Anda di halaman 1dari 15

Tugas Pengendalian Hama,

Penyakit dan Gulma

“ Aplikasi Pengendalian Hama, Penyakit dan


Gulma pada Tanaman Lada (Piper ningrum L)

Dosen Pengampu : Ir. Sulhaswardi, MP.

Nama : Nur Fadillah Syahfitri


NPM : 184110450
Kelas : AGT 6A
APLIKASI PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN
GULMA PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L)

Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan rempah-rempah yang


terpenting dan tertua di dunia. Tanaman ini termasuk famili Piperaceae,
yang terdiri dari lebih kurang 12 genus. Lada atau yang sering disebut
merica memiliki nama ilmiah. Piper nigrum L adalah salah satu rempah
yang berbentuk biji-bijian kecil. Tumbuhan lada adalah tumbuhan
merambat dan memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur berwarna hijau
pucat dan buram dengan ujung runcing yang tersebar dengan batang yang
berbuku-buku. Bunga lada tersusun dalam bentuk bunga majemuk dan
berkelamin tunggal tanpa memiliki hiasan bunga. Sedangkan buah lada
berbentuk bulat dengan biji yang keras namun memiliki kulit buah
yanglunak. (Sutarno, 2012).
A. Pengendalian dengan Karantina

• Persyaratan Umum (General Requirements)


Pemasukan benih tumbuhan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib:
1. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari
negara India;
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan setibanya
di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan.
• Persyaratan Teknis/Kewajiban Tambahan (Technical Requirements/ Additional
Requirements)

1. Disertai Surat Ijin Pemasukan (SIP) dari Menteri Pertanian;


2. Okratoksin tanaman lada harus sesuai standar kontaminan
3. Tanaman lada harus bebas dari Salmonella sp
4. Mikotoksin harus sesuai standar kontaminan
5. Lada bebas dari tanah, bagian-bagian tanaman, gulma dan kotoran lainnya
6. Setibanya di tempat pemasukan terhadap kiriman benih, akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan (secara visual dan laboratoris) untuk memastikan bahwa
benih bebas OPTK;
7. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa benih
terinfeksi/terinfestasi OPTK dan upaya pembebasan tidak dapat dilakukan maka
terhadap partai kiriman benih tersebut dilakukan tindakan pemusnahan;
8. Apabila ketentuan phytosanitary (persyaratan umum dan persyaratan
teknis/kewajiban tambahan) tidak dapat dipenuhi kami rekomendasikan untuk tidak
memasukan benih dari tempat/situs yang diusulkan
B. Pengendalian dengan Penggunaan Varietas
Pengendalian dengan Penggunaan varietas, Varietas tahan untuk tanaman lada
adalah varietas tahan Dasynus Piperis,varietas penyakit kuning Radhopolus similis
dan Meloidogyne incognita

• Varietas Tahan Hama


Berdasarkan bioekologi D. piperis, upaya pengendalian juga dapat diarahkan
melalui pendekatan ekosistem yang lebih dititik beratkan pada penggunaan varietas
tahan. Pengendalian dengan varietas tahan tidak termasuk dalam cara bercocok
tanam karena yang diganti bukan cara tanaman, tetapi varietasnya (resisten tidak
sama dengan kebal/immune). Sifat resisten ini didasarkan oleh faktor genetik.

• Varietas Tahan Penyakit


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun varietas lada yang
tahan terhadap serangan R. Simillis dan M. Incognita (Venkitesan dan Setty, 1979;
Koshy dan Sundararaju, 1979). Meskipun demikian, dari penelitian di Bangka diperoleh
bahwa verietas-varietas LDL (Lamapung Daun Lebar), Kuching dan Bangka, cukup
toleran terhadap M. Incognita (Nuryani,1984). Penelitian lebih lanjut menunjukkan
bahwa varietas kuching cukup toleran terhadap serangan R. Simillis dan M. Incognita
(Mustika, 1990).
C. Pengendalian dengan Cara Kultur Teknik (Bercocok Tanam)
Pengendalian secara kultur teknis atau yang sering dikenal dengan bercocok tanam
(agronomis) bertujuan untuk mengelola agroekosistem sedemikian rupa sehingga menjadi
kurang sesuai bagi kehidupan D. Piperis.
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengolahan tanah
Tanaman lada akan tumbuh optimal pada daerah dengan ketinggian 0 sampai 700 m di
atas permukaan laut, di wilayah tropika 20 derajat LU sampai 20 derajat LS dengan curah
hujan 1.000 sampai 3.000 mm per tahun merata sepanjang tahun (110 sampai 170 hari per
tahun), musim kemarau 2 sampai 3 bulan per tahun, kelembapan udara 63 sampai 98%
selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35 derajat C dan minimum 20 derajat C, jenis
tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, darinase baik, dan tanah yang asam
(pH 5,5 sampai 6,5) (Suprapto dan Yani, 2008; IPC, 2010).
2. Pemupukan tepat dan berimbang

Populasi hama lada dapat ditekan dengan tidak memberikan pupuk


berlebihan, terutama nitrogen (N). Penggunaan pupuk N yang tinggi dapat
mengakibatkan meningkatnya sukulensi tanaman sehingga meningkatkan
preferensi makan dengan peletakan telur imago hama lada (Deciyanto dan
Suprapto, 1996). Oleh karena itu, pemupukan tepat dan berimbang sangat
diperlukan karena di satu sisi harus mampu meningkatkan produksi
tanaman, tetapi di sisi lain tidak menciptakan kondisi tanaman yang
memacu perkembangan hama.

