TUJUAN
PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat mengetahui,memahami,dan menjelaskan:
1. Epidemiologi TBC paru
2. Etiologi TBC paru
3. Gejala TBC paru & Gejala dari diagnosis banding
(Bronkitis paru,kaker paru,PPOK)
4. Patofisiologi TBC paru
5. Pemeriksaan :
Anamnesis
Fisik
Penunjang
6. Tatalaksana TBC paru
7. Prognosis
EPIDEMIOLOGI TBC
PARU
EPIDEMIOLOGI
TUBERKULOSIS DI INDONESIA
Jumlah kasus baru TB
di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada
tahun 2017 (data per
17 Mei 2018)
Peningkatan yang
tajam terjadi pada
tahun 2010 sampai
tahun 2011. hal ini
disebabkan karena
di tahun 2010 mulai
dilakukan
penguatan
terhadap
kolaborasi TB- HV
TB HIV
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang Di tulis dalam jumlah kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang ++ (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang +++ (3+)
Pewarnaan fluoresens
• PEWARNAAN ZIEHL
NEELSEN
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan
pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan
asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa tuberculosis.
Tahap
Tahap
Lanjuta
Awal
n
Kombinasi dosis tetap (Fixed dose Jenis obat tambahan lainnya (lini
combination) 2)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
• Kanamisin
• 4 OAT dalam satu tablet:
• Kuinolon
rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
• Obat lain masih dalam
pirazinamid 400 mg dan etambutol
275 mg
penelitian ; makrolid, amoksilin +
asam klavulanat
• 3 OAT dalam satu tablet:
• Derivat rifampisin dan INH
rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg
dan pirazinamid 400 mg
RIFAMPISIN
Rifampisin 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Efek samping
Ringan:
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare
Berat:
Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
PIRAZINAMID
fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Efek samping
Efek samping
Ringan
keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot
dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B
kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
Berat
ETAMBUTOL
fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB,
30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau
:
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Efek samping
15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Efek samping
kerusakan Nervus 8 (keseimbangan dan pendengaran). Telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi
0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan tuli).
DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2014. 21-36.
2. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Kefarmasian dan
Alat Kesehatan RI. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Tuberkulosis. 2005. 23-56.
PROGNOSIS TBC
APA ITU PROGNOSIS
Ramalan kemungkinan perjalanan dan hasil akhir suatu kelainan
Prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit
berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko
penyakit.
Kompleks Terbentuk
primer imunitas seluler
Penyebaran
Lisis hematogenik
Proognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali :
Strain resisten obat
Pasien berusia lanjut / mengalami gangguan kekebalan
Pasien yang tidak diobati :
1. 50% meninggal
2. 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
3. 25% menjadi kasus kronis yg tetap menular.
Pasien yang diobati secara teratur :
1. 95% sembuh total
2. 5% tidak sembuh
[Depkes,2008]
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanto Chris. Liwang Frans. Hanifati Sonia. Tuberkulosis. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.4.
Jakarta: Media aesculapius. 2014.180-184.
2. Siti Setiati et al, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Internal Publishing, 2014
3. Kementrian kesehatan RI, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia, 2018
4. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. cetakan kelima.
Jakarta: Depkes RI 2000: 1-6
5. Tirtana BT, Musrichan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Dengan Resistensi Obat Anti Tuberkulosis di Wilayah Jawa Tengah [disertasi].
Jawa Tengah: Fakultas Kedokteran Universitas di Ponegoro: 2011. h. 4.
6. Werdhani RA. Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkolosis. Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI: 2010. h. 7-8.
7. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2014. 21-36.
8. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. 2005. 23-
56.