energi dari
rangsangan noksius (suhu, mekanik, atau kimia)
menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor
sensorik untuk nyeri (nosiseptor).
• Transmisi yaitu proses penyampaian impuls saraf yang
terjadi akibat adanya rangsangan di perifer ke pusat.
• Persepsi merupakan proses apresiasi atau pemahaman
dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai nyeri.
• Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang
dihantarkan, dapat terjadi di setiap tingkat, namun
biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan
oleh otak terhadap proses di kornu dorsalis medulla
spinalis.
Patofisiologi Nyeri.
• Reseptor nyeri disebut nosiseptor.
• Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis,
deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia.
• Nosiseptor  Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke
CNS akan hal–hal yang berpotensial membahayakan.
• Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya
terdiri dari:
- A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput
myelin yang tipis.
- C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
• Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai
nosiseptor, ada juga yang bereaksi terhadap rangsang
panas atau stimulasi mekanik.
• Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai pada serabut-serabut
sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II.
• Serabut-serabut sensor besar ini berfungsi pada
“propioception” dan “motor control”.
• Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical
stimuli).
• Pada tubuh kita terdapat “algesic chemical” substance
seperti: Bradykinine, potassium ion, serotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
• Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas
dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,
mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi
local, ekstravasasi plasma.
• Phenomena ini disebut sebagai “neurogenic
inflammation” yang pada keadaan lajut
menghasilkan noxious/chemical stimuli,
sehingga menimbulkan rasa sakit.
• Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain
misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri.
• Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah
histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion
kalium, dan ion hydrogen.
• Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera,
hipoksia, atau kematian sel.
• Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh
serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda
spinalis oleh serat C lambat
• Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter
substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis.
• Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri
bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari
segmen.
• Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah
beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps.
• Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis,
informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh
satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus
atau traktus paleospinotalamikus (Corwin, 2000 : 225).
• Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam
serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui
serat-serat traktus neospinotalamikus.
• Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular
activating system dan menyiagakan individu
terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar
berjalan ke thalamus.
• Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan
dengan pasti (Corwin, 2000 : 225).
• Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat
C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak
melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus.
• Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak,
dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah
grisea periakuaduktus.
• Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui
daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan
hipotalamus dan system limbik.
• Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik
memiliki lokalisasi yang difus dan berperan
menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan
nyeri (Corwin, 2000 : 225).
Pengukuran Nyeri
• Skala deskriptif
• Skala analog visual (Visual analog scale, VAS)
• Skala numerik
Skala deskriptif
• Merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang lebih obyektif.
• Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis
• Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
• Skala penilaian numerik (Numerical rating scales,
NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
• Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik.
• Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm.
Skala analog visual
(Visual analog scale, VAS)
• Suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan pendeskripsi verbal
pada setiap ujungnya.
• Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri.
• VAS merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
• Pengukuran dengan VAS pada nilai di bawah 4
dikatakan sebagai nyeri ringan, nilai antara 4-7
dinyakan sebagai nyeri sedang dan diatas 7
dianggap sebagai nyeri hebat.
Skala numerik
• Numerical rating scale merupakan
pengukuran nyeri dimana klien untuk
memberikan angka 1 sampai 10.
• Nol diartikan sebagai tidak ada nyeri,
sedangkan angka 10 diartikan sebagai rasa
nyeri hebat dan tidak tertahankan.
Face Pain Rating Scale
• Nilai 0: nyeri tidak dirasakan oleh anak  
• Nilai 1: nyeri dirasakan sedikit saja 
• Nilai 2: nyeri agak dirasakan oleh anak  
• Nilai 3: nyeri yang dirasakan anak lebih banyak  
• Nilai 4: nyeri yang dirasakan anak secara
keseluruhan 
• Nilai 5: nyeri sekali dan anak menjadi menangis
Word Grapic Rating Scale
Ambang / Penilaian Nyeri Berdasar PQRST

P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa /
benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering
terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.
R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga
menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur
GCS (Glasgow's Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain
yang berkaitan dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering
keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau
bertahap..? Acut atau Kronis..?
Faktor yang mempengaruhi
respon nyeri
Faktor internal Faktor Eksternal
1) Usia 1) Pola Koping
2) Jenis kelamin 2) Support keluarga dan sosial
3) Perhatian 3) Kultur
4) Ansietas 4) Lingkungan
5) Pengalaman masa lalu 5) Pengobatan
6) Pengetahuan
7) kelelahan
Penatalaksanaan
• Farmakologis
• Non Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis
• Terapi obat yang efektif untuk nyeri
seharusnya memiliki resiko relatif rendah,
tidak mahal, dan onsetnya cepat.
• WHO menganjurkan tiga langkah bertahap
dalam penggunaan analgesik
 Langkah 1
digunakan untuk nyeri ringan dan sedang adalah obat
golongan non opioid seperti aspirin, asetaminofen, atau
AINS, ini diberikan tanpa obat tambahan lain.
Jika nyeri masih menetap atau meningkat,
 langkah 2
ditambah dengan opioid, untuk non opioid diberikan
dengan atau tanpa obat tambahan lain.
Jika nyeri terus-menerus atau intensif,
 langkah 3
meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya
sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain
(Sudoyo, 2006).
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate
seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan
merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan
perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang
merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih
timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-
aminophenols (phenacetin); Pyrazolon
(Phenylbutazone).
Penatalaksanaan Non Farmakologis.

 Kompres hangat/dingin.
   Latihan nafas dalam.
   Musik.
   Aromatherapi.
   Imajinasi terbimbing.
   Hipnosis.
 Dll.
Terapi Es dan Panas.

• Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda


nyeri yang efektif pada beberapa keadaan, namun begitu,
keefektifannya dan mekanisme kerjanya memerlukan studi
lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja
dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-noniseptor)
dalam reseptor yang sama seperti pada cedera.
• Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain
[ada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera
setelah cedera terjadi.
• Penggunaan panas mempunyai keuntungan
meningkatakan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri
dengan mempercepat penyembuhan.
• Menggunakan panas kering dengan lampu
pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es.
• Baik terapi panas kering dan lembab
kemungkinan memberi analgesia
• Baik terapi es maupun panas harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat
untuk menghindari cedera kulit.
Distraksi.

• Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien


pada sesuatu selai n pada nyeri, dapat menjadi stategi yang
sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggung jawab pada teknik kognitif efektif lainnya
( Arntz dkk., 1991; Devine dkk., 1990).
• Seseorang, yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan sedikit
terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem control desenden, yang mengakibatkan
lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
• Keefektifan distraksi tergantung pada
kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri.
• Peredaan nyeri secara umum meningkat dalam
hubungan langsung dengan parsitipasi aktif
individu, banyaknya modalitas sensori yang
dipakai dan minat individu dalam stimuli.
Karenanya, stimuli penglihatan, pendengaran,
dan sentuhan mungkin akan efektif dalam
menurunkan nyeri dibanding stimuli satu
indera saja.
Relaksasi
• Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa
tubuh berespon pada ansietas yang merangsang
pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya
• Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan
nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang
mendukung rasa nyeri.
• Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa
kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi
pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Latihan Relaksasi

1   Ambil posisi senyaman mungkin, jangan


silangkan tangan dan kaki anda.
2  Mulailah dengan konsentrasi untuk menarik nafas dalam.
3  Jika pikiran anda terpecah, kembalilah dengan
konsentrasi pada nafas anda.
4   Jadikan diri anda menyadari dan merasakan irama nafas
anda.
5.  Rasakan setiap tarikan nafas anda melalui seluruh tubuh
anda, memberikan energi yang dapat membantu
menyembuhkan diri anda.
6.  Saat anda menghembuskan nafas, lepaskan ketegangan diri
anda, lepaskan semua keluhan anda.
7. Lemaskan seluruh serat otot anda mulai dari atas, kepala anda
menjadi lemas dan relaks, turunkan kebawah keleher anda,
kedua tangan, dada, dan punggung anda.
Lanjutkan untuk melemaskan serat otot paha nada, betis dan
kaki anda.
8. Hal ini akan menjadikan diri anda menjadi relaks lebih dalam,
kenyamanan anda mulai anda rasakan lebih baik.
9. Anda dapat mulai membayangkan hal yang dapat membuat
anda lebih senang dan nyaman, lanjutkan dengan lebih
menikmati kondisi tersebut, resapi dan hayati, dan nikmati
lebih mendalam.
10. Kondisi relaks dan nyaman ini dapat anda rasakan dan anda
dapatkan kapanpun anda menginginkannya.
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan
memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang
berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi
yang timbul akibat nyeri
Guided Imaginary (GI)
• Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri 
dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan.
• Tekniknya sebagai berikut:
a)     Atur posisi yang nyaman pada klien.
b)     Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk
memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.
c)     Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang
menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
d)     Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.
e)     Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau
tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien siap.
Imajinasi Terbimbing (GI)
• Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai
efek positf tertentu.
• Jika imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, dibutuhkan waktu
yang banyak untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk
pasien mempraktekkannya.
• Biasanya, pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi
terbimbing selama sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Beberapa hari
praktik mungkin diperlukan sebelum intensitas nyeri dikurangi.
Banyak pasien mulai mengalami efek rileks dari imajinasi
terbimbing saat pertama kali mereka mencobanya. Nyeri mereda
dapat berlanjut selama berjam-jam setelah imajinasi digunakan.
• Pasien harus diinformasikan bahwa imajinasi
terbimbing hanya dapat berfungsi pada
beberapa orang. Imajinasi terbimbing harus
digunakan hanya sebagai tambahan dari
bentuk pengobatan yang telah terbukti,
sampai riset telah menunjukkan apakah dan
bilakah tekinik ini efektif.
Hipnosis.

• Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau


menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan
pada nyeri akut dan kronis.
• Teknik ini mungkin membantu dalam memberikan
peredaan pada nyeri terutama dalam situasi sulit.
Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak
jelas tetapi tidak tampak diperantari oleh sistem
endorfin. Keefektifan hipnosis tergantung pada
kemudahan hipnotik individu.
Gate Control dan Masase Kutanus.

• Teori gate control nyeri bertujuan menstimulasi serabut-


serabut yamg menstransmisikan sensasi tidak nyeri
memblok atau menurunkan transmisi, impuls nyeri.
Beberapa strategi penghilang nyeri nonfarmakologis.
Termasuk menggosok kulit dan menggunakan panas dan
dingin, adalah berdasarkan mekanisme ini.
• Masase adalah stimulasi kuteneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak
secara spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti
reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui
sistem control desenden. Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
Stimulasi kulit.

• Massase kulit memberikan efek penurunan


kecemasan dan ketegangan otot.
• Rangsangan masase otot ini dipercaya akan
merangsang serabut berdiameter besar,
sehingga mampu mampu memblok atau
menurunkan impuls nyeri.
Stimulasi electric (TENS).

• TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan


menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan
melalui elektroda luar
• Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah
satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan
endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri.
• Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat,
kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical
nerve stimulation).
Akupuntur.
• Akupuntur adalah tehnik pengobatan tradisional yang
berasal dari Cina untuk memblok chi dengan
menggunakan jarum dan menusukkannya ke titik-titik
tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan yin dan yang.
• Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak
lama digunakan untuk mengobati nyeri.
• Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit,
bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada
lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak
Plasebo.
• Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin
menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan
farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh
klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul,
cairan injeksi dan sebagainya.
Tugas kelompok
Jelaskan proses fisiobiologi dari nyeri dibawah ini

1. Trauma mekanis
2. Trauma khemis
3. Trauma thermis
4. Neoplasma
5. Gangguan sirkulasi darah
6. Peradangan.
7. Trauma psikologis.
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai