Anda di halaman 1dari 16

PROTEIN URIA

Anamnesis : Penyakit ginjal yang lain? Kapan?


Tensi?
Fisik : Oedema, tensi, dekomp kordis (anasarka)
Laboratorium
1. Protein uria intermittent = “orthostatic protein
uria” test orthostatic
Kadar urine 24 jam = pemeriksaan”kwantitatif”
(esbach), Elektrophoresis “kwalitatif”, protein
rebus
Immunoelektrophoresis
- Glomerular protein uria
Selektif prot.uria, albumin > 80%,Globulin < 15%
- Tubular protein uria
Protein uria dari permukaan UG tract : mukoprotein,
histuria
2. Sedimen urine :
- eritrosit
Leukosit
Silinder
3. Kultur urine
4. Faal ginjal : BUN, Serum Kreatinin,
Clearence kreatinin

SINDROMA NEFROTIK ?
Radiologi :
- IVP bila faal ginjal normal
- Infusion IVP bila BUN < 60 mg%
Kreatinin < 6 mg %
- Rapid Sequence IVP, bila curiga renal
Hipertensi, diteruskan dengan arteriografi
- Retrograde pylografi, Cystografi bila ada
batu obstruksi
Biopsi ginjal :
1 Sindroma nefrotik (histo PA)
2. Hematuri tak diketahui sebabnya
3. Protein uria tidak diketahui sebabnya.
SINDROMA NEFROTIK
Kriteria :
1 Protein uria > 3,5 gram/24jam
2. Hipoproteinemia
3. Oedema / Anasarka
+/- hiperlipidemia
Hipercholesterolemia
Lipiduria
“oval fat body”
Etiologi
Primer : 70% dewasa ; 80% kanak-kanak
(kelainan PA)
- Kelainan minimal (1 – 12 tahun)
- “focal Segmental” (<15 tahun)
- “mesangio capillary proliferatif” (10 – 20 tahun)
- Membranous GN
Sekunder : 30% dewasa ; 20% kanak-kanak
1. Penyakit-penyakit sytemik :
- SLE (15-30 tahun)
- Henoch-Schonlein syndrome (5-20 tahun)
- Amyloidisis (30 tahun)
- Sarcoidisis – scleroderma
2. Penyakit metabolik : Diabetes Mellitus
3. Infeksi :
- sifilis (VDRL)
- Malaria quartana (tetes tebal)
- Sub acute bacterial endocarditis (SBE)
- Lepra
- Hepatitis B (HBsAg)
- Typhoid fever (widal / biakan empedu)
4. Drug – induced” :
- Penicillamine
- Au
- Hg
- Phenindione, Trimethadine, Dilantin
- Heroin Addiction
5. Hipersensitivitas, Allergi ; Sengatan lebah
6. Neoplasma :
- Ca lambung
- Ca mamae
- Chorio Ca
- Multipel mieloma
- Hodgkin’s

7 Kongenital dan keturunan keluarga


8. Idiopatik
Terjadinya Edema “S.N

Kerusakan pada
G.B.M.
“podocyte”

Kebocoran
Proteinuria

HIpoalbuminemi
↓tek. Koloid Osmotic

↓Volume plasma←cairan keruang interstitial→volume plasma ↓



↓ Aldosteron ↑

GFR ↓

Reabsorbsi Na+H2O →edema ←Reabsorbsi Na& H2O


TATALAKSANA SINDROMA NEFROTIK
I. Pengobatan umum
1. Pengobatan dengan diuretika
Obat-obat diuretika yang sering dipakai :
• i. Furosemide dapat dipakai sebagai diureika
tunggal. Dosis dinaikkan sampai timbul diuresis.
Diperlukan suplementasi Kalium
• ii. Spironolactone sebaiknya dihindari jika kadar
Kalium serum tinggi atau penderita menggalami
penurunan fungsi ginjal
• iii. Chlorthiazide memiliki kerja sinergistik
dengan furosemide dan spironolactone
2. Pengobatan hipertensi. Mengikuti rekomendasi
WHO / JNC VII dan VIII
3. Pengobatan infeksi. Perhatikan kebersihan dan
kesehatan gigi dan THT. Pilih anti biotika yang
paling tepat, terutama untuk – strepotokokus
hematolikus
4. Diet : penderita memerlukan diet tinggi protein,
rendah garam dengan pembatasan asupan
cairan.
5. Infus albumin bebas natrium menginduksi
diuresis tetapi keuntungannya sedikit.
II. Pengobatan Khusus
1.Mencari dan menjelaskan penyebab SN
dan jika mungkin menghilangkan atau
mengobatinya.
2.Pada setiap penderita selalu singkirkan
kemungkinan SLE
III. Pengobatan dengan Steroid dan Obat
Sitotoksik

Prednison
Cyclosporin A
Cyclophosphamid
MMF (Methylmecophenilate)
Penyulit S.N :
1. Konsekwensi dari hipoalbuminemia: oedema,
anasarka, “payah jantung kongestif”
2. Hiperlipidemia, Hiperkolesterolemia - - -
aterosklerosis
3. Hipoimmunoglobulinemia – (IgG) – mudah infeksi
4. Anti trombine III, Hiperkoagubilitet --- thrombosis
V. renalis

Anda mungkin juga menyukai