Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR BANK

SYARIAH
KELOMPOK 9 :

1. AZIZATUN NISA (1900012243)

2. NURMALASARI W (1900012242)

3. LELI FATIMAH (1900012230)


• Definisi dan fungsi bank
• Bank dalam ekonomi islam
• Definisi bank syariah, jenis bank syariah dan
pentingnya bank syariah
Konsep • Kerangka dasar bank syariah
Dasar Bank • Sistem dasar operasional bank syariah
• Aktivitas utama bank syariah
Syariah • Struktur organisasi dan pengelolaan bank
syariah
• Peran OJK bagi bank syariah
• Peran dewan pengawas syariah bagi bank
syariah
DEFINISI BANK

Definisi bank menurut A. Abdurrachman dalam buku Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan :

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,
mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,
membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain.

Definisi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
adalah sebagai berikut :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara.
FUNGSI BANK

Fungsi pokok dari bank umum adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat dan sebagai penunjang
sistem pembayaran. Selain fungsi tersebut masih ada fungsi pokok yang lain yaitu :

• menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan ekonomi

• menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi

• menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat

• menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan perwalian amanat kepada individu dan perusahaan

• menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional

• memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga

• menawarkan jasa-jasa keuangan lain, misalnya kartu kredit, ATM, dan lain-lain
BANK DALAM EKONOMI ISLAM

Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan.

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia
seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.

UU Perbankan Syariah mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan
fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
TUJUAN DAN FUNGSI BANK SYARIAH

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip Syariah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah :
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
DEFINISI BANK SYARIAH

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank Bank Syariah :
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum
islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan 1. Berinvestasi pada usaha yang halal
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme 2. Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang 3. Besaran bagi hasil berubah-ubah tergantung
haram.
kinerja usaha
Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah secara garis besar adalah sebagai
berikut :
4. Profit dan falah oriented (kebahagiaan dunia dan
akhirat)
Bank Konvesional :
5. Pola hubungan:
1. Bebas nilai • Kemitraan (musyarakah dan mudharabah)
2. Sistem bunga • Penjual – pembeli (murabahah, salam dan istishna)
3. Besaran bunga tetap • Sewa menyewa (ijarah)
4. Profit oriented (kebahagiaan dunia saja) • Debitur – kreditur; dalam pengertian equity holder
5. Hubungan debitur-kreditur (qard)
6. Tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan Pengawas Syariah 6. Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS)
JENIS BANK SYARIAH

Berdasarkan prinsip kerjanya, bank syariah di bagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut :
1. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah adalah suatu jenis bank syariah yang kegiatan usahanya menyediakan jasa lalu lintas pembayaran.
Contohnya: PT Bank BNI Syariah, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia, dan lain
sebagainya.
2. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah adalah suatu unit kerja yang berasal dari kantor pusat bank umum konvensional.
Mempunyai fungsi sebagai kantor induk dan unit dari kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha menurut prinsip syariah.
Contohnya: PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Danamon Indonesia, PT Bank Tabungan Negara (BTN), dan lain sebagainya.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang dalam kegiatannya tidak menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
giro. Sehingga tidak dapat menerbitkan cek dan bilyet giro.
Contohnya: PT BPRS Buana Mitra Perwira, PT BPRS Amanah Rabbaniah, dan lain sebagainya
PENTINGNYA BANK SYARIAH

Sebagai lembaga intermediasi keuangan yang operasionalnya 3. Memberikan return yang lebih baik. Meskipun investasi di bank
didasarkan atas ajaran syariah Islam, bank syariah dapat syariah dijanjikan dengan pemberian keuntungan yang tidak pasti,
mendorong pertumbuhan ekonomi lantaran aktifitasnya yang akan tetapi bank syariah harus mampu memberikan keuntungan yang
lebih baik kepada nasabahnya dibandingkan dengan bank
berbasis investasi dan pembiayaan bisnis. Secara khusus, menurut
konvensional.
kajian Muhammad, peranan penting bank syariah secara nyata
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Bank syariah
dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut :
dapat berperan sebagai pendorong terjadinya transaksi produktif dari
1. Menjadi perekat nasionalisme baru. Bank syariah dapat dana masyarakat.
menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha 5. Mendorong pemerataan pendapatan. Bank syariah tidak hanya
ekonomi kerakyatan. berperan sebagai lembaga intermediasi, tetapi dapat juga
megumpulkan dana zakat, infak dan sodaqoh.
2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara
6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana.
transparan. Pengelolaan bank syariah harus didasarkan atas
visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini dapat terwujud jika ada 7. Memberikan contoh yang baik secara moral dan penyelenggaraan
mekanisme yang transparan. usaha perbankan. Kondisi ini yang akan mendorong terbebasnya
dunia usaha perbankan dari perilaku menyimpang, adanya L/C fiktif,
dan sebagainya.
KERANGKA DASAR BANK SYARIAH

Perbankan syariah harus selalu dalam koridor prinsip-prinsip sebagai berikut:


• Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
masing-masing pihak
• Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta
lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk
memperoleh keuntungan
• Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka
dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya
• Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat
sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
SISTEM DASAR OPERASIONAL BANK SYARIAH

• Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana 2. Bebas dari kegiatan spekulatif non produktif (judi: maysir), Dalam
menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan artian tidak diperkenankan dalam system syariah seseorangmelakukan
bunga, melainkan keuntungan bagi hasil.Dana nasabah, sesuatu yang bersifat spekulatif, dengan keuntungan besar serta risiko
yang besar.
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. 3.  Bebas dari hal-hal meragukan (gharar)
a)    Menjual barang yang belum ditangan penjual,
Prinsip syariah yang dipakai sebagai landasan operasional Bank
Syariah diantaranya: b)   Penjualan barang yang sulit dipindah tangankan,
c)    Penjualan yang belum ditentukan harga, jumlah dan kualitasnya,
1. Bebas dari Bunga (riba). Dalam pengertian ini bunga dianggap
sama dengan riba. d)   Penjualan yang menguntungkan satu pihak saja.
4.  Bebas dari hal-hal rusak (batil)
a)    Jual beli barang-barang psikotropika,
b)   Produk-produk yang merusak lingkungan.
AKTIVITAS UTAMA BANK SYARIAH

1. Aktivitas Pengumpulan Dana


Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah
• Wadiah (titipan)
Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah. Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh
bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah
berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis
tabungan.
• Mudharabah (investasi)
Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, Bank
Syariah berfungsi sebagai manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk
keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara
nasabah dana dengan Bank Syariah sesuai nisbah yang telah disepakai di muka.
2. Aktivitas Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ked lam
empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) Pembiayaan dengan prinsip jual-
beli, 2) Pembiayaan dengan prinsip sewa, 3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, 4)Pembiayaan dengan akad
pelengkap
• Murabahah
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan membeli barang kebutuhan
nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati
• Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah membiayai kebutuhan jasa atau
manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank
syariah setiap bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka.
• Istishna Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang yang hendak dibeli
sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan mendapatkan
pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran
angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode, melainkan dicicil
sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan
konstruksi.
• Mudharabah, Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung sepenuhnya
kebutuhan modal usaha/investasi.
• Musyarakah, Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung sepenuhnya
kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).
3. Aktivitas Jasa
Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana bank syariah menerima imbalan atas jasa
perbankan diluar fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan
• Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Yakni bank diberikan
mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah
• Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
• Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak
sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang
berlaku pada saat itu juga (transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today, tomorrow,
dan spot.
• Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis
perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif.
• Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai
• Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah
lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
• Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan, yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip
dasar pada jasa perbankan lainnya, antara lain layanan penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit
box). 
STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN
BANK SYARIAH
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalah hal
komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara Bank Syariah dan bank
konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan diposisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank.
Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah.
Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum
pemegang saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari
Dewan Syariah Nasional. 
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya Disebut RUPS adalah organ Persero yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada Direksi atau Komisaris.
PERAN OJK BAGI BANK SYARIAH

Fungsi pengaturan dan pengawasan bank, termasuk bank syariah dan unit usaha syariah
berada dalam otoritas Bank Indonesia. Fungsi regulasi dan supervisi ini melekat pada Bank
Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi
Undangundang. Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi pengawasan
langsung dan tidak langsung. Bank Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk
menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, dimana hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk,
perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan.
Dari sisi pengawasan terhadap Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
juga dilakukan oleh Bank Indonesia, sebagaimana pada perbankan
konvensional. Untuk melaksanakan kepentingan tersebut Bank
Indonesia telah dibentuk Departemen Perbankan Syariah.
Departemen ini terdiri dari 4 divisi yaitu Divisi Penelitian,
Pengembangan dan Pengaturan Perbankan Syaraiah, Divisis
Pengawasan Bank Syariah, Divisi Informasi Perbankan Syariah dan
Divisi Perizinan, Administrasi dan Dokumentasi Perbankan Syariah.
PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) BAGI
BANK SYARIAH
Peran utama ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya oprasional
bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena
transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika di banding bank
konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis
panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional.
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun)
bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini
dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk
baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah bertidak
sebagai penyaring pertama sebeum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh
Dewan Syariah Nasional.
Selain itu DPS juga mempunyai fungsi:
1)    Sebagai penasehat dan pemberi saran bagi direksi.
2)    Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan dan usul
pengembangan produk dan jasa dari bank.
3)    Sebagi perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank, DPS wajin melaporkan
kegiatan usaha serta perkembangan bank syari’ah.
 
Dewan pengawas syariah adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip
Syariah dalam kegiatan usaha bank Syariah yang dalam menjalankan fungsinya bertindak
secara independen.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai