Anda di halaman 1dari 17

MODERATOR (no 15.

Mila)
• OPENING + SLIDE AWAL
NO 1
• HAM adalah masalah yang mendasar dan universal, masalah ini ada sejak beriburibu tahun yang lalu. Perjuangan melawan
perbudakan kaum Yahudi di Mesir pada zaman nabi Musa pada hakekatnya didorong oleh kesadaran untuk membela keadilan
dalam rangka menegakkan HAM.

1. Hukum Hamurabi

• Pada zaman kerajaan Babilonia 2000 SM telah diupayakan menyusun suatu hukum/aturan yaitu ketentuan-ketentuan yang
menjamin keadilan bagi semua warga negara. Ketentuan ini dikenal dengan nama hukum Hamurabi. Hukum ini merupakan
jaminan HAM warga negara terhadap kesewenang-wenangan kerajaan atau kekuasaan.

1. Solon

• Menurut Solon orang-orang yang menjadi budak karena tidak dapat membayar hutang harus dibebaskan. Untuk menjamin
terlaksananya hak-hak kebebasan warga solon menganjurkan dibentuknya Mahkamah/Pengadilan (Heliaea) dan lembaga
perwakilan rakyat atau majelis rakyat (Eclesia). (Majalah What is Democracy, 7)
NO 2
1. Perikles

• Negarawan Athena yang berusaha menjamin keadilan bagi warga Negara yang miskin. Setiap warga dapat menjadi anggota
majelis rakyat dengan syarat sudah berusia 18 tahun. Ia menawarkan system demokrasi untuk menjamin hak asasi warga.
Konsep demokrasi yang ditawarkan Perikles secara objektif mengandung banyak kelemahan. Terlepas dari semua kelemahan
itu, ia tetap dipandang sebagai tokoh yang memperjuangkan hak asasi manusia. Ia memperjuangkaan hak-hak politik warga
yang sebelumnya tidak ada.

. Sokrates, Plato dan Aristoteles mengemukakan pemikirannya tentang hak asasi manusia dalam kaitannya dengan kewajiban atau

tugas negara.

• Socarates banyak mengkritik praktek demokrasi pada masa itu. Ia mengajarkan HAM, kebijaksanaan, keutamaan, keadilan.
Lebih jauh ditekankan agar warga berani mengkritik pemerintah yang tidak mengindahkan keadilan dan kebebasan manusia.
(Bertens, 1971, ) Ajaran ini dipandang sangat berbahaya bagi penguasa, sehingga ia dihukum mati dengan cara minum racun.
NO 3
• Plato dalam dialognya Nomoi mengusulkan suatu sistem pemerintahan dimana petugas atau pejabat
dipilih oleh rakyat tetapi dengan persyaratan kemampuan dan kecakapan. Plato berkandaskan pada
sistem demikrasi langsung ala Perikles dimana demokrasi yang berjalan justru meminggirkan hak-
hak warga. (Bertens, 1971)

• Sementara menurut Aristoteles, suatu negara disebut baik apabila mengabdikan kekuasaan untuk
kepentingan umum. Ia menawarkan pemerintahan atau Negara Politeia, yaitu demokrasi yang
berdasarkan undang-undang. Dalam sistem ini seluruh rakyat ambil bagian dalam pemerintahan baik
yang kaya maupun yang miskin, yang berpendidikan atau tidak berpendidikan. (Bertens, 1971, )
Secara implisit ia menganjurkan adanya persamaan bagi warga negara tanpa adanya diskriminasi.
NO 4
• Sejarah hak asasi dari dunia Barat (Eropa) dimulai dari seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke. Ia merumuskan adanya hak
alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Sejarah
perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan
Revolusi Prancis.

a. Magna Charta (1215) Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah
pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa
adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh
para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.

b. Revolusi Amerika (1276) Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika.
Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776
merupakan hasil dari revolusi ini.
NO 5
a. Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah
bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak
Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan
(liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas. Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi
empat macam kebebasan (The Four Freedoms). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D.
Rooselvelt.

• Keempat macam macam kebebasan itu meliputi :

1. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion)

2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech)

3. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)

4. Keebasan dari ketakutan (freedom from fear)


NO 6
Adapun berdasarkan sejarah perkembangannya, ada tiga generasi

a. Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula di dunia Barat (Eropa), contohnya, hak atas hidup, hak atas kebebasan
dan keamanan, hak atas kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat, hak beragama, hak berkumpul, dan
hak untuk berserikat.

b. Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang diperjuangkan oleh Negara-negara sosialis di Eropa Timur, misalnya,
hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak membentuk serikat pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas
perumahan, hak atas pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.

c. Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika).
Misalnya, hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan
kedamaian yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika). Misalnya, hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap
bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan kedamaian.
No 7
• Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat universal, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia dan tidak lagi menjadi
milik negara Barat saja. Sekarang ini, hak asasi manusia telah menjadi isu kontemporer di dunia. Deklarasi universal ini kemudian dijadikan
pedoman dan standar minimum penegakan hak asasi manusia oleh negara-negara yang tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok
regional yang diwujudkan dalam konstitusi atau undang-undang dasar setiap negara.

• Hasil rumusan mengenai hak asasi manusia oleh negara-negara di dunia, antara lain, dijabarkan dalam :

a. Declaration on The Rights of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian) oleh negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1984.
Bangkok Declaration, diterima oleh negara-negara Asia pada tahun 1993.

b. Deklarasi universal dari negara-negara yang tergabung dalam PBB tahun 1993.

c. African Charter on Human and Peoples Rights (Banjul Charter) oleh negara-negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU)
pada tahun 1981.

d. Declaration on The Rights to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986 oleh negara-negara Dunia Ketiga.

e. f. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.
No 8
• Perkembangan ham di Indonesia

• Di Indonesia, HAM banyak mengalami dinamika yang penuh perjuangan dalam penegakannya. Berbagai macam upaya telah di lakukan
oleh para leluhur-leluhur kita di masa lampau untuk tercapainya penegakan HAM yang seadil-adilnya. Beberapa pengertian mengenai
HAM juga di utarakan oleh banyak ahli bahkan dalam Undang-Undang ada pengertian dan segala hal yang berkaitan dengan HAM. Dari
UU No. 39 Tahun 1999, dapat ditarik kesimpulan bahwa HAM ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat setiap keberadaan
manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati, dijunjung
tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang untuk kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia.

• menurut Miriam Budiarjo HAM adalah hak yang harus dimiliki pada setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia, dan menurut Miriam
Budiarjo hak tersebut memiliki sifat yang universal, hal ini karena dimiliki tanpa adanya perbedaan ras suku, budaya, agama, kelamin,
dan sebagainya.
No 9
• Menurut Franz Magnis Suseno yang mengartikan HAM sebagai hak-hak yang sudah dimiliki pada setiap
manusia dan bukan karena diberikan oleh masyarakat. Bukan karena hukum positif yang berlaku, namun dengan
berdasarkan martabatnya sebagai seorang manusia. Manusia memiliki HAM karena ia adalah manusia.

• Menurut Oemar Seno Adji yang mendefinisikan hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada setiap
martabat manusia sebagai insan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat tidak boleh dilanggar
oleh siapapun itu.

• Beberapa pengertian HAM menurut para ahli di atas sebenarnya memiliki satu makna yang sama yakni HAM
merupakan hak dalam diri kita yang ada semenjak lahir dan patut kita dapatkan dan perjuangkan. Di luar dari
pengertian HAM di atas, Indonesia mengalami dinamika dalam penegakan HAM. Dimulai sebelum
kemerdekaan bahkan hingga saat ini kita selalu mengupayakan yang terbaik agar mendapat keadilan.
No 10
• Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

• Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia
pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini .
Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.

• Pemikiran HAM juga terjadi pada perdebatan di sidang (BPUPKI) antara Soekarno dan Moh. Yamin
pada pihak lain. Hal ini berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat dan
berkumpul, hak meengeluarkan pikiran baik tertulis maupun tidak tertulis.
No 11
a. Periode 1945-1950

• Pemikiran HAM pada awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka. Pemikiran HAM telah mendapatkan
legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu
UUD 1945.

a. Periode 1950-1959

• Pemikiran HAM pada masa ini mendapat tempat yang bagus. Indikatornya adalah semakin banyaknya pertumbuhan
partai-partai politik, adanya kebebasan pers, pemilihan umum, adanya parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

a. Periode 1959-1966

• Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan
Soekarno terhadap sistem demokrasi parlementer. Pada periode ini kekuasaan terpusat pada Presiden.
Periode 1966-1998 (no 12)
• Pada awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang
HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang telah merekomendasikan gagasan tentang perlunya
pembentukan pengadilan HAM, pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia.

