Anda di halaman 1dari 10

Keperawatan

Medical Bedah III

ASUHAN KEPERAWATAN
“DISLOKASI”

Dipresentasikan Oleh :
CHINDY MARISKHA ANDRIANI

1
“PENGERTIAN DISLOKASI”
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (Brunner & Suddarth, 2001).

Dislokasi sendi dapat dibagi menjadi tiga yaitu :


1. Dislokasi Congonital : Dislokasi sendi yang terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik : Dislokasi sendi akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar
sendi.
3. Dislokasi Traumatic : Dislokasi sendi akibat kedaruratan ortopedi (seperti pasokan
darah, susunan syaraf rusak, dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat
anoksia ) yang disebabkan oleh cedera dimana sendi mengalami kerusakan akibat
kekerasan.

2
“ETIOLOGI”
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Usia :
2. Terjatuh atau kecelakaan
3. Pukulan
4. Tidak melakukan pemanasan
5. Cedera olahraga

3
“PATOFISIOLOGI”
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong ke depan, merobek
kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.
Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio
erekta (dengan tangan mengarah lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah
karakoid). Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi (Rejo, 2013).

4
“TANDA DAN GEJALA”
Berikut ini adalah beberapa gejala dislokasi, di antaranya adalah:
1. Sendi bengkak dan memar.
2. Bagian sendi yang terkena berwarna merah atau menghitam.
3. Bentuk sendi menjadi tidak normal.
4. Terasa sakit ketika bergerak.
5. Mati rasa di sekitar area sendi.

5
“PEMERIKSAAN PENUNJANG”
1. Sinar X : Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis.
2. CT Scan : CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
3. MRI : MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio
tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail

6
“PENATALKSAAN”
 Medis (Rejo, 2013)
A ) Farmakologi
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang.
Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis : sesudah makan, dewasa : sehari
3×1 kapsul, anak : sehari 3×1/2 kapsul.
2. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau
kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot. Efek samping dari obat ini adalah mual,
muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis : dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6
jam.
 Non medis
Dislokasi reduksi : dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.

7
Asuhan keperawatan Dislokasi
1. Pengkajian
 Identitas klien dan penanggung jawab
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit terdahulu

2. Pemeriksaan fisik
 Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.
 Ada nyeri tekan pada daerah dislokasi.
 Tampak adanya lebam pada daerah dislokasi sendi.

3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan rontgen
 Ct scan
 Pemeriksaan MRI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dx keperawatan :
Nyeri akut b.d penyebab cedera.
Intervensi :
• Kaji skala nyeri dengan PQRST.
• Berikan lingkungan yang tenang.
• Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri yang penting.
• Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi pada pasien.
• Kolaborasi pemberian analgetik

2. Dx keperawatan :
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal.
Intervensi :
• Kaji tingkat mobilitas klien.
• Berikan latihan ROM aktif maupun pasif setidaknya 4x sehari jika memungkinkan.
• Ajarkan metode berpindah dari tempat tidur.
• Anjurkan penggunaan alat bantu

Anda mungkin juga menyukai