Pengembangan
kapasitas ketahanan
diri
• Teori perkembangan erikson menyatakan bahwa setiap tahap perkembangan dalam rentang
kehidupan manusia mempunyai tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia
pada suatu krisis yang harus dihadapi.
• Semakin individu berhasil mengatasi krisis yang dihadapi maka akan semakin meningkatkan
potensi individu dalam rangka menghadapi tahapan perkembangan berikutnya.
Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, dapat beradaptasi
dengan perubahan, dan terus maju dengan kesulitan-kesulitan yang menimpanya. Menurut
Grotberg (1999), resiliensi adalah seseorang dalam mengembangkan kemampuan diri untuk
menghadapi, mengatasi, memperkuat, dan mentransformasikan pengalaman-pengalaman yang
sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik dapat
menjalani kehidupannya lebih bermakna, dapat melewati masa keterpurukan dengan cepat,
percaya diri, tidak mudah putus asa, pandangan hidupnya akan lebih positif, dan memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki resiliensi bukan berarti tidak
merasakan stress dan kecemasan. Namun, ia lebih
menerima keadaan dan dapat mengendalikan stress yang
dialaminya agar tidak mengambil alih kehidupannya.
Beberapa ciri orang yang
memiliki resiliensi:
Tahu batas
individu yang mengetahui batasan maka mengenal jati dirinya lebih dalam, sehingga tahu
apa yang terbaik untuk dirinya. Misalnya orang yang memiliki resiliensi kuat tidak akan
membiarkan stres mengambil alih hidup mereka.
Suportif
Seseorang yang suportif dapat membuat situasi menjadi lebih tenang, juga tahu kapan harus
mendengar keluh kesah orang lain dan kapan harus memberikan saran tanpa mencoba untuk
menyelesaikan masalah atau menggurui
.
. Lebih menerima keadaan
Seseorang yang memiliki resiliensi akan menerima keadaan lebih baik karena ia tahu bahwa
suatu peristiwa yang tidak menyenangkan adalah bagian dari perjalanan hidup. Ia juga lebih
memilih untuk berdamai dengan stres ketimbang mengabaikan, menekan, dan menyangkalnya
Orang yang memiliki resiliensi yang baik akan merawat kesehatan fisik maupun mental.
Seperti melakukan olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat, dan melakukan self care
untuk merilekskan diri
.Lebih terbuka
Orang yang memiliki resiliensi lebih terbuka terhadap berbagai kemungkinan dan kesempatan
yang ada serta tidak terpuruk dengan kegagalan yang dialami. Individu akan menelaah situasi
dari banyak sisi dan berpikir positif bahwa setelah ini berlalu akan berjalan dengan baik.
Faktor – faktor Resilience
Grotberg menjelaskan faktor² yang membentuk resilience yaitu:
Faktor " I have" merupakan bantuan dan sumber dari luar yang
meningkatkan resilience.
1. Melompat ke kesimpulan
2. Kesalahan pandangan( tunnel vision)
3. Membesar-besarkan dan meremehkan ( magnifying and minimizing)
4. Personalisasi (personalizing)
5. .Eksternalisasi (externalizing)
6. Overgeneralisasi(overgeneralizing)
7. Membaca pikiran (mind reading)
8. Alasan yang emosional (emotional reasoning)
MENGIDENTIFIKASI
KENYATAAN
• Tingkatan Organisasi
• Tingkatan Individual
Tujuan pengembangan kapasitas:supaya dapat
dipergunakan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan dari individu maupun organisasi
tersebut