Anda di halaman 1dari 12

MODUL 9

MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


DI SD BIASA

Disusun Oleh:
Muhammad Nikman Naser, M.Pd
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
KEGIATAN BELAJAR 1
IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
A. IDENTIFIKASI ABK

▪ istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali.


Dalam buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan
merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan
lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).

▪ Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui, apakah


pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau mengalami
kelainan/penyimpangan.

▪ Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong:


(1) Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan; (2) Tunarungu/anak yang
mengalami gangguan pendengaran; (3) Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan
angota tubuh/gerakan); (4) Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa; (5) Tunagrahita; (6) Anak lamban belajar; (7) Anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia); (8) Anak
yang mengalami gangguan komunikasi; dan (9) Tunalaras/anak yang mengalami
gangguan emosi dan perilaku.
▪ Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya
lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah
seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau
bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-
orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak,
seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak
yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang
sering disebut asesmen, bila diperlukan dapat dilakukan oleh
tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog,
orthopedagog, therapis, dan lain-lain.
▪ Dalam istilah sehari-hari, identifikasi sering disebut dengan
istilah penjaringan, sedangkan asesmen disebut dengan istilah
penyaringan.
B. Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris
neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang
hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Tujuan utama identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak
yang menyandang kelainan dan jenis kelainan yang di sandangnya.
Identifikasi di dasarkan pada asumsi bahwa anak – anak yang
menyandang kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang
sedikit banyak berbeda dari yang semestinya. Identifikasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti obsevasi, wawancara, dan
tes sederhana. Keberhasilan identifikasi tergantung dari banyak
faktor, antara laian mantapnya pengetahuan guru tentang
karakteristik perilaku ABK dari berbagai jenis, serta kepekaan
guru terhadap munculnya gejala kelainan.
Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
1. penjaringan (screening),
2. pengalihtanganan (referal),
3. klasifikasi,
4. perencanaan pembelajaran, dan
5. pemantauan kemajuan belajar.
C. ASESMEN

Asesmen adalah satu proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi


tentang perilaku anak yeng berkaitan dengan pendidikan, yang hasilnya akan
digunakan untuk penempatan dan mengembangkan program pendidikan untuk
anak tersebut. Asemen biasanya bersifat sangat formal dan ketat, melibatkan
satu tim yang terdiri dari para pendidik dan para ahli dari bidang kelinan
terkait. Instrumen yang digunakan pada umumnya berupa tes, baik yang
bersifat formal maupun informal. Namun untuk situasi Indonesia, lebih – lebih
untk asemen ABK yang mungkin ada disekolah biasa, instrumen yang
digunakan adalah instrumen informal, yang dapat dibuat oleh guru sendiri.
Asesmen mempunyai 5 kode etik yaitu :
1.     Tanpa kecerobohan
2.     Tanpa jalan pintas
3.     Objektif dalam memberi skor
4.     Anggota tim tidak diwakili
5.     Tidak diskriminatif
Yang wajib ditaati oleh para guru/para profesional yang melakukan asasmen.
Asesmen juga dapat diartikan sebagai kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang telah teridentifikasi sebagai
anak berkebutuhan khusus . Kegiatan asesmen dapat dilakukan oleh guru (untuk beberapa hal), dan tenaga
profesional lain yang tersedia sesuai dengan kompetensinya. Kegiatan asesmen meliputi beberapa bidang, antara
lain:
a. Asesmen Akademik
Asesemen akademik sekurang-kurangnya meliputi tes kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
b. Asesmen Sensorik dan Motorik:
Asesmen sensorik terutama untuk mengetahui ganguan penglihatan, pendengaran. Sedangkan asesmen motorik
untuk mengetahui gangguan motorik halus maupun kasar yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran bidang
yang lain.
c. Asesemen Psikologik, Emosi dan Sosial.
Asesmen psikologik dapat digunakan untuk mengetahui potensi intelektual dan kepribadian abak, Juga dapat
diperluas dengan tingkat emosi dan sosial anak.
d. Asesemen lain yang dianggap perlu:
Misalnya aspek kesehatan, status gizi dan perkembangan fisik anak. Informasi ini sangat penting karena aspek
kesehatan sangat berpengaruh terhadap konerja belajar anak.
Ada bagian-bagian tertentu yang dalam pelaksanaan asesmen mebutuhkan tenaga profesional sesuai dengan
kewenangannya. Guru dapat membantu dan memfasilitasi terselenggaranya asesmen tersebut sesuai dengan
kemampuan orang tua dan sekolah.
KEGIATAN BELAJAR 2
TINDAK LANJUT PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK

A. MENGIDENTIFIKASI JENIS LAYANAN PENDIDIKAN YANG DI


BUTUHKAN ABK

Penetapan jenis layanan pendidikan di lakukan melalui langkah


– langkah yaitu :
1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa.
2. Mendeskripksikan kemampuan nyata yang dikusai
berdasarkan hasil asamen.
3. Membandingkan kemampuan ideal dengan kemampuan nyata
4. Mendeskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal
dengan kemampuan nyata.
B.    MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN

Hasil asamen dan segala usaha untk menafsirkan


kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK yang ada di kelas
kita tidak akan ada artinya, jika tidak kita tindaklanjuti
dengan pengembangan program. Idealnya pengembangan
program ini di lakukan juga oleh sebuah tim yang
menangani ini sejak tahap identifikasi. Program yang
disusun adalah Program Pengajaran Yang Individual (PPI)
karena memang program tersebut di peruntukkan bagi anak
secara individual. PPI memuat identitas siswa secara jelas,
lengkap dengan masalah dan kemampuan yang dikuasai,
serta di lengkapi dengan komponen rancangan
pembelajaran, yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan penilaian.
C.    PELAKSANAAN PROGRAM

Bagi anak tertentu yang tidak mungkinditangani oleh guru,


perlu dilakukan tindakan yaitu merujuk atau mengirim siswa
ke ahli lain untuk asasmen dan pelayanan program.
Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu
menyiapkan berbagai hal yang diperlukan seperti :
1. Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana
pada PPI.
2. Materi pelajaran serta media yang diperlukan.
3. Lembar observasi.
D.    PENILAIAN PROGRAM PELAYANAN PENDIDIKAN

Penilaian program dilakukan selama layanan


pendidikan diberikan dan pada akhir program. Hasil
penilaian dalam proses di gunakan untuk perbaikan
langsung, sedangkan hasil penilaian akhir di gunakan
untuk mengkaji ulang seluruh komponen program.
Kolaborasi dengan anggota tim dilakukan sejak
perencanaan sampai dengan penilaian program.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai