Anda di halaman 1dari 15

ASKEPSIROSIS HEPATIS

Imas
Yoyoh.,
FIKes
UMT
SIROSIS HEPATIS

A. Definisi: penyakit hati kronis yang C.


ditandai oleh adanya peradangan • Malnutrisi
Etiologi
difus pada hati, diikuti dengan • Alkoholisme
proliferasi jaringan ikat, degenerasi • Virus hepatitis
dan regenerasi sel hati disertai • Kegagalan jantung yang menyebabkan
nodul dan merupakan stadium bendungan vena hepatika
akhir dari penyakit hati kronis dan • Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang
terjadinya pengerasan dari hati. berlebihan bawaan)
• Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
• Zat toksik

C. Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :


1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran
MANIFESTASI KLINIS
1. Pembesaran Hati 2. Obstruksi Portal dan Asites
• Manifestasi lanjut sebagian kr kegagalan fungsi hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati kronis & obstruksi sirkulasi portal.
cenderung membesar dan sel-selnya
• Semua darah dari organ-digestif praktis akan
dipenuhi oleh lemak.
menjadi keras dan memiliki tepi berkumpul di vena porta dan dibawa ke hati. Karena
tajam yang dapat diketahui melalui hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan
palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi darah yang bebas, aliran darah kembali ke
sebagai akibat dari pembesaran hati limpa dan GIT dg konsekuensi menjadi tempat
yang cepat dan baru saja terjadi kongesti pasif yang kronis; : kedua organ tersebut
sehingga mengakibatkan regangan akan dipenuhi oleh darah & tidak dapat bekerja
pada selubung fibrosa hati (kapsula baik. dyspepsia kronis dan konstipasi /diare. BB <
Glissoni). Pada perjalanan penyakit • Cairan yang kaya protein menumpuk di peritoneal
yang lebih lanjut, ukuran hati akan
berkurang setelah jaringan parut asites. shifting dullness &. Splenomegali
menyebabkan pengerutan jaringan Jaring telangiektasis/ dilatasi arteri superfisial
hati. Apabila dapat dipalpasi, jaring berwarna biru kemerahan, dapat dilihat melalui
permukaan hati akan teraba inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh
berbenjol-benjol (noduler).
6. Kemunduran Mental
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia • Manifestasi klinis lainnya
• Karena pembentukan, penggunaan adalah kemunduran fungsi
dan penyimpanan vitamin tertentu tidak mental dengan ensefalopati
memadai (terutama vitamin A, C dan K), dan koma hepatik yang
maka tanda defisiensi vitamin tersebut membakat. Karena itu,
sering dijumpai fenomena hemoragik yang pemeriksaan neurologi perlu
berkaitan dengan defisiensi vitamin K.
• Gastritis kronis dan gangguan fungsi
dilakukan pada sirosis
gastrointestinal bersama asupan diet yang
hepatis dan mencakup
tidak adekuat dan gangguan fungsi hati perilaku umum pasien,
turut menimbulkan anemia kemampuan kognitif,
Gejala anemia dan status nutrisi serta orientasi terhadap waktu
kesehatan pasien yang buruk akan serta tempat, dan pola
mengakibatkan kelelahan hebat yang bicara.
mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas
3. Varises Gastrointestinal
• Obstruksi aliran darah lewat hati akibat perubahan fibrotik juga mengakibatkan pembentukan
pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari
pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. akibatnya,
distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok terlihat pada inspeksi abdomen (kaput
medusae), dan distensi pembuluh darah diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan
rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah
kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau hemoroid tergantung pada
lokasinya.
• Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis,
maka pembuluh darah mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. (. Kurang lebih 25% pasien
akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises
pada lambung dan esofagus. )

4. Edema
• Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi
albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron >>> akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
PENATALAKSANAAN

• Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein, lemak
secukupnya.
• Dianjurkan menghentikan penggunaan. Alkohol akan mengurangi
pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300 kalori),
kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D penicilamine
dan Cochicine.
• Hemokromatis
• Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi kelasi
(desferioxamine).
• Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama setahun.
• Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
Terapi terhadap komplikasi yang timbul
• Asites
• Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali
sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/ hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema
kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi
dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/ hari. Pemberian furosemid bisa
ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/ hari.
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa
hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
• .
Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau melena saja)
• Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk mengetahui apakah perdarahan sudah
berhenti atau masih berlangsung.
• Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau Hb
dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/ salin dan tranfusi darah
secukupnya.
• Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau normal salin pemberian selama 4
jam dapat
diulang 3 kali.
Ensefalopati
• Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia.
• Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai.
• Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises.
• Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik.
•Transplantasi hati.
Peritonitis bakterial spontan
• Diberikan antibiotik
pilihan seperti
cefotaksim, amoxicillin,
aminoglikosida.
Komplikasi
•Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001)
adalah:
•Hipertensi portal
•Coma/ ensefalopaty hepatikum
•Hepatoma
•Asites
•Peritonitis bakterial spontan
•Kegagalan hati (hepatoselular)
•Sindrom hepatorenal
• Riwayat
Pengkajian Riwayat
Kesehatanhepatitis
• Demografi Penyakit
kronis gangguan metabolisme :
Usia : diatas 30 tahun DM Obstruksi kronis ductus
Laki-laki beresiko > daripada coleducus
perempuan Pekerjaan : riwayat terpapar Gagal jantung kongestif berat dan
toksin kronis Penyakit autoimun
Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP
Proses
• Pola Fungsional
Aktivitas/ istirahat Kep • Sirkulasi
Gejala : Kelemahan, kelelahan. Gejala : Riwayat Gagal Jantung
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ Kongestif (GJK) kronis, perikarditis,
tonus. penyakit jantung rematik, kanker
• Eliminasi (malfungsi hati menimbulkan gagal hati),
Gejala : disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ; vena
Flatus. abdomen distensi
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali,
splenomegali, asites), penurunan/ tak
adanya bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap, pekat.
• Pernapasan
• Seksualitas
Gejala : Dispnea.
Gejala : Gangguan menstruasi,
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi
impoten.
napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites),
Tanda : Atrofi testis,
hipoksia.
• Keamanan ginekomastia, kehilangan
rambut (dada, bawah lengan,
Gejala : Pruritus.
pubis)
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik),
ikterik, ekimosis, petekie.
Proses Kep
• Neurosensori • Makanan/ cairan
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan Gejala : Anoreksia, tidak
kepribadian, penurunan mental. toleran terhadap makanan/ tak
Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, dapat mencerna, mual/
koma, bicara lambat/ tak jelas. muntah.
Nyeri/ kenyamanan Tanda : Penurunan berat badan/
Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran peningkatan (cairan), kulit kering, turgor
kanan atas. buruk, ikterik : angioma spider, napas
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus berbau/ fetor hepatikus, perdarahan
pada diri gusi.
sendiri.
Dada :
Tampak lemah Ginekomastia (pembesaran
Peningkatan suhu, peningkatan payudara pada laki-laki)
tekanan darah (bila ada kelebihan
Penurunan ekspansi paru
cairan) Sclera ikterik, konjungtiva
anemis Distensi vena jugularis Penggunaan otot-otot asesoris
dileher pernapasan Disritmia, gallop
Suara abnormal paru (rales)
Pemfis
Urogenital :
Abdomen : Atropi testis
Perut membuncit, peningkatan Hemoroid (pelebaran vena sekitar
lingkar abdomen rektum)
Penurunan bunyi Integumen :
usus Ikterus, palmar eritema, spider naevi,
Ascites/ tegang alopesia, ekimosis
pada perut kanan Ekstremitas :
atas, hati teraba Edema, penurunan kekuatan otot
keras Nyeri tekan ulu
hati
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
• Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu: b. Pemeriksaan diagnostik
• Darah lengkap • Radiologi
• Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun Dapat dilihat adanya varises esofagus
karena perdarahan. Kerusakan SDM dan untuk
anemia terlihat dengan hipersplenisme konfirmasi hipertensi portal.
dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin • Esofagoskopi
ada sebagai akibat hiperplenisme. Dapat menunjukkan adanya varises
• Kenaikan kadar SGOT, SGPT esofagus.
• Albumin serum menurun • USG
• Pemeriksaan kadar elektrolit : • Angiografi
hipokalemia Untuk mengukur tekanan vena porta.
• Pemanjangan masa protombin • Skan/ biopsi hati
• Glukosa serum : hipoglikemi Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis,
• Fibrinogen menurun kerusakan jaringan hati.
• BUN meningkat • Partografi transhepatik perkutaneus
Memperlihatkan sirkulasi sistem vena
portal
Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut
Doenges (2000) antara lain:
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
7. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
9. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam
darah.

Anda mungkin juga menyukai