Anda di halaman 1dari 31

Uji Beda Dua Mean

Oleh:

- Sarah Rahmayani Siregar (207008011)


- Yulia Putr (207008014)

Program Studi Magister Biomedik


Universitas Sumatera Utara
Uji Beda Dua Mean

- Uji beda dua mean: uji statistik yang membandingkan mean 2 kelompok
data

- Perlu perhatikan apakah dua kelompok data berasal dari dua kelompok
yang independen atau yang dependen/pasangan

Kelompok data Kelompok data dependen:


independen: jika data jika kelompok data yang
kelompok yang satu tidak dibandingkan datanya
tergantung dari data saling memiliki
kelompok yang kedua , misal ketergantungan, misal BB
membandingkan TD sistolik sebelum dan sesudah
orang desa dengan kota mengikuti program diet
Uji Beda Dua Mean Dependen (Paired Sample)

-Tujuan: untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok yang


dependen

-Syarat:
1. distribusi data normal
2. kedua kelompok data dependen
3. jenis variabel: numerik dan kategorik (dua kelompok)

-Rumus: T= d
SD _ d n

d =rata2 deviasi/selisih sampel 1 dgn sampel 2


SD_d= standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh Vit.
B 12 terhdp penyakit anemia. Sejumlah 10
penderita diberi suntikan vitamin B 12 & diukur
kadar Hb darah sebelum & sesudah pengobatan.
Hasil pengukuran adalah sbb:

Sebelum 12,2 11,3 14,7 11,4 11,5 12,7 1,2 12,1 13,3 10,8
Sesudah 13,0 13,4 16,0 13,6 14,0 13,8 13,5 13,8 15,5 13,2

Coba anda buktikan apakah ada perbedaan kadar


Hb antara sebelum & sesudah pemberian
suntikan Vit. B12, dgn alpha 5%.
Jawab:
Hipotesis:
Ho: = 0 (tdk ada perbedaan kadar Hb antara sebelum & sesudah
pemberian Vit B 12)
Ha:  = 0 (ada perbedaan kadar Hb antara sebelum & sesudah pemberian
Vit B 12)
Perhitungan uji t:
sblm 12,2 11,3 14,7 11,4 11,5 12,7 11,2 12,1 13,3,10,8
ssdh 13,0 13,4 16,0 13,6 14,0 13,8 13,5 13,8 15,5, 13,2
deviasi 0,8 2,1 1,3 2,2 2,5 1,1 2,3 1,7 2,2 2,4 → jum=18,6

Rata‑rata deviasi (d) = 18,6/10 = 1,86


Standar deviasi dari nilai deviasinya (SD_d) = 0,60 (dihitung dengan
kalkulator)
1,86
t=
0,60 10

t = 9,80

Kemudian dari nilai t tersebut dicari nilai p dgn melalui tabel t. Dari soal diperoleh t = 9,80 & df = 10 ‑1 = 9, maka nilainya di sebelah
kanan dari nilai tabel 3,250 (p = 0,005) berarti nilai P < 0,005, oleh karena ujinya two tail maka nilai p = 0,005 x 2 →Nilai P < 0,01

Keputusan Uji Statistik:


Hasil perhitungan menghasilkan nilai P < 0,01 yg lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka dpt diputuskan Ho ditolak. Sehingga dgn
menggunakan alpha 5% dpt disimpulkan bhw secara statistik ada perbedaan kadar Hb antara sebelum & sesudah diberi suntikan
vitamin B 12 (P<0,01).
Uji Beda Dua Mean Independen

-Tujuan:
untuk mengetahui perbedaan mean dua
kelompok data independen

- Syarat:
1.Data berdistribusi normal/simetris
2.Kedua kelompok data independen
3.Variabel yang dihubungkan: numerik
dan kategorik (dengan hanya 2 kelompok)
Uji Homogenitas Varian

-Prinsip pengujian dua mean: untuk melihat perbedaan variasi kedua


kelompok data
-Tujuan: untuk mengetahui varian antara kelompok data satu apakah
sama dengan kelompok data yang kedua

-Perhitungannya dengan menggunakan uji F:

df1: n1-1 dan df2: n2-1,


Varian yang lebih besar  pembilang dan varian
yang lebih kecil  penyebut
F hitung ≥F tabel : Ho ditolak (varian beda)
F hitung < F tabel: Ho gagal ditolak (varian sama)
1. Uji untuk Varian Sama
-uji Z ―›bila standar deviasi populasi  diketahui dan jumlah sampel
besar (>30) dan

-uji T  bila  tidak didiketahui dan jumlah sampel kecil (<30).

-Jika kedua syarat tidak terpenuhi, dilakukan uji T.

-Untuk varian yang sama, bentuk ujinya:

T=
x1  x2
Sp (1 n1 )  (1 n2 )

2 2
Sp 2 (n1  1) s1  (n2  2) s2
n1  n2  2
df = n1 + n2 – 2
ket: n1 atau n2 = jumlah sampel kelompok 1 atau 2
S1 atau S2=standar deviasi kelompok sampel 1 & 2
Contoh Kasus:

Seorang pejabat Depkes berpendapat bhw rata 2 nikotin yg dikandung rokok jarum lebih tinggi dibanding rokok
wismilak. Utk membuktikan pendapatnya, diteliti dgn mengambil sampel scr random 10 batang rokok jarum & 8
batang rokok wismilak. Hasil pengolahan data melaporkan bhw; rata 2 kadar nikotin rokok jarum adalah 23,1 mg dgn
standar deviasi 1,5 mg. Sedang rokok wismilak rata 2 kadar nikotinnya 20,0 mg dgn standar deviasi 1,7 mg. Berdasarkan
data tsb ujilah pendapat pejabat Depkes tsb dgn menggunakan alpha 5 %.
Jawab:
Pertama lakukan pemeriksaan homogenitas varian kedua
data dgn menggunakan UJI F.
Hipotesis:
Ho: 12 = 22 (varian kadar nikotin jarum sama dgn varian
kadar nikotin wismilak)
Ha: 12 =  2 (varian kadar nikotin jarum berbeda dgn varian
2

kadar nikotin wismilak)


Perhitungan Uji F:

F = (1,7 )2 /(1,5)2 = 1,28


Df1 = 8 – 1 = 7 dan df2 = 10 – 1 = 9
Dari nilai F & kedua df, dilihat pd tabel F (lampiran v), df 1 = 7 sebagai
numerator, & df2 = 9 sebagai denominator. Nilai F = 1,28 terletak diatas angka
2,51 pada area 0,100  nilai P > 0,100  keputusan: Ho gagal ditolak 
varian kadar nikotin rokok jarum sama dengan varian kadar nikotin rokok
wismilak.
-Selanjutnya menguji perbedaan mean ke-2 kelompok data tsb
menggunakan uji t utk varian yg sama

Hipotesis
Ho: 1 = 2 (mean kadar nikotin jarum sama dengan mean kadar
nikotin wismilak)
Ha: 1 > 2 (mean kadar nikotin jarum lebih tinggi dibandingkan wismilak)
Dgn Ha seperti diatas  one tail (satu arah/satu sisi).

Perhitungan Uji T:

(10  1)1,52  (8  1)1,7 2


= 2,53 ; Sp = 1,59
Sp2 =
10  8  2
23,1  20
t = = 4,1
1,59 1 10  1 8

df = 10 + 8 – 2 = 16
Dicari nilai p dengan menggunakan tabel distribusi t
(lampiran tabel iv). Pada soal diperoleh nilai t = 4,1
dengan df = 16, maka nilai tersebut terletak di sebelah
kanan dari nilai 2,921 berarti nilai p‑nya adalah <
0,0005 (oleh karena ujinya one tail maka nilai p
langsung dapat digunakan tidak perlu lagi dikalikan
dua).

Keputusan Uji Statistik:


Hasil perhitungan menghasilkan nilai P < 0,0005 yang
lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka dapat
diputuskan Ho ditolak. Sehingga dengan menggunakan
alpha 5 % dapat disimpulkan bahwa secara statistik
kadar nikotin jarum memang lebih tinggi dibandingkan
kadar nikotin rokok wismilak (P<0,0005)
2. Uji untuk varian berbeda

x1  x2
T= 2 2
( S1 n1 )  ( S 2 n2 )

2 2
[( S1 1 ndf)= ( S
2 n2 )]
df = 2 2
[( S1 n1 ) /( n1  1)  ( S 2 n2 ) /( n2  1)]
2
Soal SPSS

Dua macam obat obesitas diberikan kepada mereka


yang over weight dalam 3 bulan. Obat A diberikan
pada 10 orang dan obat B juga diberikan pada 10
orang. Hasil pengukuran berat badan setelah 3 bulan
sebagai berikut
Obat A: 9 8 9 7 8 9 5 7 4 7
Obat B: 4 6 7 3 5 3 4 6 6 8
Ujilah apakah ada perbedaan dalam daya menurunkan
berat badan kedua macam obat pada alpha 5%!
Uji ANOVA

 Jenis uji statistik yang membandingkan varians


dalam rata-rata grup dalam sampel sambil
mempertimbangkan hanya satu variabel atau faktor
independen
Metode analisis ini dikembangkan oleh R.A Fisher.
 Hipotesis nol dari uji Anova adalah bahwa data
adalah simple random dari populasi yang sama
sehingga memiliki ekspektasi mean dan varians yang
sama.
Asumsi ANOVA Satu Arah 

1. Varian Homogen
2. Sampel/kelompok independen
3. Data berdistribusi normal
4. Jenis data yang dihubungkan adalah :
numerik dengan kategori (untuk kategori
yang lebih dari 2 kelompok)
Perhitungan uji Anova sbb:
2
F= Sb
Sw2
df = k-1 → untuk pembilang
n-k → untuk penyebut

(n1  1) S12  (n 2  1) S 22  .......  (nk  1) Sk 2


Sw2 =
N k

n1( X 1  X ) 2  n2( X 2  X ) 2  ........  nk ( Kk  X ) 2


Sb2 =
k 1

n1. X 1  n 2. X 2  ........  nk . Xk
X =
N
Ket : N = jumlah seluruh data (n1+n2+…+nk)
Contoh Kasus

Suatu penelitian ingin mengetahui perbedaan kadar folat sel darah


pada tiga zat pembius (anestesi) yang berbeda. Data yang berhasil
dikumpulkan adalah sbb:

Kelompok I : 243 251 275 291 347 354 380 392


Kelompok II : 206 210 226 249 255 273 285 295 309
Kelompok III: 241 258 270 293 328

Coba buktikan apakah ada perbedaan kadar folat sel darah merah
pada ketiga kelornpok tersebut dengan alpha 5 %
Jawab

Hipotesis

Ho: = =1  2
3
tidak ada perbedaan mean kadar folat sel darah pada ketiga jenis zat
pembius
1 2 3
Ho: = =
ada perbedaan mean kadar folat sel darah pada ketiga jenis zat pembius

Perhitungan Uji Anova (Uji F)


Kel I: mean = 316,62 standar deviasi = 58,72
Kel II: mean = 256,44 standar deviasi = 37,12
Kel III: mean = 278,00 standar deviasi = 33,76
(8)(316,62)  (9)( 256,44)  (5)( 278,00)
X = = 283,22
22

(8)(316,62  283,22) 2  (9)( 256,44  283,22) 2  (5)( 278,00  283,22) 2


Sb2 = 3 1

= 7758
(8  1)( 58,72 ) 2
 (9  1)( 37,12) 2
 (5  1)( 33,76 ) 2

Sw2=
22  3

= 2090
7758
F = = 3,71
2090
Dari nilai F=3,71 dan kedua df, yaitu df1=3‑1=2 (numenator) dan
df2=22-­3=19 (denominator) kemudian dilihat pada tabel F
(lampiran v). Oleh karena pada tabel F untuk df denominator 19
tidak ada maka digunakan df yang terdekat yaitu df= 18.

Pada soal diatas diperoleh nilai F=3,71 sehingga nilai p‑nya <
0,050 dan > 0,025 (0,025<P<0,05) sehingga keputusannya Ho
ditolak. Dengan demikian dengan alpha 5 % dapat disimpulkan
bahwa secara statistik ada perbedaan kadar folat darah diantara
ketiga jenis zat pembius (p<0,05).
Analisis Multiple Comparison (Posthoc
Test)

Tujuan: mengetahui lebih lanjut kelompok


mana saja yang berbeda meannya
bilamana pada pengujian Anova dihasilkan
ada perbedaan bermakna (Ho ditolak).

Ada berbagai jenis analisis multiple


comparison diantaranya adalah Bonferroni,
Honestly Significant difference (HSD), Scheffe
dan lain‑lain. Pada modul ini yang akan
dibahas adalah metode Bonferroni.
Perhitungan Bonferroni:

Tij = xi  x j
VSw2 [(1 / ni )  (1 / nj )]

df = n – k

Dengan level of significance (α) sbb:


 * =
k
2
Contoh kasus:
Misalnya untuk soal diatas kita akan coba telusuri lebih lanjut
kelompok mana saja yang kadar folat darahnya yang berbeda:
Kombinasi uji t yang mungkin adalah (32) = 3!
2!(3  2)!

Pada soal diatas digunakan alpha 5 % maka α bonferroni


adalah menjadi: 0,05

*
= = 0,0167
3

Uji Kelompok I dan II:

316,62  256,44
Tij = = 2,71
2090[(1 / 8)  (1 / 9)]
Dgn nilai t=2,71 & df=22‑3=19; nilai P < 0,01&> 0,005 (tabel t), nilai
 *
ini < dari nilai = 0,0167 maka hipotesis nol ditolak. Dgn demikian
dpt disimpulkan bhw scr statistik ada perbedaan kadar folat darah antara
kelompok I dan II

T1,3 =
316,62  278,00 = 1,48
2090[(1 / 8)  (1 / 5)]

Dgn nilai t=1,48 & df=22‑3=19, maka nilai P > 0,05 (tabel t), nilai
ini > dari nilai  = 0,0167 maka hipotesis nol gagal ditolak. Dgn
*

demikian dpt disimpulkan bhw scr statistik tdk ada perbedaan mean
kadar folat darah antara kelompok I & III.
Uji Kelompok II dan III

256,44  278,00
T2,3 = = 0,033
2090[(1 / 9)  (1 / 5)]

Dgn nilai t= ‑0,033 & df=22‑3=19; nilai P > 0,1000


(tabel t), nilai ini lebih besar dari nilai  * = 0,0167 maka
hipotesis nol gagal ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan
mean kadar folat darah antara kelompok II dan III.
Soal SPSS

18 orang yang mengalami kelebihan berat badan mengikuti


program diet. Subjek dibagi dalam 3 kelompok metode
prgram diet. Hasil pengukuran berat badan setelah sebagai
berikut
Metode A: 6,2 8,4 5,5 4,5 5,5 6,0
Metode B: 7,2 6,7 5,6 6,6 7,0 5,5
Metode C: 8,0 9,5 9,9 8,7 9,8 10,8
a. Ujilah apakah ada perbedaan penurunan berat badan di
antara 3 metode tersebut pada alpha 5%!
b. Bila ada yg berbeda kelompok mana saja yang berbeda?
c. Metode manakah yang paling baik?

Anda mungkin juga menyukai