• Sementara itu pada awal tahun 1970-an sampai akhir tahun 1980-an persoalan HAM di Indonesia
mengalami kemunduran. Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemunduran, pemikiran HAM
masih ada di kalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan
masyarakat akademis yang fokus terhadap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat
menjelang periode 1990-an memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi
pemerintah dari represif dan defensif ke strategi akomodatif serta kooperatif. Hal ini bisa dilihat dengan
dibentuknya KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES No. 50 Th. 1993 tanggal 7 Juni 1993.
Periode 1998-sekarang (no 13)

• Pergantian rezim pemerintahan dari orde baru ke era reformasi pada tahun 1998 memberikan dampak yang
sangat besar pada perlindungan HAM. Pada masa pemerintahan Habibie, penghormatan dan perkembangan
HAM sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR No.XVII/MPR/HAM yaitu;

• konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejam lainnya dengan UU No.5/1999;

• konvensi penghapusan segala bentuk deskriminasi rasial dengan UU No.29/1999;

• konvensi ILO No.87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi dengan
keppres No.83/1998;

• konvensi ILO No.111 tentang deskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU No.21/1999;

• konvensi ILO No.138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU no.20/1999.
Berita 1 (no 14)
• belum lama ini, Sebuah video yang memperlihatkan pegawai Starbucks mengintip bagian payudara pelanggan perempuan melalui
rekaman CCTV beredar di media sosial. Atas kejadian itu, Starbucks memastikan bahwa pegawai tersebut sudah tidak bekerja
lagi di PT Sari Coffee Indonesia. Komentar yang diberikan warganet beragam. Ada yang menganggap tindakan yang dilakukan
pegawai Starbucks Indonesia itu merupakan pelecehan. Ada pula yang menyalahkan perempuan yang mengenakan pakaian yang
mengundang tindakan pelecehan. 

• Menurut kami, Dalam konteks kekerasan seksual, frasa ketidaksetaraan menegaskan persoalan bahwa kekerasan seksual terjadi
dan dilakukan oleh pihak yang menganggap dirinya memiliki kuasa atau kekuatan terhadap pihak yang lemah dan dilemahkan.
Kontruksi gender telah menempatkan perempuan sebagai kelas kedua di dalam masyarakat, dan oleh karena relasi yang tidak
setara ini, perempuan menjadi sangat rentan terhadap pelanggaran HAM. Masih maraknya budaya menyalahkan korban
merupakan salah satu ciri dari masyarakat yang melanggengkan budaya buruk tersebut. Hal ini perlu diberi perhatian lebih serta
mencari solusi bersama untuk merubah pandangan masyarakat terhadap perempuan serta menghindari hal-hal seperti ini tidak
terjadi lagi
Berita 2 (no 16)
• Virtual Police telah menegur 89 akun media sosial yang diduga melakukan ujaran kebencian, termasuk akun WhatsApp. Polri
memastikan Virtual Police yang dijalankan Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim tidak menyadap akun WhatsApp
siapapun. Akun WhatsApp tersebut ditegur oleh Virtual Police karena ada yang melaporkan. Caranya, dengan melakukan screenshot
terhadap posting-an status WhatsApp. Setelah itu, Virtual Police melakukan pelacakan akun.

Menurut kami, Polisi Virtual sangat erat kaitannya dengan UU ITE. UU ITE dinilai bersifat karet oleh kebanyakan orang karena maknanya
yang bersifat ganda. Polisi Virtual dan UU ITE bisa saja mengancam demokrasi dan HAM secara kasat mata karena memaksa masyarakat
untuk “menyensor diri” ketika hendak memberikan kritik ataupun pendapat. . Polisi juga terkesan mencari-cari kesalahan orang yang mana
ini telah salah arah karena ada upaya polisi masuk ke ranah pribadi atau privasi seseorang. Dalam hal ini perbuatan tersebut termasuk suatu
bentuk pelanggaran HAM. Padahal, tugas polisi semestinya adalah memprotes suatu pelanggaran hukum jika memang ada laporan polisi.
Sebaiknya, perlu dilakukan lagi evaluasi agar dapat diketahui apakah adanya polisi virtual ini malah membungkam kritik masyarakat atau
tidak. Hal ini juga untuk mengetahui apakah polisi melampaui kewenangannya dalam melakukan penegakan hukum.
MODERATOR (no 15. Mila)
•Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang secara inheren melekat dalam
setiap diri manusia sejak lahir Pemahaman HAM sebagai nilai, konsep dan norma yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat dapat ditelusuri dengan mempelajari sejarah perkembangan HAM. Sejarah
juga mencatat babakan-babakan penting mengenai pasang surut capaian penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan HAM dalam suatu negara sehingga dapat dijadikan refleksi dan acuan bagi penyusunan kebijakan
negara, dalam mewujudkan pembangunan berbasis HAM (right-based development).

Anda mungkin juga menyukai