Anda di halaman 1dari 19

DISUSUN OLEH :

 Bella Febrianti
 Dyah Ajeng P
 Rizza Aristiawan S
 Sri Devi S
 Yogi Anggara R
Sampai saat ini penyakit DHF/ DBD masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia .
Angka kesakitan dan kematian DHF di berbagai
Negara sangat bervariasi tergantung pada berbagai
faktor, seperti: status kekebalan dari populasi,
kepadatan Vektor dan frekuensi penularan ,
Prevalensi Serotype Virus Dengue dan keadaan
cuaca.
Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor yang
paling utama, namun spesies lain seperti Ae.Albopictus juga dapat
menjadi vektor penular (Farasari, 2018)..

Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-


anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama
terinfeksi virus.
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang
termasuk genus falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini
tergolong RNA positive-strand virus dari keluarga Falviviridae.
Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifatnya antigennya
berbeda, yaitu :
1. virus dengue-1 (DEN 1)
2. virus dengue-2 (DEN 2)
3. virus dengue-3 (DEN 3)
4. virus dengue-4 (DEN 4)
(Aji Fajar, 2016)
masa inkubasi DHF 13-15 hari.
 Penderita biasanya mengalami demam akut , sering disertai menggigil.
 Adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan
pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena)
 Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
 Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia) diare,
konstipasi.
 Keluhan pada sistem tubuh lain :
- Nyeri atau sakit kepala.
- Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
- Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
- Pegal-pegal pada seluruh tubuh
- Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
- Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
- Trombosit < 500.000 / mm3
 Pada penderita DHF sering dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa
(splenomegali) dan kelenjer getah bening yang akan kembali normal pada masa
penyembuhan.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan,
acidosis metabolic dan kematian.
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( < 120 mmHg ), tekanan
darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur ( denyut
jantung.140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
Darah
Trombosit menurun.
HB meningkat lebih 20 %
HT meningkat lebih 20 %
Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bisa meningkat
 NA dan CL rendah
Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
Uji test tourniket (+)
Urine :
Albuminurial ringan
Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
USG
Hematomegali - Splenomegali
 
 Komplikasi susunan sistem syaraf pusat
 Komplikasi pada susunan sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk
konfulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran dan paresis.
 Ensefalopati
 Komplikasi neurologik ini terjadi akibat pemberian cairan
hipotonikyang berlebihan.
 Infeksi
 Kerusakan hati
 Kerusakan otak
 Resiko syok
 Kejang-kejang (Aji Fajar, 2016)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital
tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter
– 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
2. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis
dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus
Gastro Intestina
3. Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
 Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang.
Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan
nyeri otot.
 Riwayat kesehatan keluarga.
Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama.
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama.
 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat
DHF)
TTV : Biasanya terjadinya penurunan
2) Kepala
- Wajah : Kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
- Mulut : Perdarahan gusi, muosa bibir kering dan kadang-kadang
lidah kotor dan hiperemia pada tenggorokan
- Leher : Tidak ada masalah
3) Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup
karena efusi fleura
4)Abdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran
hepar dan limpa
5) Ekstremitas : Nyeri sendi
6) Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemia
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(penekanan intra abdomen)
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
 Tujuan : Hipertermi teratasi
 Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh menurun

 Tanda – tanda vital dalam batas normal


 Intervensi :

 Identifikasi penyebab hipertermia

 Monitor suhu tubuh

 Berikan cairan oral

 Lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres)

 Kolaborasi untuk pemberian antipiretik


2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
 Tujuan : Pola nafas kembali efektif, TTV dalam batas
normal
 Kriteria Hasil:

 Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan membaik

 Penggunaan otot –otot bantu pernapasan menurun

 Kapasitas vital meningkat


 Intervensi :

 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

 Monitor bunyi nafas tambahan

 Posisikan semi fowler atau fowler

 Mempertahankan kepatenan jalan napas pasien

 Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen


3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (penekanan intra
abdomen)
 Tujuan : Nyeri dapat berkurang
 Kriteria Hasil :
 Keluhan nyeri menurun

 Melaporkan bahwa nyeri berkurang

 Reaksi non verbal menurun


 Intervensi :

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas


nyeri)
 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respons nyeri non verbal

 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

 Ajarkan teknik non farmakologis ( mis. Teknik nafas dalam)

 Kolaborasi pemberian analgetik


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai