Anda di halaman 1dari 25

L AKU P AD A ANA K

GANGGUAN PERI
Autisme
Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Autisme berasal dari kata autos yang berarti aku

Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan


gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan
berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar.

Autisme adalah suatu keadaan dimana seseorang anak berbuat semaunya


sendiri baik secara berpikir maupun berprilaku.

Terjadi sejak usia 2-3 tahun, semua etnis.


Bahwa autisme bukan hanya gangguan fungsional, tetapi didasari
adanya gangguan organik dalam perkembangan otak

Autistic Spectrum Disorder (ASD) adalah suatu grup gangguan


perkembangan anak yang berkisar dari autisme klasik seperti
Attention Deficit Disorder (ADD), Attantion Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) dan Perpasive Developmental Disorder (PDD)
PDD adalah diagnosis yang diberikan kepada anak-anak apabila mereka tidak
mencapai tonggak-tonggak seperti seharusnya dan menunjukkan gejala-gejala
autisme.
Anak tersebut memiliki sedikit kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi.

ADD memiliki kesulitan dalam mempertahankan kemampuan


memusatkan perhatiannya. Seorang anak hiperaktif dengan ADD
diberi label ADHD.
Ditingkat lebih atas dari spectrum autis adalah
Asperger’s Syndrome

 Anak autistik yang dapat berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi.
 Anak-anak yang luar biasa cerdas
 Memiliki minat yang sangat sempit dan menunjukkan banyak
kekurangan dari segi sosial
Tingkah laku yang tercakup dalam anak autis dan ada 4 gejala

1. Isolasi social
Extreme autistic alones
2. Kelemahan kognitif
Anak autis sebagian besar (±70%) mengalami retardasi mental (IQ< 70 )
3. Kekurangan dalam Bahasa
4. Tingkah laku stereotif
Sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terus menerus tanpa tujuan

yang jelas
Jenis- jenis Autis

1) Autis persepsi
Autis persepsi merupakan autisme yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya
rangsangan dari luar baik kecil maupun besar yang dapat menimbulkan kecemasan.
Misalnya pada ibu hamil yang mempunyai genetik autisme dia mempunyai kecemasan
akan menurun terhadap janin yang dikandungnya.

2) Autis reaktif
Autisme reaktif ditunjukkan dengan gejala berupa penderita membuat gerakan-gerakan
tertentu yang berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada anak
usia 6-7 tahun. Anak memiliki sifat rapuh dan mudah terpengaruh pada dunia luar.
3) Autis yang timbul kemudian
Jenis autisme ini diketahui setelah anak agak besar dan akan kesulitan
dalam mengubah perilakunya karena sudah melekat atau ditambah
adanya pengalaman yang baru atau gejala autis terlihat saat anak mulai
dewasa
Klasifikasi Autis Childhood Autism Rating Scale (CARS)
1) Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung
lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan
ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.

2) Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun tidak memberikan
respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh,
dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa
dikendalikan

3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak
terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang
dan terus menerus tanpa henti.
Etiologi dan Patofisiologi

1) Faktor genetika
gen neuroxin yang ditemukan pada kromosom manusia no.11
2) Kelainan anatomis otak
3) Disfungsi metabolik
4) Infeksi kandidiasis
5) Teori kelebihan opioid dan hubungannya dengan diet protein kasein dan protein
gluten
6) Gizi
7) Sosial ekonomi
PENATALAKSANAAN

1. Non medikamentosa
a. Terapi edukasi TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related
Communication Handicapped Children)
b. Terapi perilaku ABA (Applied Behaviour Analisis)
c. Terapi wicara 2. Medikamentosa
d. Terapi okupasi/fisik a. Neuroleptik: Haloperidol, Risperidon, Thioridazin
e. Sensori integrasi b. Agonis reseptor alfa adrenergika.: Klonidin
f. AIT (Auditory Integration Training) c. Beta adrenergik blocker : Propanolol
g. Intervensi keluarga
Gangguan Perilaku (Hiperaktif)

Attention Deficit Hyperakctivity Disorder


(ADHD)
ATTENTION DEFICIT HYPERAKCTIVITY DISORDER (ADHD) = HIPERAKTIFITAS
(HYPERAKTIFITY)
• SUATU POLA PERILAKU PADA SESEORANG YANG MENUNJUKKAN SIKAP TIDAK
MAU DIAM, TIDAK MAU MENARUH PERHATIAN DAN IMPULSIF (SEMAUNYA
SENDIRI).
• MEMILIKI KEMAMPUAN KONSENTRASI YANG RENDAH YAITU KETIDAKMAMPUAN
UNTUK MEMPERTAHANKAN PERHATIAN TERHADAP SUATU KEGIATAN
(GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN).
Anak dengan gangguan ADHD mempunyai ciri-ciri sering gagal dalam memberi
perhatian secara erat terhadap suatu kegiatan dan mengalami kesulitan dalam
menjaga perhatian atau konsentrasi dalam menerima tugas dan kegiatan bermain
Disfungsi otak
• Kerusakan interaksi social
ADHD • Resiko keterlambatan
perkembangan
Impuls- sinaps Otak • Resiko cedera
Sistem Limbik :
• Perilaku impulsive
• Mood labil
• Temperamental
• Hiperaktif
• Mudah terkejut
• Penasaran
Ciri - Ciri Umum :

