Anda di halaman 1dari 22

SIKATRIK KORNEA

Referat ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti


kegiatan kepaniteraan klinik senior
SMF Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Haji Medan

Disusun Oleh :
Farahiyah Karamina Kartono (20360029)

Pembimbing :
dr. Ayu Nur Qomariyati, Sp. M
LATAR BELAKANG
Gangguan kornea merupakan penyebab kebutaan kedua
didunia setelah katarak. Sikatrik kornea lebih sering disebabkan
oleh infeksi, xeropthalmia dan trauma.
Berbagai keluhan bisa terjadi pada kornea termasuk
terbentuknya ulkus/tukak kornea, kasus ulkus kornea dapat
menimbulkan gejala sisa, misalnya tebentuknya jaringan parut
yang mengganggu fungsi penglihatan yaitu sikatrik kornea.
Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan
mulai dari kabur sampai dengan kebutaan
ANATOMI SISTEM
PENGLIHATAN
Bagian Luar
ANATOMI SISTEM
PENGLIHATAN
Bagian Dalam
ANATOMI KORNEA
HISTOLOGI KORNEA
SIKATRIK KORNEA
DEFINISI
Kata 'kekeruhan kornea' secara harfiah berarti
kehilangan transparansi kornea yang normal.
Istilah 'kornea opacity 'digunakan terutama
untuk hilangnya transparansi kornea karena
jaringan parut.

Sikatriks kornea adalah terbentuknya jaringan


parut pada kornea oleh berbagai sebab. Dapat
disebabkan oleh trauma, bekas luka, maupun
sebab-sebab lainnya.

Sikatriks kornea
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia prevalensi sikatrik kornea pada
kedua mata ditemui 1,0% dan pada salah
satu mata 0,5%.

• Prevalensi sikatrik kornea pada kedua mata


tertinggi di Provinsi Sumatera Barat (2,5%),
terendah di Sumut, Kepulauan Riau,
Provinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Papua
(0,3%).

• Prevalensi sikatrik kornea pada salah salah


satu mata tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta
dan Provinsi Sulawesi Tengah (0,9%),
terendah di Provinsi DKI Jakarta dan
Kepulauan Riau (0,1%).

Sikatrik kornea dapat menyebabkan gangguan


penglihatan berat (10,4%) dan dengan
kebutaan (9,8%).
ETIOLOGI
Sikatrik kornea bisa disebabkan oleh luka, infeksi dan
trauma. Luka pada kornea (abrasi, laserasi, luka
bakar, atau penyakit). Penyakit yang menyebabkan
vaskularisasi baru ke dalam kornea termasuk
xeroftlamia, keratitis dan ulkus kornea.
Ulkus Kornea
Sikatrik kornea dapat timbul apabila :
1. Kekeruhan bawaan dapat terjadi sebagai
perkembangan anomali atau setelah trauma
kelahiran.
2. Luka kornea yang sembuh.
3. Ulkus kornea yang sembuh.
KLASIFIKASI
1. Nebula

• Penyembuhan akibat keratitis Nebula


superfisialis.
• Kerusakan kornea pada membran
Bowman sampai 1/3 stroma.
• Pada pemeriksaan, terlihat kabut di
kornea, hanya dapat dilihat di kamar
gelap dengan Slit-lamp dan bantuan
kaca pembesar
KLASIFIKASI
Makula

2. Makula
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3
ketebalan stroma.
• Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat
dilihat di kamar gelap dengan slitlamp tanpa
bantuan kaca pembesar.

3. Leukoma
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan
stroma.
• Kornea tampak putih, dari jauh dapat terlihat

Leukoma
KLASIFIKASI
4. Leukoma Adheren
Kekeruhan atau sikatriks kornea dengan menempelnya iris di dataran belakang
karena penyembuhan yang terjadi setelah perforasi kornea dengan penahanan
iris.

Apabila ulkus kornea sampai ke endotel akan


mengakibatkan perforasi, dengan tanda :
• Iris prolaps
• COA dangkal
• TIO menurun Kemudian sembuh menjadi
leukoma adheren (leukoma disertai sinekia
anterior)

Leukoma Adheren
KLASIFIKASI

Klasifikasi Opacitas Dari Kornea


A. Nebula B. Makula C. Leukoma D. Leukoma adheren
PATOFISIOLOGI
• Stadium awal : epitel, stroma, endotel di area yang terinfeksi atau terkena trauma
akan membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) akan
mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis.
• Pada beberapa inflamasi yang lebih berat, ulkus yang dalam dan abses stroma
yang lebih dalam dapat bergabung sehingga menyebabkan kornea menipis dan
mengelupaskan stroma yang terinfeksi.
• Daerah kornea yang menipis diganti dengan jaringan fibrous
• Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area ulserasi akan
mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan lebih
lanjut.
• Stadium akhir : Lapisan Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan jaringan
fibrous/ sikatrik. Epitel baru akan mengganti dasar yang ireguler dan vaskularisasi
sedikit demi sedikit menghilang serta pembuluh darah uvea akan menyebabkan
sikatrik kornea.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis
Adanya penyakit kornea, riwayat trauma, benda asing, abrasi, infeksi seperti
keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh, riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien.

Gejala klinis sikatriks tergantung dari tingkat keparahan jaringan parut (nebula,
makula, leukoma) sehingga visus dapat berkisar dari buram hingga kebutaan total.
Terdapat nyeri, kemerahan, atau fotofobia.

Pemeriksaan Fisik • Ketajaman penglihatan


• Tes refraksi
Didapatkan gejala obyektif adanya
• Tes air mata
nebula, makula, leukoma. Adanya
• Pemeriksaan slit-lamp
penyembuhan luka pada kornea
• Keratometri (pengukuran
berupa jaringan parut, baik akibat
kornea)
radang, maupun trauma.
• Respon reflek pupil
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
• Uji fluoresein : Melihat adanya defek pada epitel kornea. Uji positif pada keratitis
superfisial, ulkus kornea, dan erosi terlihat warna hijau dengan sinar biru. Pada
sikatriks yang korneanya sudah sembuh secara total, uji fluoresein akan negatif.
• Uji fistel : Mengetahui adanya kebocoran kornea. Pada sikatriks uji ini negatif.
• Uji sensibilitas kornea : Memeriksa fungsi saraf trigeminus. Pada area yang
terbentuk opasitas biasanya sensibilitasnya buruk atau rusak.
• Uji plasido : Mengetahui gambaran topografi kornea. Normalnya lingkaran akan
terbentuk secara teratur, dengan terbentuknya sikatriks, permukaan kornea
menjadi ireguler sehingga uji plasidonya menjadi positif.

Uji Fluoresein Uji Plasido


PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Medikamentosa Tatalaksana Surgical
• Iridektomi optik : Dilakukan dalam
• Pemberian antibiotik tetes atau salep
beberapa kasus dengan kornea
untuk mencegah adanya infeksi
makula/ leucomatous sentral
bakteri sekunder.
kekeruhan, asalkan penglihatan
• Penutupan kelopak mata saat tidur
membaik dengan pelebaran pupil.
sangat penting untuk penyembuhan
• Keratoplasty : Memberikan hasil
permukaan kornea.
visual yang baik tanpa komplikasi
• Obat-obatan untuk mempercepat
dengan kekeruhan kornea
penyembuhan permukaan kornea
• Tattoo kornea : untuk perbaikan
adalah doksisiklin oral, asetilsisten,
kosmetik dilakukan hanya untuk
dan EDTA
jaringan parut pada mata tenang
dengan visus yang sangat buruk
KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa kebutaan parsial atau


komplit.
• Buta parsial menyebabkan seseorang tidak dapat melihat obyek
dengan jelas atau kabur.
• Buta komplit/total menyebabkan penderita tidak dapat melihat
sama sekali, termasuk cahaya.
PENCEGAHAN
• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam
mata dan jaga kebersihan pada mata
• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam
keadaan basah
• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.
KESIMPULAN
• Sikatriks kornea adalah terbentuknya jaringan parut pada kornea oleh berbagai
sebab. Dapat disebabkan oleh trauma, bekas luka, maupun sebab-sebab lainnya.
• Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari kabur
sampai dengan kebutaan
• Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
• Penatalaksanaan secara medikamentosa dan surgical seperti iridektomi,
keratoplasti dan tatto kornea
• Pencegahan perlu dilakukan agar tidak terjadi luka atau trauma pada kornea
yang dapat menimbulkan sikatrik kornea
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai