(t8) Konsep Nyeri
(t8) Konsep Nyeri
1. Transduksi
2. Transmisi
3. Persepsi, dan
4. Modulasi.
• Transduksi adalah proses konversi energi dari
rangsangan noksius (suhu, mekanik, atau kimia)
menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor
sensorik untuk nyeri (nosiseptor).
• Transmisi yaitu proses penyampaian impuls saraf yang
terjadi akibat adanya rangsangan di perifer ke pusat.
• Persepsi merupakan proses apresiasi atau pemahaman
dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai nyeri.
• Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang
dihantarkan, dapat terjadi di setiap tingkat, namun
biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan
oleh otak terhadap proses di kornu dorsalis medulla
spinalis.
Patofisiologi Nyeri.
• Reseptor nyeri disebut nosiseptor.
• Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis,
deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia.
• Nosiseptor Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke
CNS akan hal–hal yang berpotensial membahayakan.
• Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya
terdiri dari:
- A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput
myelin yang tipis.
- C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
• Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai
nosiseptor, ada juga yang bereaksi terhadap rangsang
panas atau stimulasi mekanik.
• Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai pada serabut-serabut
sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II.
• Serabut-serabut sensor besar ini berfungsi pada
“propioception” dan “motor control”.
• Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical
stimuli).
• Pada tubuh kita terdapat “algesic chemical” substance
seperti: Bradykinine, potassium ion, serotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
• Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas
dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,
mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi
local, ekstravasasi plasma.
• Phenomena ini disebut sebagai “neurogenic
inflammation” yang pada keadaan lajut
menghasilkan noxious/chemical stimuli,
sehingga menimbulkan rasa sakit.
• Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain
misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri.
• Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah
histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion
kalium, dan ion hydrogen.
• Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera,
hipoksia, atau kematian sel.
• Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh
serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda
spinalis oleh serat C lambat
• Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter
substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis.
• Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri
bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari
segmen.
• Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah
beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps.
• Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis,
informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh
satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus
atau traktus paleospinotalamikus (Corwin, 2000 : 225).
• Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam
serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui
serat-serat traktus neospinotalamikus.
• Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular
activating system dan menyiagakan individu
terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar
berjalan ke thalamus.
• Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan
dengan pasti (Corwin, 2000 : 225).
• Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat
C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak
melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus.
• Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak,
dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah
grisea periakuaduktus.
• Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui
daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan
hipotalamus dan system limbik.
• Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik
memiliki lokalisasi yang difus dan berperan
menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan
nyeri (Corwin, 2000 : 225).
Pengukuran Nyeri
• Skala deskriptif
• Skala analog visual (Visual analog scale, VAS)
• Skala numerik
Skala deskriptif
• Merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang lebih obyektif.
• Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis
• Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
• Skala penilaian numerik (Numerical rating scales,
NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
• Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik.
• Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm.
Skala analog visual
(Visual analog scale, VAS)
• Suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan pendeskripsi verbal
pada setiap ujungnya.
• Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri.
• VAS merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
• Pengukuran dengan VAS pada nilai di bawah 4
dikatakan sebagai nyeri ringan, nilai antara 4-7
dinyakan sebagai nyeri sedang dan diatas 7
dianggap sebagai nyeri hebat.
Skala numerik
• Numerical rating scale merupakan
pengukuran nyeri dimana klien untuk
memberikan angka 1 sampai 10.
• Nol diartikan sebagai tidak ada nyeri,
sedangkan angka 10 diartikan sebagai rasa
nyeri hebat dan tidak tertahankan.
Face Pain Rating Scale
• Nilai 0: nyeri tidak dirasakan oleh anak
• Nilai 1: nyeri dirasakan sedikit saja
• Nilai 2: nyeri agak dirasakan oleh anak
• Nilai 3: nyeri yang dirasakan anak lebih banyak
• Nilai 4: nyeri yang dirasakan anak secara
keseluruhan
• Nilai 5: nyeri sekali dan anak menjadi menangis
Word Grapic Rating Scale
Ambang / Penilaian Nyeri Berdasar PQRST
P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa /
benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering
terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.
R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga
menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS ( Baca : Cara Mengukur
GCS (Glasgow's Coma Scale) ) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain
yang berkaitan dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering
keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau
bertahap..? Acut atau Kronis..?
Faktor yang mempengaruhi
respon nyeri
Faktor internal Faktor Eksternal
1) Usia 1) Pola Koping
2) Jenis kelamin 2) Support keluarga dan sosial
3) Perhatian 3) Kultur
4) Ansietas 4) Lingkungan
5) Pengalaman masa lalu 5) Pengobatan
6) Pengetahuan
7) kelelahan
Penatalaksanaan
• Farmakologis
• Non Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis
• Terapi obat yang efektif untuk nyeri
seharusnya memiliki resiko relatif rendah,
tidak mahal, dan onsetnya cepat.
• WHO menganjurkan tiga langkah bertahap
dalam penggunaan analgesik
Langkah 1
digunakan untuk nyeri ringan dan sedang adalah obat
golongan non opioid seperti aspirin, asetaminofen, atau
AINS, ini diberikan tanpa obat tambahan lain.
Jika nyeri masih menetap atau meningkat,
langkah 2
ditambah dengan opioid, untuk non opioid diberikan
dengan atau tanpa obat tambahan lain.
Jika nyeri terus-menerus atau intensif,
langkah 3
meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya
sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain
(Sudoyo, 2006).
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate
seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan
merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan
perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang
merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih
timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-
aminophenols (phenacetin); Pyrazolon
(Phenylbutazone).
Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Kompres hangat/dingin.
Latihan nafas dalam.
Musik.
Aromatherapi.
Imajinasi terbimbing.
Hipnosis.
Dll.
Terapi Es dan Panas.
1. Trauma mekanis
2. Trauma khemis
3. Trauma thermis
4. Neoplasma
5. Gangguan sirkulasi darah
6. Peradangan.
7. Trauma psikologis.
SELAMAT BELAJAR