 Hiperaktif
 Tidak focus
 Sifat menentang
 Destruktif (perusak ulung)
 Tidak mengenal Lelah
 Tanpa tujuan jelas
 Bukan penyabar yang baik dan usil
Ciri - ciri khas Anak Hiperaktif : (Baerkley, 2011)
1. Tidak fokus, tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu
tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2. Sulit untuk dikendalikan, selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam
waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif, melakukan sesuatu secara tiba - tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang
apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar atau
sebelum mereka berusia 7 tahun.
4. Menentang, umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati, penolakannya
ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni
perilakunya.
7. Tidak sabar dan usil, ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili
temantemannya tanpa alas an yang jelas.
8. Intelektualitas rendah, sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata
anak normal, mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa
menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Faktor Penyebab
1. Faktor neurologi
Adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter
pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktifitas diri. Gangguan otak yang minimal, yang menyebabkan
terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku anak.

2. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang
lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

3. Faktor psikososial (kejiwaan dan lingkungan)


Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya
dalam hal pola asuh sehari-hari yang cenderung tidak memberikan perhatikan secara khusus kepada
anaknya.
4. Akuisital (didapat setelah lahir)
Subkategori ADHD
a. Tipe Predominan Inatentif :
Anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya tingkat Konsentrasi, menunjukan
sekurang-kurangnya 6 simptom inattentive selama kurang lebih enam bulan.
b. Tipe Predominan Hiperaktif-Impulsif :
Anak-anak yang masalah utamanya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-
impulsif, symptom hiperaktivitas ditunjukan sekurang-kurangnya 6 simptom selama
kurang lebih enam bulan
c. Tipe Kombinasi :
Anak-anak yang mengalami kedua rangkaian di atas.
d. Anak yang nakal
mengganggu dan sulit dikendalikan karena banyak masyarakat yang belum memahami
bahwa anak mereka mengalami gangguan hiperaktivitas atau ADHD.
ADHD cenderung tidak suka jika melakukan rutinitas yang
sama setiap hari atau dalam waktu lama.
Sedangkan Autisme cenderung suka dengan hal-hal yang
sudah tertata, ketertiban, dan tidak suka jika rutinitas
mereka tiba-tiba berubah.
Penanganan ADHD
National Institute of Mental Health, serta organisasi profesi lainnya di dunia seperti
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP) penanganan anak
dengan ADHD dilakukan dengan pendekatan komprehensif berdasarkan prinsip
pendekatan yang multidisiplin dan multimodal sebagai berikut :

a) Medikamentosis
pilihan pertama ialah obat golongan psikostimulan,: amphetamine,
dextroamphetamine dan derivatnya
b) Rehabilitasi medik
c) Terapi psikologi
d) Terapi bermain
Lanj Penanganan ADHD..

Teori Psikologis ADHD


• Teori Psikoanalisa
Hiperaktivitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan tersebut dipasangkan dengan pola
asuh orang tua yang otoritarian. Seorang anak yang memiliki disposisi aktivitas yang berlebihan dan
mudah berubah moodnya mengalami stress karena orang tua yang mudah menjadi tidak sabar dan
marah, anak tidak mampu menghadapi tuntutan orang tuanya untuk selalu patuh.

• Teori Belajar
Salah satu teori belajar terkait dengan gangguan ADHD adalah adanya penguatan yang diberikan
sehingga meningkatkan frekuensi ataupun intensitas perilaku hiperaktif. Selain itu berdasarkan teori
modelling, (Ross,2011) mengemukakan bahwa hiperaktivitas dapat merupakan peniruan perilaku
orang tua dan saudara kandung
Lanj Penanganan ADHD..

Teori Anak ADHD Pada Prasekolah

Anak ADHD Prasekolah terdapat Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial


timbal balik meliputi:
(a) Gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti kontak
mata, ekspresi wajah, dan posisi tubuh;
(b) Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai
dengan tingkat perkembangan;
(c) Kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi
dengan orang lain, Gangguan kualitatif dalam komunikasi, keterlambatan
perkembangan bahasa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai