Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Dispneu e.c Asma Bronkial Intermitten


Eksaserbasi Akut
Disusun Oleh : Kartika Sari
NIM : FAB 118 022

Pembimbing :
Dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani
dr. C. Yuniardi Alriyanto

BAGIAN/SMF ILMU REHABILITASI MEDIK dan EMERGENCY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
2019
PENDAHULUAN
• ASMA → Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, yang menimbulkan
gejala episodik berulang dan mengi, sesak napas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari.

• WHO → 100-150 juta penduduk dunia menderita asma.


Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun.
LAPORAN KASUS
PRIMARY SURVEY
Vital Signs
• Tekanan darah : 130/70 mmHg
• Nadi : 102 kali/menit, regular, kuat angkat,
isi cukup
• Suhu : 36,50C
• Pernapasan : 28 kali/menit
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan
napas
Breathing : Spontan, 28 kali/menit, torako-
abdominal, pergerakan thoraks simetris
kanan/kiri
Circulation : Laju nadi 102 kali/menit reguler,
kuat angkat, dan isi cukup, CRT <2 detik
Disability : GCS (E4V5M6) pupil isokor +/+
(diameter 3 mm/3mm)
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang
termasuk dalam priority sign yaitu sesak
napas yang memerlukan pemberian
oksigen segera dengan diberi label
kuning
Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini
adalah ditempatkan di ruangan non-
bedah dan diberikan oksigenasi.
SECONDARY SURVEY
IDENTITAS
• Nama : Ny. R
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 44 th
• Alamat : Jl. Bukit Manuah
• Agama : Islam
• Tanggal Pemeriksaan : 22/7/2019
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami pasien.
Keluhan utama: Sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang:
 Sesak napas sejak tadi malam. Sesak muncul terus menerus
sejak tadi malam dan memberat sejak tadi pagi. Keluhan sesak
tidak mengalami perbaikan dengan istirahat dan pasien
merasa sesaknya berkurang dengan posisi duduk. Keluhan
sesak disertai batuk sejak ±2 hari SMRS.
 Batuk berdahak dan hanya kadang-kadang muncul.
 Sesak timbul jika pasien batuk, pilek, atau terpapar udara
dingin.
 Riwayat nyeri dada, pilek dan demam disangkal.
 Pernah masuk ke IGD ±1 bulan yang lalu dengan keluhan yang
sama. Biasanya pasien mendapatkan terapi uap dan setelahnya
sesak berkurang.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien sudah sering sesak napas dan beberapa kali
masuk IGD dengan keluhan yang sama. Dalam 1 tahun terakhir,
pasien telah masuk ke IGD dengan keluhan yang sama sebanyak
2 kali. Riwayat hipertensi dan DM disangkal.

Riwayat penyakit keluarga:


Ibu pasien memiliki keluhan sakit yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sesak
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 130/70 mmHg
Nadi : 102 kali/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 28 kali/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• Hiperhidrosis (+), tidak didapatkan konjungtiva anemis, tidak
sianosis, napas cuping hidung (+/+), nasal flares (-/-), nasal
discharge (-/-).

Leher
• Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan, retraksi intercostal (+)
• Palpasi : Fremitus vokal kanan dan kiri normal
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (+/
+)

Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal,
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
• Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba besar
• Perkusi : Timpani (+)
 
Ekstremitas
• Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis ujung-ujung jari (-)
DIAGNOSIS
• Dispnea e.c. Asma bronkial intermiten eksaserbasi akut
TATALAKSANA
• Oksigenasi dengan O2 2-4 lpm via nasal kanula
• Nebulisasi Ipratropium bromide + Salbutamol sulfat
(Combivent) dan Fluticasone Propionate (Flexotide)
• Obat untuk pulang :
– Salbutamol 3 x 2 mg
– Metilprednisolon 2 x 8 mg
– Gliseril Guaiakolat (GG) 3 x 1 tab
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : BONAM
• Quo ad functionam : BONAM
• Quo ad sanationam : Dubia
PEMBAHASAN
• Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik,
gejala berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup
untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan
fisik dan pengukuran faal paru terutama reversibilitas kelainan
faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pasien mengarah ke diagnosis asma bronkial
eksaserbasi akut. Dimana eksaserbasi
didefinisikan sebagai episodik perburukan yang
ditandai dengan meningkatnya gejala disertai
penurunan arus ekspirasi melalui pemeriksaan
faal paru.
KLASIFIKASI DERAJAT ASMA
Derajat Gejala Gejala malam Faal paru
Intermiten Gejala kurang dari 1x/minggu Kurang dari 2 kali APE >80%
Asimtomatik dalam sebulan
Persisten - Gejala lebih dari 1x/minggu Lebih dari 2 kali APE >80%
ringan tapi kurang dari 1x/hari dalam sebulan
- Serangan dapat menganggu
Aktivitas dan tidur
Persisten - Setiap hari, Lebih 1 kali APE 60-80%
sedang - Serangan 2 kali/seminggu, dalam seminggu
bisa berahari-hari.
- Menggunakan obat setiap
hari
- Aktivitas & tidur terganggu
Persisten - Gejala kontinyu Sering APE <60%
berat - Aktivitas terbatas
- Sering serangan
KLASIFIKASI BERDASARKAN
TERKONTROLNYA ASMA
Karakteristik Terkontrol total Terkontrol Tidak
sebagian terkontrol
Gejala harian Tidak ada atau <= >2x per minggu Terdapat >= 3
2 per minggu kriteria dari
Keterbatasan Tidak ada Ada asma terkontrol
aktivitas sebagian dalam
Asma malam Tidak ada Ada setiap minggu
Kebutuhan Tidak ada atau <= >2x per minggu
pelega 2 per minggu
APE atau VEP1 Normal <80%
prediksi/nilai
terbaik
• Adapun tatalaksana awal yang diberikan pada pasien dengan
eksaserbasi yaitu terdiri atas pemberian oksigen dengan
target saturasi oksigen mencapai 90% pada orang dewasa dan
95% pada anak-anak. Pada pasien ini diberikan oksigenasi
dengan menggunakan nasal kanul 2 lpm.
• Di samping itu, diberikan pula bronkodilator berupa
SABA secara nebulisasi sebanyak maksimal 3 kali
dalam 1 jam dengan rentang waktu 15 – 20 menit.
• Pada pasien ini diberikan tatalaksana nebulisasi
dengan menggunakan Ipratropium
bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone
Propionate (Flexotide), nebulisasi dilakukan selama
15 menit.
• Bronkodilator diindikasikan karena efek
bronkodilatasi yang kuat dan onset kerja yang cepat.
• Setelah terapi, kembali dilakukan monitor
pada kondisi pasien. Dalam 1 – 2 jam
berikutnya, kembali dilakukan penilaian
untuk melihat apakah diperlukan tindakan
selanjutnya. Bila pengobatan berespons baik
dan pasien telah stabil, pasien dapat
dipulangkan.
• Setelah dilakukan nebulisasi, pada pasien ini dilakukan
observasi selama 1 jam. Setelah satu jam, saat dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan, pasien mengatakan keluhan
sesak pasien sudah berkurang dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah pasien 130/90 mmHg dan
auskultasi paru wheezing sudah berkurang. Oleh karena itu
pasien diperbolehkan untuk pulang.
• Pada pasien ini diberikan obat pulang berupa
salbutamol 3x2 mg, metilprednisolon 2x8 mg
dan GG 3x1.
• Pemberian kortikosteroid diindikasikan pada
kejadian eksaserbasi akut, terutama apabila
belum ditemukan respons optimal dengan
bronkodilator, eksaserbasi pada terapi
kortikosteroid oral, serta kondisi eksaserbasi
berat. Efek yang ditimbulkannya yaitu hambatan
produksi kemokin, sitokin, eikosanoid,
hambatan pada peningkatan basofil, eosinofil,
dan leukosit lain di jaringan paru, serta
menurunkan permeabilitas vaskular.
• Pada pasien ini diberikan GG 3 kali sehari. Gliseril Guaiakolat
(GG) merupakan ekspektoran meningkatkan pembersihan
mukus dari saluran bronkus.
• Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir
lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran
lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan
dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga
merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran
dahak.
• Ekspektoran diberikan untuk membantu pengeluaran dahak
setelah dilakukan nebulisasi.
KESIMPULAN
• Telah dilaporkan pasien Ny. R, usia 44 tahun,
datang dengan keluhan sesak nafas disertai batuk
berdahak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi
102 kali/menit, RR 28 kali permenit, pada
pemeriksaan toraks didapatkan retraksi intercostal,
auskutasi wheezing (+) dikedua lapang paru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan
pasien didiagnosis asma bronkial eksaserbasi akut.
• Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan
nebulisasi, yang kemudian dilakukan observasi
selama 1 jam di IGD. Setelah 1 jam, gejala
klinis pasien berkurang, tekanan darah 110/70
mmHg, auskultasi paru wheezing berkurang,
sehingga pasien diperbolehkan untuk pulabng.
Obat pulang pasien berupa bronkodilator oral,
kortikosteroid dan ekspektoran. Pasien
dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. PDPI. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: PDPI; 2004.
2. DAI. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Dewan Asma
Indonesia; 2011.
3. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics. 11th edition. New York: McGraw Hill;
2010.p.297-315.
4. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi
dan terapi. Edisi 5 Edisi Revisi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2012. hal. 66-82, 273-97.

Anda mungkin juga menyukai