Obesitas, KKP
By
Dwi Prasetyaningati, M.Kep
Diare
• Diare adalah peningkatan frekuensi atau
penurunan konsistensi feses.
• Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik
(Carman, 2016)
• Diare merupakan gejala yang terjadi karena
kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare di sebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus (Wong, 2009).
• Diare adalah peradangan pada lambung, usus
kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi di sertai muntah-muntah atau
ketidaknyaman abdomen (Muttaqin
• & Sari, 2011)
Klasifikasi
1) Diare akut
Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (berlangsung kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
Diare infeksius akut (Gastroenteritis Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan parasit yang patogen.
2). Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari).
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan,
3) Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
4) Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada
anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
Etiologi
• Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella,
salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli.
• Cara penyebaran lewat jalur fekal, oral melalui makanan atau air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat.
Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi
dan merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi
bakteri atau parasit yang patogen (Akton, 2014).
Gejala Diare pada Anak
Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak dan nyeri perut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan
bunyi pada perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti
virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit
Diare kronik
4) Penurunan berat badan dan napsu makan
5) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti
virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit
6) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut
lemah
Tanda-tanda dehidrasi pada anak, yaitu:
1. Tampak lemas dan pucat.
2. Mata cekung.
3. Sangat kehausan.
4. Mulut dan bibir kering.
5. Tubuh terasa dingin
6. Jumlah urine sedikit atau
warnanya kuning pekat
kecokelatan
7. Saat menangis, air mata hanya
sedikit atau tidak ada sama sekali.
8. Mengantuk terus-menerus.
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap
(hemoglobin, hematokrit, leukosit,
jumlah leukosit)
2) Pemeriksaan kadar elektrolit
serum, ureum dan kreatinin
3) Pemeriksaan tinja (makroskopis
dan mikrokopis
4) Pemeriksaan Ph dan kadar gula
dalam tinja, Biakan dan resistensi
feses (colok dubur))
5) Foto x-ray abdomen.
Pencegahan Diare pada Anak
• Menjaga kebersihan lingkungan,
terutama sumber air minum.
Pastikan air dan makanan yang
dikonsumsi bersih dan matang.
• Membiasakan anak untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah buang air kecil atau
buang air besar, juga setelah
memegang benda kotor.
• Memberikan ASI pada anak berusia
<2 tahun untuk meningkatkan daya
tahan tubuhnya
• Memberikan anak vaksin rotavirus.
Penanganan
1) Pemberian cairan (Pemberian cairan pada pasien diare dengan
memperhatikan derajat dehidrasinya dengan keadaan umum)
2) Diatetik Pemberian makanan dan minuman khusus pada pasien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu di
perhatikan adalah:
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.
3) Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
b. Obat anti sparmolitik
c. Anti biotic (Nursalam, 2008)
Demam Thypoid Pever
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi)
Gejala Klinis Demam Tifoid
• 7-14 hari tanpa gejala (asimptomatis)
• Demam yang tidak tinggi
• Malaise
• Batuk kering
• Anoreksia
• Mialgia
• Nyeri abdomen
• Obstipasi,
• Lidah kotor
• Pembengkakan pada stadium lanjut dari hati dan limpa atau dapat keduanya
Komplikasi
• Reaktif hepatitis
• Perdarahan gastrointestinal
• Perforasi usus
• Ensefalopati tifosa
• Gangguan pada sistem retikuloendotelial, karena
penyebaran bakteri S.typhi pada demam tifoid adalah
secara hematogen.
Demam tifoid memiliki 4 fase yang akan dialami oleh penderita
1) Fase prodormal, pada fase ini belum ada tanda-tanda gejala penyakit, terjadi
pada minggu-minggu pertama (dari mulai penderita terinfeksi kuman) sampai
dengan awal minggu kedua. Pada fase ini terjadi bakterimia primer (pertama).
2) Fase klinis (minggu 2) terlihat gejala-gejala klinis dari penyakit demam tifoid
tetapi pada fase ini bakterimia mulai menurun. Gejala pusing, panas dapat
mencapai 40 ‘C, denyut nadi lemah, malaise, anoreksia, perut terasa tidak
enak, diare dan sembelit yang berganti-ganti.
3) Fase Komplikasi (minggu 3),Komplikasi yang sering ditimbulkan antara lain
peradangan usus (usus menjadi berlubang) sehingga terjadi peritonitis.
