Anda di halaman 1dari 34

Tata Kelola Bencana Berkelanjutan:

Pentingnya Peran dan Penguatan Lokal


Dr. Rahmawati Husein
Unsur Pengarah BNPB
Dosen Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Wakil Ketua MDMC (Lembaga Penanggulangan Bencana) PP Muhammadiyah)
Dewan Pengarah PBB untuk Dana Kemanusiaan dan Kedaruratan Global (AG UNCERF)
Beberapa teori tentang Bencana
• Act of Fate/Acts God – bencana muncul di luar
kemampuan manuasia atau kehendak Tuhan di
luar kemampuan manusia
• Act of Nature – bencana adalah kejadian alam
-- meningkatnya pengetahuan manusia
• Interactive Effects of Nature and Society –
interaksi sistem lingkungan (physik) dan manusia
• Social Construction – Konstruksi sosial –Lindell, 2006
masyarakat rentan secara struktur.
DEFINISI
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Trend Bencana 10 tahun terakhir di Sulawesi Selatan
Mengapa Lokal Penting?
1. Bencana selalu terjadi di tingkat lokal
(komunitas (RT/RW, Dusun), desa/kota,
kabupaten, propinsi)
2. Beberapa kejadian (slow on set) seperti
banjir, erupsi gunung bisa ada
peringatan, sementara kejadian gempa
bumi, likuifaksi susah dideteksi kapan
terjadinya, sering tanpa peringatan.
3. Kantor pemerintah, fasilitas umum dan
fasilitas penting seperti pasar,
pelabuhan, RSUD, Kantor Polisi dll
seringkali terkena dampak.
Mengapa Lokal Penting
4. Masyarakat, & pemerintah daerah setempat
di daerah yang terkena bencana beserta
relawan adalah pihak-pihak yang pertama
yang dapat membantu & hadir saat bencana
terjadi
5. Pemerintah lokallah yang berwenang,
mengontrol & mengkoordinasikan semua
aset dan Sumber Daya yang digunakan
pada saat Tanggap Darurat & Pemulihan,
dari manapun bantuan datang
6. Pemerintah lokal yang harus merencanakan
dan mempersiapkan peran dalam
pengurangan risiko bencana
Mengapa Pemerintah Lokal (Daerah)?
Sesuai UU No 24 Th. 2007 Bab III Pasal 8
Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan
d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang memadai.
Mengapa Pemerintah Lokal (Daerah)?
Sesuai UU No 24 Th. 2007 Bab III Pasal 9
Wewenang pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras
dengan kebijakan pembangunan daerah
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur
kebijakan penanggulangan bencana
c. pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan
provinsi dan/atau kabupaten/kota lain
d. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman
atau bahaya bencana pada wilayahnya
e. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya
alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya
f. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala
provinsi, kabupaten/kota.
Mengapa Pemerintah Lokal?

 Permendagri Nomor 101 Tahun 2018, Standar Pelayanan


Minimal (SPM), adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal.
 Penerima Pelayanan dasar SPM sub-urusan bencana adalah
Warga Negara yang berada di kawasan rawan bencana dan
yang menjadi korban bencana untuk jenis pelayanan dasar.
Pelayanan informasi rawan bencana, pelayanan pencegahan
dan kesiapsiagaan terhadap bencana, dan pelayanan
penyelamatan dan evakuasi korban bencana’.
Siapakah Aktor Lokal?

Pemerintah
Pusat (jika
bantuan Swasta
TNI/Polisi dibutuhkan) (perusahaan)

Pemerintah Sukarelawan
Propinsi/Kab/
Media Lokal
Kota

Masyarakat:
LSM (dalam dan Perguruan
luar negeri, Ornop Tinggi,
(Ormas, organisasi Sekolah
hobi, asosiasi), Kel RS
Masy., dll
Mengapa Penguatan Manajemen di tingkat
Lokal?
1. Urusan penanggulangan bencana merupakan urusan semua pihak,
untuk itu diperlukan keterpaduan antara K/L, BPBD dan OPD terkait
dengan melibatkan masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha dan
media
2. Urusan kebencanaan merupakan urusan wajib pemda, strategi
peningkatan kapasitas pemda melalui dukungan anggaran pada semua
tahapan bencana yang disiapkan dari mulai perencanaan, program dan
anggaran berdasarkan hasil kajian potensi kebencanaan daerah
3. Peluang pemanfaatan dana desa untuk kegiatan penanggulangan
bencana diatur melalui Permendes PDTT No 11 tahun 2019 bertujuan
membantu peningkatan kapasitas masyarakat ditingkat desa 
Kelembagaan
Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana di Indonesia

Presiden Nasional

Lembaga Non
Kementrian Kementrian
BNPB
Pemerintah/aktor Lokal/Daerah

Gubernur
Provinsi
Badan/
Lembaga Teknis
Dinas
BPBD

Bupati/Walikot
a Kabupaten/Kota

Badan/
Lembaga Teknis
Dinas
BPBD

Camat
Kecamatan
Kelurahan
Kelurahan
Masyarakat
Memahami Penanggulangan Bencana
Sistem Penanggulangan Bencana
adalah "sebuah sistem yang
mengatur keseluruhan
penanggulangan bencana yang
meliputi aspek legislasi,
kelembagaan, perencanaan,
penganggaran maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk
memastikan penerapan manajemen
bencana yang terintegrasi dengan
baik dan terkoordinasi"
Sistem Penanggulangan Bencana

Legislasi
Komponen:
 Legislasi
 Kelembagaan Pengganggaran /
Pendanaan
Kelembagaan

 Perencanaan
 Penganggaran
 Peningkatan Kapasitas
 Pelaksanaan/ Peningkatan
Kapasitas Perencanaan
penerapan

Pelaksanaan
Legislasi/Peraturan
 Undang-undang No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana
 Undang-undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang
 Undang-undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
 UU 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
 UU 6 tahun 2014 tentang Desa
 Peraturan Pemerintah No 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
 Peraturan Pemerintah No 22/2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
 Peraturan Pemerintah No 23/2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga
Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana
 Permendagri Nomor 101 Tahun 2018, Standar Pelayanan Minimal (SPM), Bencana urusan
Wajib
 Peraturan Daerah
 (Sulsel) Perda-No.3 Tahun 2012 Penanggulangan Kemiskinan (Bantuan, Sumbangan,
Kesejahteraan Rakyat, dan Penanggulangan Bencana), Perda Kab/Kota?
 Perbup? Perwal?
5. No. 101 Tahun 2018, Standar Pelayanan Minimal
Kelembagaan Penanggulangan Bencana

 Nasional:
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk
pada 26 Januari 2008.
 Tingkat Provinsi:
34 Provinsi BPBD 
 Kabupaten / Kota – 514
498 Kabupaten / Kota sudah memiliki BPBD,
masih ada Kabupaten/Kota yang belum
memiliki BPBD : 16
Pendanaan
Pendanaan yang terkait dengan panggulangan
bencana di Indonesia:
a. Dana DIPA (APBN/APBD)
b. Dana Kontijensi
c. Dana On-call – dana siap pakai
d. Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah
e. Dana yang bersumber dari masyarakat
f. Dana dukungan komunitas internasional
Pendanaan
 PP 22/2008 Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana,
 Peraturan Menteri Keuangan:
 “Permenkeu 173/2010” Tata Cara Pengelolaan Dana Bantuan
Dalam Rangka Penanggulangan Bencana Alam Di Sumatera
 APBD: Ps. 8(d) ttg dana yang memadai
 Dana siap pakai untuk BNPB (Ps.62(2))
 Dana darurat (hibah) APBN kepada Pemda(UU 32/2004
ps.164(3))
 Bantuan (Ps. 65-68)
Strategi Peningkatan Kapasitas Lokal

1. Penguatan kelembagaan bencana daerah, melalui


penyiapan regulasi terkait penyetaraan tipologi
kelembagaan BPBD dan kualitas SDM BPBD;
2. Strategi penyusunan perencanaan, program dan
anggaran kebencanaan daerah – RPJMD, RKP
3. Strategi peningkatan kapasitas masyarakat agar
sadar dan tangguh bencana diantaranya melalui
program desa tangguh bencana, Katana (Kampung
Iklim, Kampung Siaga, Mastana dll)
1. Penguatan Kelembagaan Daerah
 Ps. 18. membentuk Badan PB Daerah, melalui koordinasi dengan BNPB
 Ps. 25. mengatur lebih lanjut dalam Perda
 Pembuatan SOP, Mekanisme (Juklak atau Juknis)

DPRD Kepala Daerah

Setingkat Dinas-dinas
Sekda TNI/Polri
BUMD
unsur BPBD Lembaga
pengarah
unsur
pelaksana
Kapasitas Organisasi/Institusi/ kelembagaan
 Kapasitas Organisasi
 Regulasi
 Perda, Pergub, Perbup, Perwal (mis: tata ruang/RTH, standar
bangunan dll)
 SOP, Mekanisme, SK Bersama
 Manejemen organisasi
 Hubungan antar Kabupaten/Kota, antar OPD, antar unit kerja/divisi,
eksternal
 Jabatan fungsional – Teknis, administrasi vs program oriented
 Azas Pengorganisasian Kelembagaan
 Asas Pembagian Tugas: structure follows function
 Asas Fungsionalisasi: unit kerja tertentu yang bertanggungjawab
secara fungsional.
 Asas Koordinasi: kebersamaan, kerjasama, sharing informasi.
 Asas Kesinambungan: institusionalisasi; tidak tergantung pada figur.
 Asas Keluwesan: mengikuti & menyesuaikan diri dengan
perkembangan.
Kapasitan Individu/Staff
 Memahami Struktur Koordinasi
 Memahami Tugas dan Wewenang
 Memahami multi-layer dan multi-
stakeholder
Penguatan Kapasitas Individu/Staff

 Kepemimpinan
 Pengambilan keputusan (cepat, tepat dan manfaat)
 Memiliki komitmen (kesuangguhan), Integritas
(selaras nilai, kata dan tindakan) dan berani
mengambil tanggung jawab
 Ketrampilan Komunikasi: negosiasi, lobby,
presentasi, memimpin rapat/koordinasi
 Analytical Skill: menganalisis situasi/memahami
situasi dengan cepat, menganalisa permasalahan
dan memikirkan berbagai alternatif solusi/tindakan
yang dapat diambil
2. Strategi penyusunan perencanaan, program dan anggaran
kebencanaan daerah – RPJMD, RKP

 Arahan Bapak Presiden RI bahwa “Segala bentuk kegiatan Pemda


hendaknya berbasis Pengurangan Risiko Bencana”, prioritas aksi
diantaranya adalah : 1. Mendorong pemahaman risiko bencana; 2.
Memperkuat tata kelola risiko bencana dan manajemen risiko bencana;
3. Meningkatkan investasi dalam Pengurangan Risiko Bencana untuk
ketangguhan; 4. Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon
yang efektif dan untuk “build, back, better” dalam pemulihan
 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko dalam RPJMD, RKPD dan dokumen
rencana lainnya dan penganggaran daerah agar mampu diterjemahkan
menjadi program dan kegiatan pemerintah daerah yang kemudian dituangkan
dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
 Memasukkan Mitigasi Bencana dalam dokumen RPJMD, RKPD, RPBD,
 Menganggarkan program PRB melalui APBD – Struktural maupun Non Struktural
 Menyediakan dana BTT untuk kepentingan darurat
2. Strategi penyusunan perencanaan, program dan anggaran
kebencanaan daerah – RPJMD, RKP

 Perencanaan tata ruang


 Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan termasuk di
dalamnya pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang, dan pengawasan penataan ruang
 Tata ruang yang berkelanjutan – 30 % RTH (20% Publik, 10%
Swasta), Kawsan DAS, Pesisir (Coastal Vegetation/Forestration)
 Insentif, disintensif, building code & standard, pelatihan
tukang/mandor, developer
2. Strategi penyusunan perencanaan, program dan anggaran
kebencanaan daerah – RPJMD, RKP

 Perencanaan & Program Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini


 Penyedian Sistem EWS – Informasi Dini (Sistem, Mekanisme)
 Penguatan Tim Siaga (Pemda, BPBD, OPD) – Komunikasi secara rutin
 Sosialiasi, Pelatihan dan Simulasi secara rutin
 Kerjasama antar lembaga (Swasta, PT, Media, Relawan)
 Pembuatan Rencana Kontijensi (single/multi hazards), Rencana Operasi
 Perencanaan & program Saat Tanggap Darurat
 Pembagian Tugas sesuai Klaster atau gugus tugas dan sesuai Rencana Kontijensi dan Rencana Operasi
 Memegang kendali koordinasi
 Mengendalikan alat, SDM, dan SDA
 Mengelola informasi
 Menjadi fasilitator bagi relawan/seluruh pemangku kepentingan (leadership, manajemen)
3. Strategi peningkatan kapasitas masyarakat agar sadar dan
tangguh bencana diantaranya melalui kerjasama multi-pihak

 Memahami Kelompok Masyarakat: LSM Kemanusiaan (Habitat, Walhi,


SP) dan pembangunan, Ormas (MDMC, LPBI NU), Oganisasi
Kemanusiaan (PMI, DD, PKPU HI, Karitas, RZ dll), Organisasi
Hobi/Perkumpulan (IOF, Orari, RAPI), Lembaga-lembaga ZIS (Wahdah
Islamiyah, Al Khairat)
 Kerjasama Multipihak untuk mitigasi, kesiapsiagaan, respon dan
pemulihan
 Memahami Masyarakat (RT, RW, Dusun), Kelompok Masyarakat (PKK,
Dasa Wisma, Karang Taruna, Forum PRB  program desa tangguh
bencana, Katana (Kampung Iklim, Kampung Siaga, Mastana dll)
 Mendorong penggunaan dana desa untuk kegiatan pengurangan risiko
bencana
STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA (Kasus: Bojonegoro)
1. Kenali Daerah :
34 - Posisinya  Secara Geografis (aliran air dari 18 kabupaten/kota)
- Jenis Bencana
- Potensi Penyebab Bencana
- Proses Terjadinya Bencana (waktu, wilayah, up-date informasi (BMKG)

2. Sosialisasi dan Belajar Bersama


3. Rumuskan Strategi Bersama :
• Paradigma melawan bencana menjadi berkawan
• Membangun sinergitas  from Individualis, Sporadis to Sinergitas
 Sinergi melibatkan Pemda bersama jajaran vertikal, masyarakat, relawan dan media
terkait dengan mengenali potensi dan peran masing - masing
 Khusus peran pemerintah :
1. Mengelola informasi
2. Mengendalikan alat, SDM, dan SDA
3. Memegang kendali koordinasi
4. Menjadi fasilitator
• Terus belajar bersama dan mempersiapkan yang lebih baik (terus membangun spirit )

Anda mungkin juga menyukai