Anda di halaman 1dari 44

Kerajaan

Kalingga dan
Melayu
Dharmasraya
Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha
Dosen Pengampu : Drs. R. Wisnubroto, M.Pd
Anggota Kelompok

01 02
Faradhila Fadhliyah Septiani Tri Astuti

1403620004 1403620049

03 04
Miliani Wulandari Candle Haposan Mulatua

1403620071 1403620076
01

Kerajaan Kalingga
594 M-782 M
Kerajaan Kalingga

• Kerajaan Kalingga pernah hadir dalam sejarah kerajaan bercorak Hindu-Buddha di


Nusantara pada abad ke-6 Masehi. Kerajaan ini mencapai masa kejayaan ketika
dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Shima (674-695 M).
• Wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga mencakup sepanjang pesisir pantai utara di Jawa
Tengah hingga wilayah pedalaman di bagian selatan. Adapun pusat pemerintahannya
diperkirakan pernah berada di Pekalongan, Jepara, atau di pegunungan Dieng.
• Kerajaan Kalingga, yang juga disebut dengan nama Holing, Keling, atau Heling,
meninggalkan beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi-candi yang masih dapat
ditemukan hingga kini. Kerajaan ini juga merupakan pendahulu dari kerajaan-kerajaan
besar yang nantinya berkuasa di tanah Jawa.
Pendiri dan Raja-
Raja

Berdasarkan catatan dalam Prasasti


Sojomerto, terungkap bahwa
pendiri Kerajaan Kalingga adalah
Dapunta Syailendra.Para keturunan
Syailendra ini nantinya menjadi
cikal bakal lahirnya Kerajaan
Mataram Kuno yang mulai berdiri
sekitar abad ke-8 Masehi.
Pendiri dan Raja-Raja
• Raja pertama Kalingga bernama Prabhu Wasumurti yang memimpin dari tahun 594-605
M. Ia digantikan oleh Prabhu Wasugeni (605-632 M).
• Raja kedua ini adalah ayah dari Ratu Shima atau Dewi Wasuwari yang nantinya
membawa Kerajaan Kalingga ke puncak kejayaan.
• Sebelum Ratu Shima menjadi pemimpin Kalingga sejak tahun 674 M, tercatat ada
beberapa raja lainnya, antara lain Prabhu Wasudewa, Prabhu Wasukawi, hingga Prabhu
Kirathasingha.
• Dikutip dari buku bertajuk Catatan-catatan Tercecer Mengenai Kerajaan Kalingga dan
Raja-raja Pra Islam di Jawa Barat (1993:16), pada 674 M Ratu Shima resmi naik takhta
di singgasana Kerajaan Kalingga. Ratu Shima menggantikan suaminya, Prabhu
Kirathasingha, yang meninggal dunia. Di bawah kepemimpinan raja wanita ini, Kerajaan
Kalingga mencapai puncak masa keemasan.
Letak dan Sumber Sejarah
Letak dan Sumber Sejarah

• Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga di


Jawa Tengah diketahui dari berita-berita Cina. Salah satunya
adalah catatan dari zaman Dinasti Tang (618-906 M) yang
memberikan keterangan mengenai letak Kalingga.
• Disebutkan, Kalingga terletak di sebelah barat Po-li (Bali), di
sebelah timur To-po-Teng (diidentifikasi sebagai Sumatera), di
bagian utaranya terdapat Chen-la (Kamboja), dan dibatasi oleh
lautan.
Letak dan Sumber Sejarah
• Selain itu, ada pula catatan dari seorang pengelana asal Cina bernama I-
Tsing. Pada abad ke-7, tulisnya, Kalingga pernah menjadi pusat
pengajaran agama Buddha Hinayana dengan pendetanya yang bernama
Hwining.
• Terkait lokasi kota Pekalongan sebagai salah satu bagian dari wilayah
Kerajaan Kalingga termuat dari catatan Cheng-Ho, seorang panglima
asal Dinasti Ming. Armada yang dipimpin Cheng-Ho pernah singgah di
suatu wilayah bernama Poe-Chua-lung atau yang kemudian
diidentifikasi sebagai Pekalongan, salah satu kota di pesisir utara Jawa
Tengah.
Kejayaan dan Keruntuhan
• Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi pada era kepemimpinan Ratu
Shima yang mulai bertakhta pada 674 M. Kala itu, Kerajaan Kalingga
mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer,
agama, perdagangan, pertanian, dan lainnya.
• Bahkan, Kerajaan Kalingga kala itu sudah sudah menjalin relasi
perdagangan dengan Cina. Kemajuan Kalingga di sektor perniagaan
ditopang dengan keberadaan pelabuhan terbesarnya yang berada di
Pekalongan. pelabuhan Pekalongan sangat penting bagi Kerajaan
Kalingga untuk menggeser hegemoni Kerajaan Tarumanegara yang kala
itu sedang di ambang keruntuhan.
Kejayaan dan Keruntuhan
• Sepeninggal Ratu Shima yang wafat pada 695 Masehi, Kerajaan
Kalingga mulai melemah dan akhirnya runtuh pada 752 M, salah satu
penyebab keruntuhan Kalingga adalah serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
• Penerus Kalingga adalah Kerajaan Medang (Bhumi Mataram) yang
berpusat di wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Yogyakarta. Pada
abad ke-10 M, kerajaan yang kerap disebut sebagai Kerajaan Mataram
Kuno ini dipindahkan ke Jawa bagian timur dan menjadi cikal-bakal dari
rangkaian kerajaan besar yang nantinya berkuasa di tanah Jawa.
KEHIDUPAN MASYARAKAT KALINGGA DALAM BIDANG SOSIAL BUDYA,
POLITIK, AGAMA,DAN EKONOMI
Kehidupan Sosial
• Masyarakat Kalingga mampu hidup dengan aman dan teratur. Stabilitas
sosial sangat didukung serta memperoleh dukungan kerajaan dalam
bentuk penetapan peraturan yang sangat ketat dan merakyat.
• Ketegasan dan kebijaksanaan Ratu Shima dalam menjalankan proses
hukum dan pemerintahan, sistem sosial Kerajaan Kalingga sangat tertib
dan tentram. Sehingga kemungkinan terjadinya tindakan kejahatan
sangat minim. bagan dalam penegakan hukum Ratu Sima tidak
membedakan antara rakyat dengan kerabat di lingkungan kerajaan.
Kehidupan Sosial
• Pernah seketika raja Ta-Shih menguji kondisi sosial di Kerajaan Kalingga. Mendengar
kabar bahwa kerajaan ini sangat tegas terhadap penegakan hukum, pimpinan Muslim
Arab dan Persia tersebut mengirim utusan untuk meletakkan satu kantong emas di area
jalan sekitar kerajaan Ratu Shima. Selama 3 tahun kantong tergeletak di jalan tidak satu
pun masyarakat Kerajaan Kalingga yang berani menyentuh bahkan mengambil.
• Bahkan orang yang secara tidak sengaja menginjak kantong tersebut sampai isinya
berhamburan adalah seorang putra mahkota Ratu Shima sendiri. Sebagai bentuk
ketegasannya, Ratu Shima tetap memutuskan untuk menghukum putra mahkota tersebut
dengan hukuman mati. Namun setelah banyak menteri yang memohon agar tidak
dilakukan hukuman tersebut, kemudian Ratu Shima merubah hukumannya dengan
memotong bagian kaki putra mahkota yang menyentuh kantong tersebut.
Kehidupan Politik
• Untuk melakukan hubungan kerjasama dengan kerajaan lain
diberlangsungkanlah pernikahan antara keluarga Kerajaan Ratu Shima dengan
keluarga Kerajaan Galuh. Dari pernikahan yang terjadi menghasilkan keturunan
seorang tokoh besar bernama Sanjaya yang kelak akan menjadi pelopor
munculnya Dinasti Sanjaya.
• Dari hubungan pernikahan ini secara tidak langsung membawa pengaruh di
bidang politik. Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Galuh memiliki keterhubungan
diplomasi yang sangat erat untuk menciptakan stabilitas kedua kerajaan, baik di
bidang politik, sosial, ekonomi, dan keamanan. Dengan hubungan tersebut
masing-masing kerajaan dapat mendukung serta memberikan keamanan satu
sama lain.
Kehidupan Agama
• Kerajaan Kalingga merupakan rujukan agama Budha yang ada di daratan Jawa.
Perkembangan agama Buddha di kerajaan ini diperkenalkan oleh para pendeta
Budha. Tokoh pendeta yang cukup populer pada masa itu adalah Jnanabadra
asli dari Jawa. Adapun agama Budha yang berkembang di kerajaan Kalingga
adalah Buddha Hinayana.
• Karena terkenal dengan pusat agama Buddha, Kerajaan Kalingga memperoleh
kunjunga dari para pendeta luar. Salah satunya yaitu pendeta Hwi-Ning yang
berasal dari Cina dengan misi untuk menerjemahkan naskah dari bahasa
Sansekerta ke bahasa Cina. Proses penerjemahan tersebut dibantu oleh pendeta
Budha, Jnanabadra.
Mata Pencaharian
• Masyarakat penduduk Kerajaan Kalingga memiliki profesi pekerjaan
sebagai seorang pedagang dan petani. Bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah jauh dari pantai, umumnya bekerja sebagai petani dan berkebun.
sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir lebih didominasi oleh
para pedagang.
• Kerajaan Kalingga sendiri merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas,
perak, cula badak, gading, dan beberapa orang lain sebagai barang
dagangan. Sedangkan para petani sering menghasilkan panen berupa beras.
Dari kedua mata pencaharian ini masyarakat dapat hidup makmur dan
sejahtera.
02
Kerajaan Melayu
Dharmasraya
671 M-1375 M
Kerajaan Melayu-Dharmasraya

• Malayu-Dharmasraya berkembang dari sebuah kota yang


terbentuk paling tidak sejak abad ke-10. Waktu itu, nama
Malayu dicatat oleh pelaut-pelaut asing untuk menyebut
seluruh Pulau Sumatra. selain sebutan Swarnadwipa atau
Swarnabhumi
Berita Luar Negeri
• Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Dharmasraya adalah penemuan Prasasti Grahi di
selatan Thailand. Prasasti Grahi ditulis dalam bahasa Khmer dan berangka tahun 1105
Saka atau 1183 Masehi. Prasasti Grahi menjelaskan tentang perintah Raja Dharmasraya,
Maharaja Srimat Trailokya Maulibhusana Warmadewa, terkait pembuatan arca Buddha
kepada Bupati Grahi, Mahasenapati Galanai. Adapun Prasasti Grahi ditemukan di
Chaiya, selatan Thailand. Chaiya -yang dulunya bernama Grahi- pernah menjadi bagian
dari Kerajaan Tambralingga yang merupakan negeri taklukan Kerajaan Sriwijaya
sebelum diambil-alih oleh Kerajaan Dharmasraya.
• Tertulis pula, "Empat belas pengikut serta tujuh ratna permata dibawa dari Bumi Jawa ke
Suwarnabhumi, ditegakkan di Dharmasraya..."
• Suwarnabhumi mengacu kepada wilayah Semenanjung Asia Tenggara, juga kerap
dikaitkan untuk menyebut pulau yang kini bernama Sumatera
Berita Luar Negeri
• Bukti lainnya terkait keberadaan Kerajaan Dharmasraya terungkap
dalam catatan Cina yakni Zhufan Zhi karya Zhao Rugua yang ditulis
pada 1225 M.
• Di Pulau Malayu, ada beberapa pusat pemerintahan yang nantinya
berkembang menjadi kerajaan. Misalnya, pada abad ke-7, pusat
pemerintahan di bantaran Sungai Musi berkembang menjadi Kerajaan
Sriwijaya. Pusat pemerintahan di Sungai Batanghari menjadi Kerajaan
Malayu yang berpusat di Jambi. Dari Jambi kemudian berkembang
menjadi Malayu di Dharmasraya, Sumatra Barat.
Keadaan Masyarakat
Keadaan Masyarakatnya kerajaan Melayu-Dharmasraya: sudah mengadakan
hubungan dengan wilayah luar. Buktinya, penelitian arkeologis menemukan
banyak pecahan keramik Tiongkok.
Ada pula petunjuk Dharmasraya didiami bermacam suku bangsa. Salah satu
buktinya, Prasasti Bandar Bapahat yang berbahasa Tamil ditemukan di Jorong
Bukik Gombak, Nagari Baringin, Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatra Barat.
Isinya soal saluran air kuno. Diperkirakan ia dibuat pada masa pemerintahan
Raja Adityawarman di Tanah Datar. Diperkirakan, perantau yang mendiami
Dharmasraya masuk melalui Sungai Batanghari. Sungai ini secara umum
merupakan pintu masuk budaya luar ke Sumatra Barat.
Sejarah
dan Letak

arca Bhairawa dapat dipandang


sebagai lambang yang harus
dilindungi negara aditiyawarman
terhadap penyebaran agama islam
Sejarah dan Letak
• Kerajaan Dharmasraya didirikan oleh Dinasti Mauli pada 1183 oleh Srimat
Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa sebagai pendiri sekaligus raja
pertamanya.
• Padang roco dianggap sebagai pusat Kerajaan Dharmasraya kerena, selain
arca Bhairwa, di sana pernah ditemukan alas Amoghapsa, pada 1911. Besar
kemungkinan amoghapasa dulunya terletak di Padang Rao, lalu untuk
penghormatan kepada Raja Mauliwarmadewa, raja pertama Dharmasraya,
Adityawarman Menaruh di Rambahan, tempat yang ke hulu dan tinggi.
Adityawaraman juga membuhkan tulisannya di punggung arca pada 1347
Masehi.
Sejarah dan Letak
• Di era Adityawarman bergelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama
Rajendra Maulimali Warmadewa (1347-1375 M), Kerajaan Dharmasraya dipindahkan
ke Pagaruyung atau Suruaso (Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)
• Adityawarman adalah putra dari Dara Jingga, putri dari Kerajaan Dharmasraya. Dara
Jingga dan adiknya yang bernama Dara Petak dibawa ke Singasari dalam misi Ekspedisi
Pamalayu pada 1293.[ R.M. Mangkudimedja dalam Serat Pararaton (1979)]
• Nantinya, Dara Petak yang tidak lain adalah bibi Adityawarman dipersunting oleh Raden
Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa
Timur. Setelah bertakhta dan memindahkan pusat kekuasaan, Adityawarman kemudian
mengubah nama Kerajaan Dharmasraya menjadi Malayapura pada 1347 Masehi.
Dengan kata lain, Adityawarman adalah raja terakhir Kerajaan Dharmasraya.
Peninggalan
• Prasasti Grahi Berisi perintah
Raja Dharmasraya pertama
kepada Bupati Grahi,
Mahesanapati Galanai, untuk
membuat arca Buddha. Yang
ditugaskan oleh bupati
tersebut adalah seseorang
bernama Mraten Sri Nano.
Amonghapsa
Amonghapsa adalah bukti kebesaran
kerajaan Dharmasraya di masa silam, arca
ini merupakan pemberian kartanegara, raja
Singasari. Arca ini dikirim dengan
pelayaran yang terkenal dengan nama
ekspedisi pamalayu. Teks yang tertulus di
alas araca bertanggal 1208 saka (22 agstus
1286) menginformasikan pengiriman
amonghapsa dikirimoleh kartanegara
bersama 14 pengiringnya, isi prasasti ini
tidak mengindikasikan adanya penaklukan
singasari atas dharmasraya seperti yang
banyak di temukan oleh pakar sejarah
Peninggalan
• Prasasti Suruaso menjelaskan,
prasasti ini berisi keberhasilan
Adityawarman menyelesaikan
pembangunan saluran air yang
proyeknya sudah dimulai
sejak era raja sebelumnya,
Srimat Sri Akarendrawan.
Peninggalan
Prasasti Kuburajo Ditemukan
pada 1877 di Kuburajo, Tanah
Datar, Sumatera Barat. Berisi
pujian-pujian terhadap raja
Adityawarman yang dituliskan
dalam bahasa Sanskerta.
Daftar Raja-Raja
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286 M)
Satu-satunya sumber yang menyebutkan nama Raja Trailokya
hanyalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand.
Daftar Raja-Raja
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1316 M)
Penyebutan nama Tribhuwanaraja yang memerintah dari tahun 1270-1297 terdapat
dalam Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntu.
Tribhuwanaraja sebagai Raja Kerajaan Dharmasraya yang menikahi Puti Reno
Mandi diyakini oleh para sejarawan merupakan keturunan Raja Trailokyaraja.Ia
adalah raja yang berasal dari negeri di selatan Thailand. Maka Trailokyaraja pun
boleh jadi bisa dianggap sebagai Raja Malayu, kendati tidak disebutkan secara
jelas dalam Prasasti Grahi. Wilayah kekuasaan kerajaan di Sumatera yang pernah
mencapai Grahi menjadi bukti keturunannya dengan kemungkinan terbesar.
Daftar Raja-Raja
Srimat Sri Akarendrawarman (1316-1347 M)
Tidak jauh berbeda dengan informasi mengenai raja-raja lain, nama
Akarendrawarman hanya ditemukan dari Prasasti Saruaso di Kab.
Tanah Datar.
Daftar Raja-Raja
Adityawarman atau Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama
Rajendra Maulimali Warmadewa (sejak 1347 M)
Adityawarman merupakan raja dengan catatan sejarah terbanyak di antara lainnya.
Ia juga raja yang paling terkenal di Kerajaan Malaya Dharmasraya. Adityawarman
mulai berkuasa pada tahun 1347 hingga tahun 1375 dengan gelar
Udayaadityawarman. Manuskrip bertarikh 1347 pada Arca Amoghapasa, Prasasti
Suruaso, serta Prasasti Kuburajo di Kabupaten Tanah Datar menyebutkan dan
menceritakan namanya.
Raja Udayadityawarman juga dikenal sebagai Dang Tuanku, Tuan Janaka,
Mantrolot Warmadewa, Kanakamedinindra (Lord of the Golden Earth), dan
Maharaja di Raya of Malayapura & Minangkabau (1347-1374).
SISTEM PEMERINTAHAN DAN SOSIAL KERAJAAN DHARMASRAYA
Bidang Politik
Situasi politik Kerajaan Dharmasraya boleh dibilang stabil, karena
tidak terjadi konflik yang cukup mengkhawatirkan. Kondisi ini dapat
dibuktikan melalui mekanisme perpindahan kekuasaan yang teratur
tanpa pemberontakan atau permusuhan antarsaudara. Meski memang
ada beberapa hal yang belum diketahui, karena informasi tentang
kehidupan politik kerajaan ini pun minim.
Kondisi Ekonomi
Sementara itu, kehidupan ekonomi kerajaan ini menyerupai Kerajaan
Sriwijaya. Kegiatan perekonomian yang bisa dengan mudah
dijumpai dalam lingkungan kerajaan ini adalah berdagang.
Ranah Sosial Budaya
Meski para ahli arkeologi belum bisa memastikan lokasi istana kerajaan ini, tapi temuan
lempeng-lempeng bertuliskan “wajra” pada sejumlah candi dari susunan batu bata merah yang
membentuk mandala, menggambarkan bahwa tempat ini bercorak Hindu-Budha Tantrayana pada
zamannya.
Kalangan bangsawaan memeluk agama Budha, sementara rakyat mempertahankan kepercayaan
tradisional mereka. Amoghapasa juga memberi informasi tambahan mengenai kehidupan sosial
budaya Adityawarman sebagai salah seorang raja. Dijelaskan bahwa Adityawarman merupakan
pemeluk Buddha aliran Tantra. Ia sangat memperhatikan kesejahteraan para pendeta Buddha
hingga beberapa biara didirikan olehnya sebagai tempat tinggal para Pendeta Buddha.
Berbagai budaya pada zaman dulu menjadikan daerah Dharmasraya sebagai tempat pertemuan
dan hunian mereka. Masyarakatnya sudah menjalin hubungan antarbangsa dengan dunia luar
pada abad ke-11. Dari sekian banyaknya penemuan, ada manik-manik asal Persia, Republik
Rakyat Cina, dan India.
Masa Kejayaan
Pada masa pemerintahan Adityawarman, daerah kerajaan meluas hingga ke
Sumatra Barat. Daerah kekuasaan Trailokyaraja telah membentang hingga
mencapai Grahi yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang) pada tahun
1183.
Dengan kata lain, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka setelah
Sriwijaya mengalami kekalahan. Walau kapan kira-kira permulaan kebangkitan
tersebut belum dapat dipastikan. Catatan Cina tahun 1082 menyebutkan bahwa
utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts’I masih ada. Namun
utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) bawahan keluarga Rajendra juga muncul
pada saat yang sama.
Kerja Sama Dengan Singhasari
Kertanagara, pendiri dan Raja Singhasari menjalin persahabatan dengan
Kerajaan Malayu di Sumatra guna menghambat upaya Khubilai Khan
menguasai kerajaan-kerajaan Nusantara.
Utusan yang dipimpin oleh Kebo Anabrang ia kirim ke Malayu pada tahun
1275. Perjalanan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatra inilah yang
dikenal sebagai “Ekspedisi Pamalayu”. Terdapat kaitan yang erat antara
ekspedisi tersebut dengan pengiriman Arca Amoghapasa sebagai tanda
kerja sama Singhasari-Dharmasraya.
Kerja Sama Dengan Singhasari
Sepasang Putri Melayu
Raja Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa yang menikah dengan Puti
Reno Mandi memiliki dua putri, yaitu Dara Jingga dan Dara Petak.
Disebutkan dalam naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama, utusan
Kebo Anabrang membawa dua orang putri Malayu tersebut dalam
perjalanan pulangnya kembali ke Jawa pada tahun 1294.
Kerja Sama Dengan Singhasari
Dara Jingga
Pada tahun 1288, Kerajaan Singhasari pada era Raja Kertanegara
menjadikan Kerajaan Dharmasraya (termasuk Sriwijaya) wilayah
taklukannya. Adwaya Brahman dan Senopati Mahesa Anabrang pun
dikirim olehnya dalam Ekspedisi Pamalayu 1 dan 2. Sebagai tanda
persahabatan pula, Kerajaan Dharmasraya menyambutnya dengan
menyerahkan Dara Jingga kepada seorang “dewa” (Adwaya Brahman)
pada tahun 1294. Pernikahan tersebut melahirkan Tuan Janaka.
Sementara itu, Dara Jingga juga dikenal sebagai Bundo Kandung/Bundo
Kanduang oleh masyarakat Minangkabau.
Kerja Sama Dengan Singhasari
Dara Petak
Mahesa Anabrang kembali ke Pulau Jawa beserta Dara Jingga dan
Adityawarman pada tahun 1294. Dara Petak pun ikut dalam rombongan
tersebut, juga untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dan
Singhasari. Setibanya mereka di Pulau Jawa, rupanya Kerajaan Singasari
telah musnah. Kerajaan Majapahit menjadi penerusnya. Melihat kenyataan
ini, maka Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya. Pernikahan ini
melahirkan Raden Kalagemet, Raja Majapahit kedua bergelar Sri
Jayanegara. Sebagai permaisuri Raden Wijaya Sang Raja Majapahit
pertama, Dara Petak kemudian bergelar Indraswari
Penyebab Keruntuhan
Secara pasti keruntuhan kerajaan ini belum ditemukan, tapi banyak
yang berpendapat bahwa kedudukan kerajaan ini makin terdesak
karena munculnya kerajaan-kerajaan islam yang juga memiliki
kepentingan dalam bidang perdagangan di pesisir pantai timur
sumatera dan aceh. (Bambang Budi Utomo, arkelog Pusat Penelitian
dan Pengembangkan Arkeologi Nasional)
Terima Kasih

CRÉDITOS: Esta plantilla de presentación fue creada


por Slidesgo, que incluye iconos de Flaticon,
infografía e imágenes de Freepik

Anda mungkin juga menyukai