Komplikasi serius yang sering terjadi adalah perdarahan dan perforasi usus
halus termasuk juga sepsis, meningitis, pneumonia, dan dapat pula terjadi
miokarditis
4) Fase penyembuhan (minggu 4), fase ini adalah fase akhir dari demam tifoid,
Pada fase ini penderita akan menuju sembuh jika diberi pengobatan dan tanpa
terjadi komplikasi serta telah dapat diatasi
Patofisiologi tifoid atau typhoid fever
Salmonella typhi masuk bersama makanan atau minuman yang tercemar,
sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung.
Bakteri yang dapat bertahan pada pH lambung serendah 1,5 akan masuk ke ileum
bagian distal, mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, dan menyebabkan
hiperplasia Peyeri patches (selanjutnya disebut sebagai plak Peyeri).
Bakteri yang masuk ke aliran darah, melepaskan endotoksin yang berperan pada
patogenesis tifoid, proses inflamasi lokal pada jaringan tempat bakteri ini
berkembang biak.
Rangsangan sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Reaksi tubuh terhadap pirogen ini juga menyebabkan timbulnya
manifestasi sistemik seperti sakit kepala, malaise dan nyeri abdomen.
Bakteri Salmonella typhi selanjutnya masuk ke jaringan beberapa organ tubuh,
terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Widal
Uji Agglutinin O dan H positif
Uji Agglutinin V1
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10
sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160. 1/10. 1/80, 1/160 ini
merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal tetap ditemukan positif
karena setiap waktu semua orang selalu terpapar kkuman Salmonella. Tes
widal dikatakan positif jika H 1/800 dan O 1/400
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
1) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
3) Penyakit – penyakit tertentu : penyakit yang menimbulkan antibodi;
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjutan
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6) Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh
manusia) dengan kotipa
7) dll
Lanjutan..pemeriksaan penunjang
Marasmus
Kwashiorkor
1) Masukkan kalori yang
1) Diare yang kronik
kurang akibat kesalahan
pemberian 2) Malabsorbsi protein
2) Makanan. 3) Sindrom nefrotik
3) Penyakit metabolik 4) Infeksi menahun
4) Kelaian kongenital 5) Luka bakar
5) Infeksi kronik atau 6) Penyakit hati.
kelainan organ tubuh lain
PATOFISIOLOGI
Marasmus
• Sejumlah energi dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak
terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan
cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defesiensi
kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
Kwashiorkor.
• Karena kekurangan protein dalam diet,menyebabkan kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme.
Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem,perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati
kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
GEJALA KLINIS
Marasmus
1) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
2) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
3) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek
dan kulit keriput.
4) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal cekung, tulang pipi dan
dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
5) Hipotoni akibat atrofi otot
6) Perut buncit
7) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
8) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
Lanjutan gejala,
Kwashiorkor
1) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah
terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatis dan koma.
2) Pertumbuhan terlambat
3) Odema
4) Anoreksia dan diare.
5) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
6) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
7) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang
dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi
eritropoitin dan kerusakan hati.
8) Anak mudah terjangkit infeksi
9) Terjadi defesiensi vitamin dan miner
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
1) Jenis Kelamin
2) Faktor Genetik
3) Tingkat sosial ekonomi
4) Kurangnya aktivitas fisik
5) Faktor Nutrisi
Dampak Obesitas
1) Menderita tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi
2) Resiko penyakit kardiovaskuler
3) Risiko gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan DM tipe 2
4) Risiko gangguan pernafasan (asma dan sleep apnea)
5) Masalah sendi dan ketidaknyamanan muskuloskeletal
6) Masalah psikologis (kecemasan, depresi, harga diri rendah dan
7) rendahnya kualitas hidup, dan masalah sosial seperti bullying dan stigma.
Jika anak-anak menderita obesitas, faktor risiko obesitas dan penyakit
mereka di masa dewasa cenderung lebih parah (Bass & Eneli, 2014)
Pencegahan
1) Promosi Kesehatan
Pendekatan pada anak-anak beserta orang terdekatnya
Gaya hidup sehat :
Pola dan perilaku makan
Aktivitas fisik
Pemberdayaan lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola dan perilaku
makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi
makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food, serta
peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.
TERIMA KASIH