Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
dr. Linda, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Amanatun avidah (H3A019065)
A. Gangguan kesadaran.
Disorientasi : gangguan mengerti waktu, tempat, orang dan situasional.
Pengaburan kesadaran kejernihan ingatan yg tdk lengkap disertai gangguan
persepsi dan sikap.
Stupor hilangnya reaksi ketidaksadaran terhadap lingkungan sekelilingnya.
Delirium kebingungan, kegelisahan reaksi disorientasi yg disertai rasa`takut dan
halusinasi.
Twilight state keadaan remang, gangguan kesadaran dg halusinasi.
Dream like state keadaan mimpi, gangguan kesadaran pada epilepsi psikomotor.
Somnolen kesadaran rendah sebelum koma, masih bereaksi thd rangsang yg kuat.
Koma vigil pasien tertidur tetapi dpt dibangunkan, mutisme akinetik.
Koma penurunan derajat kesadaran berat, sudah tdk ada reaksi thd rangsangan yg
kuat/nyeri.
B. Gangguan atensi/perhatian.
Atensi usaha yg dilakukan utk memusatkan pd bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan utk
mempertahankan perhatian pd`suatu aktifitas; kemampuan utk berkonsentrasi.
Distrakbilitas ketidakmampuan memusatkan atensi; penarikan atensi kepada stimuli eksternal yg
tdk penting atau tdk relevan.
Inatensi selektif hambatan atensi karena ada hal-hal yg menimbulkan kecemasan.
Hipervigilensi atensi dan pemusatan yg berlebihan pd semua stimuli internal dan eksternal;
biasanya skunder dari waham.
Trance tak sadarkan diri karena atensi terpusat dan kesadaran berubah; biasanya pd hipnosis.
C. Gangguan sugestibilitas.
Kepatuhan dan respon yg tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh.
Folie a deux ( folie`a trois ) penyakit emosional yg berhubungan pada dua orang atau lebih, salah
satu orang paranoid yg lain menjadi paranoid.
Hipnosis modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dg peningkatan
sugestibilitas.
2. EMOSI
A. Afek
ekspresi emosi yg terlihat pemeriksa.
Afek yg sesuai ( appropiate affect ) irama emosi harmonis dg gagasan pikiran atau
pembicaraan yg menyertai ; afek yg luas dan penuh dimana rentang emosional yg lengkap
diekspresikan secara sesuai.
Afek tdk sesuai ( inappropiate affect ) ketidaksesuaian antara irama perasaan emosional dg
gagasan, pikiran atau pembicaraan yg menyertainya.
Afek tumpul ( blunted affect ) manifestasi penururan afek yg berat pd intensitas irama
perasaan yg diungkapkan keluar.
Afek terbatas ( restricted affect ). penurunan intensitas irama perasaan tdk separah afek
tumpul.
Afek datar ( flat affect ) tidak ada ekspresi afek; suara yg monoton; wajah tdk ada mimik.
Afek labil ( labile affect ) perubahan irama afek cepat, tiba-tiba yg tdk berhubungan dg stimuli
eksternal.
B. Mood
Emosi yg meresap dan dipertahankan, dialami secara subjektif, dilaporkan pasien dan terlihat
orang lain.
Mood disforik mood tdk menyenangkan, duka nestapa, sedih dan marah
Mood eutimik mood rentang normal, tdk ada mood tertekan atau melambung.
Mood meluap-luap ( expansive mood ) ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan;
sering kali dg penilaian yg berlebih thd kepentingan atau makna seseorang.
Mood irritabel ( irritrable mood ) mood yg mudah dibuat marah atau diganggu.
Mood meninggi ( elevated mood ) mood yg ceria dg suasana keyakinan dan senang.
Euforia mood yg elasi disertai rasa kebesaran
Ectasy mood yg gembira luar biasanya disertai rasa gairah yg tinggi.
Mood depresi perasaan sedih yg psikologis.
Anhedonia mood yg rendah disertai hilangnya minat dan menarik diri dari semua
aktifitas rutin dan menyenagkan, biasanya disertai depresi.
Aleksitemia seseorang tak mampu atau sulit menggambarkan mood dan emosinya.
C. Emosi yg lain
Kecemasan perasaan ketakutan disebabkan oleh dugaan bahaya yg mungkin berasal dari luar
atau dalam dirinya.
Kecemasan yg mengambang (free floating anxiety) rasa takut yg meresap, tdk terpusatkan
dan tdk berhubungan dg gagasan.
Ketakutan kecemasan oleh adanya bahaya yg dikenal secara sadar dan realistik.
Agitasi kecemasan berat disertai ketegangn motorik.
Panik puncak kecemasan; serangan kecemasan akut episodik dan kuat disertai perasaan
takut`dan disertai pelepasan otonomik.
Apati irama emosi yg tumpul disertai ketidak acuhan thd lingkungannya
Abreaksional pelepasan/pelimpahan emosional setelah mengingat pengalaman yang
menakutkan.
Ambivalensi terdapat dua impuls/gagasan datang bersama pada orang dan waktu yg sama.
D. Gangguan psikologis berhubungan dg mood.
Yaitu suatu tanda disfungsi somatik ( iasanya otonomik) pada seseorang dan sering
berhubungan dengan depresi dan juga disebut tanda vegetatif.
Anoreksia hilangnya atau nafsu makan.
Hiperfagia meningkatnya nafsu makan dan asupan makan.
Insomnia hilangnya atau menurunnya kemampuan utk tidur (early, midle dan late
insomia).
Hiperinsomnia tidur yg berlebihan, pd depresi awas kearah bunuh diri.
Variasi diurnal mood secara ritmik buruk saat bangun tidur dan membaik makin
siang.
Penururan libido menurunnya minat/dorongan/daya seksual (depresi ); atau naik
pd mania.
Konstipasi kesulitan dlm defikasi ( b.a.b ).
3. KONASI/PERILAKU MOTORIK.
Ekopraksi peniruan pergerakan yg patologis seseorang dari orang lain.
Katatonia kelainan motorik oleh karena faktor psikogenik.
o Katalepsi : posisi tdk bergerak dan dipertahankan terus agak lama.
o agitasi katatonik/furor katatonik : aktifitas motorik teragitasi, tak bertujuan, dan tdk
disebabkan oleh stimuli eksternal.
o rigiditas katatonik : penerimaan posisi tubuh yg kaku, disadari, menentang usaha utk gerak.
o stupor kataton : penurunan aktivitas motorik nyata sampai immobil dan tdk menyadari
sekelilingnya.
o posturing katatonik : postur tdk sesuai, kaku, disadari dan dipertahankan agak lama
o fleksibilitas serea : posisi seseorang dpt diatur spt lilin oleh pemeriksa, dipertahankan agak
lama.
Negativisme menahan tanpa motivasi terhadap semua usaha utk menggerakkan atau
terhadap perintah.
Katapleksi hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yg dicetuskan reaksi
emosional.
Stereotipik pola tindakan fisik atau bicara yg terfiksasi dan berulang
Manirisme gerakan tak biasa tdk disadari, dan menjadi kebiasaan / gerakan menyeringai pd anak
Otomatisme simbolik tindakan-tindakan yg otomatik mewakili aktivitas simbolik dan tak disadari.
Otomatisme sugestik tindakan-tindakan otomatis tdk disadari mengikuti sugesti/kepatuhan otomatik.
Hipoaktivitas ( hipokinesis ) penurunan aktivitas motorik & kognitif spt retardasi psikomotor, bicara lambat
dan pergerakan yg dpt terlihat.
Mimikri aktivitas motorik tiruan dan sederhana pd`anak-anak, tanpa disadari.
Agresi tindakan yg kuat, diarahkan tujuan, bisa verbal atau fisik; bagian afek motorik dari kekasaran,
kemarahan atau permusuhan.
Acting out ( memerankan ) ekspresi langsung suatu harapan atau impuls tdk disadari dlm bentuk gerakan;
fantasi yg tdk disadari dihidupkan secara impulsif dlm perilaku.
Abulia penurunan impuls utk bertindak/berfikir disertai ketidak acuhan tentang akibat tindakan.
4. BERFIKIR
A. Gangguan bicara.
Logorrhhea suka banyak bicara, kwantitas bicara berlebih.
Miskin bicara ( poverty of speech ) pembatasan jumlah bicara yang digunakan, jawaban mungkin
monosillabic.
Miskin isi bicara kwantitas kata adekuat, tetapi sedikit memberi informasi karena ketidak jelasan,
kekosongan, atau frasa yg stereotipik.
Diprosodi hilangnya irama bicara normal ( lawannya prosodi ).
Distartri celat, cedal, kesulitan dlm artikulasi, bkn dlm penemuan kata atau bahasa.
Gagap pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering dan menyebabkan gangguan
kefasihan bicara yg jelas.
Kekacauan bicara bicara`yg aneh dan disritmik, yang mengandung semburan yg cepat dan menyentak.
B. Gangguan afasia
Gangguan dlm mengeluarkan bahasa.
Afasia motorik ( afas ia ekspresif, afasia kortikal, afasia tdk fasih afasia Broka ) gangguan bicara
disebabkan oleh gangguan kognitif dimana pengertiannya tetap tetapi kemampuan untuk bicara terganggu,
bicara banyak berhenti, bicara susah, bicara tdk fasih.
Afasia sensorik (afasia reseptif, afasia sub kortek, afasia Wernicke, afasia fasih membeo) kehilangan
kemampuan organik utk mencari kata, bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan tdk mengerti yg
dibicarkan.
Afasia nominal ( afasia anomia, afasia amnestik ) kesulitan utk menemukan nama yg tepat suatu benda.
Afasia sintatikal tidak mampu menyusun kata-kata dlm urutan yg tepat.
Afasia global gabungan afasia motorik dan afasia sensorik.
