Anda di halaman 1dari 10

SURABAYA

PERIODE
KOLONIAL

SEJARAH PERANCANGAN
KOTA
SAMIRA (3210203006)
DINI KURNIA SARI (3210203007)
1.1 Latar Belakang

Bentukan karakter kota yang ada sekarang ini merupakan pengaruh dari apa yang
diperolehnya dari masa lalu dan akan tercermin pada lingkungan binaan kotanya.
Perkembangan kota–kota di Indonesia ini dapat digeneralisasikan menjadi 4 tingkatan atau
tahap pembangunan kota, antara lain Kota Indonesia Awal, Kota Indische, Kota Kolonial, dan
Kota Modern (J.M. Nas, 1986). Dan Surabaya termasuk dalam kota tua, dimana banyak faktor
yang melatarbelakangi perkembangan kota tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana dan seperti apa konsep kosmologi atau konsep yang digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan kota Surabaya?
2. Apa saja yang menjadi ciri-ciri kota kolonial Surabaya?
3. Faktor yang mendorong perkembangan kota Surabaya?
4. Bagaimana gambaran wujud kota Surabaya ditinjau dari urban design dan arsitektur bangunannya?
5. Apakah pada saat ini dapat dibaca bahwa di Surabaya pernah mengalami periode kolonial?
Batasan Penelitian

Batasan lokasi studi kasus kami,


yakni Surabaya bagian Utara yang
meliputi Kembang Jepun, JMP,
kawasan sekitar kali Mas (ampel),
dan kawasan Tugu Pahlawan.

Gambar peta Surabaya tahun 1900-1940


PENGERTIAN & PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL
Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam
arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah

KOLONIAL
air. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan
menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara.

Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke


Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris
dan Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud
berdagang. Mereka membangun rumah, namun karena sering terjadi
konflik mulailah dibangun benteng. Pada mulanya mereka membangun
dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara
asal mereka. Setelah memiliki pengalaman yang cukup mereka mulai
memodifikasi bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat.
PERIODESASI ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA
1) Abad 16 sampai tahun 1800 – an
Bentuk bangunannya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan

KOLONIAL
dinding depan bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. Bangunan
ini tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas, atau tidak
beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat. Kediaman Reine
de Klerk (sebelumnya Gubernur Jenderal Belanda) di Batavia.
2) Tahun 1800-an sampai tahun 1902
Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari VOC. Pada saat
itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur the Empire Style,
atau The Ducth Colonial Villa. Karakter arsitektur seperti :
1. Denah simetris dengan satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan
belakang (ruang makan) dan didalamnya terdapat serambi tengah
yang mejuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lainnya.
2. Pilar menjulang ke atas (gaya Yunani) dan terdapat gevel atau mahkota
di atas serambi depan dan belakang.
3. Menggunakan atap perisai.
 
lanjutan<<
3) Tahun 1902 sampai tahun 1920-an
Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial adalah:
Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan bangunan
Penggunaan Tower pada bangunan

KOLONIAL
Penggunaaan Dormer pada bangunan
 Ventilasi yang lebar dan tinggi.
Membuat Galeri atau serambi sepanjang

4) Tahun 1920 sampai tahun 1940-an


Muncul aliran baru yang memasukkan unsur-unsur yang terutama
dirancang untuk mengantisipasi matahari hujan lebat tropik.Jjuga
memasukkan unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia sehingga
menjadi konsep yang eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine
Pont seperti kampus Technische Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di
Kediri.
BEBERAPA ALIRAN YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA

KOLONIAL
Gaya yang mempengaruhi

Gaya Neo Bentuk Nieuwe


Vernacular Gaya Bouwen /
Klasik (the
Belanda dan
Empire Style / Neogothic International
the Dutch
Penyesuaian Art Deco
Terhadap Iklim ( sesudah Style( sesuda
Colonial Villa) Tropis (sesudah tahun 1900 h tahun
(tahun 1800) tahun 1900) 1900-an)
PERIODESASI ARSITEKTUR KOLONIAL DI SURABAYA

KOLONIAL
Handinoto (1996: 130-131) membagi periodisasi arsitektur kolonial di Surabaya ke dalam
tiga periode, yaitu:

1) perkembangan 2) perkembangan 3) perkembangan


arsitektur antara arsitektur sesudah arsitektur setelah
tahun 1870-1900; tahun 1900; tahun 1920.
CIRI-CIRI ARSITEKTUR KOLONIAL SECARA UMUM
Ciri-ciri arsitektur kolonial secara umum yaitu:
Alun-alun dengan di sekelilingnya berupa: tempat tinggal rekan

KOLONIAL
administrator pribumi (Sultan/Susuhunan, Bupati, Wedana) menghadap
ke arah alun-alun, tempat tinggal Residen berada di sebelah Selatan,
menghadap alun-alun, masjid berada di sebelah Barat, tangsi tentara,
penjara, tempat tinggal orang Eropa, berada di sebelah Timur alun-alun.
Perpaduan antara arsitektur barat (khususnya arsitektur Belanda)
dengan arsitektur timur (arsitektur nusantara) yang biasa disebut pola
hybrid
Pembuatan jalur transportasi kereta api dan jalan raya dibangun untuk
menghubungkan kota-kota tersebut.
Ruang kota di sekitar pusat kekuasaan didominasi bangunan-bangunan
administrasi sebagai simbol kekuasaan kolonial.
Kota pedalaman menjadi pusat produksi pertanian; kota pesisir untuk
distribusi barang ke luar negeri maupun ke kota pedalaman.
Fenomena ini membentuk stuktur masyarakat dalam kelompok etnis:
Belanda, Indo-Belanda, Cina, Arab, dan Pribumi
lanjutan<<

Orientasi dari bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga sebagian


besar dari gedungnya tidak menghadap ke arah Timur-Barat secara

KOLONIAL
langsung.
Pengembangan kota dan bangunan berciri tropis (ruang terbuka yang
luas, kemiringan atap tajam).
Penyesuaian bangunan terhadap iklim tropis basah:
-> Ventilasi yang lebar dan tinggi.
-> Plafon yang tinggi.
-> Membuat Galeri atau serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari hujan
dan sinar matahari.
Penggunaan gevel(gable) pada tampak depan bangunan
Penggunaan tower dan dormer pada bangunan

Anda mungkin juga menyukai