6. PERSEPSI
A. Gangguan persepsi.
1. Halusinasi
Persepsi sensoris yg palsu yg tdk disertai stimuli eksternal yg nyata, mungkin terdapat atau tdk terdapat
interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi.
Halusinasi hipnagogik halusinasi terjadi saat akan tertidur.
Halusinasi hipnopompik halusinasi terjadi saat bangun tidur.
Halusinasi visual halusinasi penglihatan dapat berupa orang, benda (fisik) atau citra yg tdk berbentuk (
kilatan ), sering terjadi pada kerusakan otak.
Halusinasi olfaktorik halusinasi membau sesuatu, sering terjadi pada kerusakan otak.
Halusinasi akustik ( auditorik ) halusinasi dengar, ditemukan lebih 99 % halusinasi.
Halusinasi raba (taktil, haptik) halusinasi ada sesuatu rabaan pada kulit, adanya gerakan dibawah
kulit.
Halusinasi somatik (halusinasi kinestetik) halusinasi adanya kejadian disuatu alat/bagian tubuhnya.
Halusinasi liliput ( mikroskopik ) halusinasi dimana benda yg dilihat tapak lebih kecil ukurannya.
Halusinosis halusinasi oleh karena pengunaan alkohol yg kronik.
Sinestesia halusinasi yg muncul diadahului halusinasi yang lain, misalnya halusinasi visual didahului
halusinasi pembauan.
Trailling phenomena halusinasi oleh karena pengguaan obat/zat.
2. Illusi.
Mispersepsi, misinterpretasi.
B. Gangguan persepsi yang berhubungan dengan gangguan kognitif tdk mampu mengenali,
menginterpretasikan kepentingan kesan sensorik.
Agnosognosia tdk mampu mengenali suatu defek neurologis.
Somatopagnosia ( autopagnosia ) tdk mengenali bagian tubuhnya sendiri.
Agnosia visual tdk mengenali bend/orang yg sudah dikenalnya.
Astereognosia tdk mengenal benda melalui sentuhan/rabaan.
Prosopagnosia tdk mengenali wajah.
Apraksia tdk mampu mengerjakan tuga stertentu.
Stimultagnosia tdk mampu mengerti lebih satu elemen pandangan visualpada`suatu waktu atau mengintegrasikan
bagian-bagian menjadi keseluruhan.
C. Gangguan persepsi yg berhubungan fenomena konversi dan disosiasi.
Anestesia histerik hilangnya modalitas sensorik disebabkan konflik emosional.
Makropsia benda-benda yg dilihat tampak lebih besar dari yg sebenarnya.
Mikropsia benda-benda yg dilihat tampak lebih kecil dari ysebenarnya.
Depersonalisasi perasaan subjektif dirinya berubah terhadap lingkungannya.
Derealisasi perasaan subjektif lingkungannya berubah terhadap dirinya.
Fugue mengambil identitas baru pada amnesia dari identitas lama, pasien dapat bertindak dg identitas baru
tersebut.
Kepribadian ganda (multiple personality) satu orang yg tampak pd wkt yg berbeda menjadi dua atau lebih
kepribadian atau karakter yg sama sekali berbeda ( gangguan disosiasi ).
7. DAYA INGAT
A. Retardasi mental.
Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terjadi gangguan pada
kinerja sosial dan pendidikan.
Borderline dibawah rata-rata. IQ kurang 90.
R.M ringan IQ 55 - 79 ( debil ).
R.M sedang. IQ 30 - 50 ( imbecil ).
R.M berat IQ kurang 30 ( idiot ).
B. Demensia ( pikun ).
Perburukan fungsi intelektual secara global tanpa pengaburan kesadaran, terjadi karena faktor kerusakan
otak.
Diskalkulia ( akalkulia ) hilangnya kemampuan berhitung.
Disgrafia ( agrafia ) hilangnya kemampuan menulis atau menyususn struktur kata.
Aleksia hilangnya kemampuan membaca, penglihatan baik.
C. Pseudo demensia.
Ada gejala dan tanda seperti demensia yg tdk disebabkan oleh kerusakan otak dan sering disebabkan oleh
depresi.
D. Berfikir konkrit.
Berfikir harfiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu dimensi.
E. Berfikir abstrak.
Kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berfikir multi dimensi dgn kemampuan menggunakan kiasan
dan hipotesis dgn tepat.
9. TILIKAN
Tilikan intelektual mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan utk
menerapkan pengetahuan dalam cara yg berguna utk mengatasi situasi.
Tilikan sesungguhnya mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi disertai dgn daya
pendorong motivasi dan emosi utk mengatasi situasi.
Tilikan terganggu hilangnya kemampuan utk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi.
10. PERTIMBANGAN (JUDGMENT)
Kemampuan utk menilai situasi secara benar dan utk bertindak secara tepat di dlm situasi tersebut.
Pertimbangan kritis kemampuan menilai, melihat, dan memilih berbagai pilihan didalam suatu
Situasi.
Pertimbangan otomatis kinerja reflek didalam suatu tindakan.
Pertimbangan terganggu hilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan
bertindak secara tepat.
TERIMAKASIH