3. Pemangkasan

Tindakan pemangkasan, baik pada tanaman penegak maupun lada, dapat


dilakukan untuk mengatur penyinaran matahari yang dapat berpengaruh terhadap
populasi hama utama lada, termasuk di dalamnya D. piperis. Hama lada kurang
menyukai matahari secara langsung. Pemangkasan sebaiknya dilakukan dengan
memperhitungkan kebutuhan cahaya optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangan lada, yaitu tidak kurang dari 75% (Deciyanto dan Suprapto, 1996)
4. Sanitasi

Sanitasi dapat dilakukan dengan penyiangan terbatas dengan membiarkan


beberapa gulma berbunga yang menjadi inang parasitoid D. piperis, seperti Arachis
pintoi yang dapat berbunga sepanjang tahun (Trisawa, 2011).
Cara sanitasi lainnya yaitu dengan menjaga kebersihan kebun, membongkar dan
membakar sisa-sisa tanaman sakit, dan tidak menanam inang R. Simillis dan M.
Incognita.

5. Penggunaan Pupuk

Nematoda dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan organik. Dengan


menambahkan bahan organik ke dalam tanah, populasi musuh-musuh alami nematoda
parasit terutama dari golongan jamur (Arthrobotrys spp), meningkat. Selain itu, bahan-bahan
organik tersebut dapat menghasilkan asam-asam organik yang bersifat nematisida, seperti
asam format, asam butirat dan asam asetat (Nat.Acad.Sci.,1968). Bahan organik yang dapat
digunakan untuk menekan populasi nematoda M. Incognita antara lain adalah kotoran ayam,
bungkil kedelai, alang-alang dan kompos. Sedangkan untuk menekan M. Similis adalah
kotoran sapi (Mustika et al.,1993).
D. Pengendalian Secara Hayati.

Pengendalian secara hayati adalah salah satu pengelolaan agroekosistem lada


dengan cara penyiangan terbatas, yaitu dengan membiarkan beberapa gulma berbunga,
menanam tanaman penutup tanah, atau tumpang sari antara tanaman lada dengan
vegetasi berbunga lainnya, sangat dianjurkan untuk meningkatkan peran musuh alami
hama utama lada sebagai pengendali hayati. Beberapa agen pengendali hayati yang
dapat digunakan sebagai musuh alami D. piperis, antara lain :

• Parasitoid telur

Musuh alami pengisap buah lada D. piperis golongan parasitoid telur, antara lain A.
dasyni, Ooencyrtus malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae), dan Gryon dasyni Nix.
(Hymenoptera: Scelionidae) (Hindayana et al., 2000). Diantara parasitoid telur D. piperis
tersebut, A. dasyni yang paling dominan.
• Patogen serangga

Di samping pemberdayaan parasitoid, penggunaan cendawan patogen serangga


seperti Beauveria bassiana Vuill (Hindayana et al., 2000), Spicaria sp. (Wikardi dan
Asnawi, 1996), dan Nomuraea rileyi (Nazar, 1997) dapat digunakan untuk
mengendalikan D. piperis. Jamur entomopatogen B. bassiana memproduksi
beauvericin yang mengakibatkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan inti sel
serangga inang (Deciyanto dan Indrayani, 2008).

• Predator (pemangsa)

Beberapa predator D. piperis yang sering dijumpai di perkebunan lada, antara


lain berbadai jenis laba-laba, tawon, cecopet, kumbang, capung, semut, kepik, dan
lalat (Hindayana et al., 2009).
E. Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik

Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan pengaturan suhu,


kelembapan, dan cahaya. Pengendalian dengan cara pemangkasan daun akan
mempengaruhi faktor-faktor fisik di sekitar pertanaman lada. Sementara itu,
pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara penangkapan D.
piperis tanpa alat bantu (tangan) atau jaring.
Pengendalian mekanik tanpa alat bantu akan mudah dilakukan, apabila
yang diambil adalah telur atau nimfa D. piperis instar 1 yang tidak atau kurang
aktif. Sementara itu, untuk pengambilan nimfa instar 2 atau lebih dan imago
dapat dilakukan dengan jaring karena sudah aktif.
F. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian kimiawi yang dimaksud adalah pengendalian dengan menggunakan


pestisida. Pada umumnya, petani menggunakan pestisida kimia sintetik dibandingkan dari
bahan tanaman (nabati). Meskipun pestisida kimia sintetik memiliki banyak keuntungan,
seperti cepat menurunkan populasi hama, mudah digunakan, dan secara ekonomi
menguntungkan, namun dampak negatif penggunaannya semakin lama semakin dirasakan
oleh masyarakat.
Saat ini, penggunaan pestisida alami berbahan tanaman atsiri mulai dikembangkan,
karena diketahui cukup efektif dalam mengendalikan beberapa OPT. Minyak atsiri dari
tanaman rempah dan obat (TRO) diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan
sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh,
mengusir, dan menghambat makan, serta mengendalikan penyakit tanaman. Sebagai contoh,
minyak yang dihasilkan dari tanaman serai wangi ( Cymbopogon nardus (L.) Rendle). Minyak
serai wangi selain bersifat repellent (menolak) juga dapat menyebabkan mortalitas D. Piperis
KESIMPULAN

Salah satu permasalahan dalam usaha meningkatkan produksi tanaman lada adalah
adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat menurunkan
kualitas maupun kuantitas hasil, bahkan sampai menyebabkan kegagalan panen. Dengan
demikian, ada beberapa cara pengendalian pada tanaman lada, yaitu :
1. Pengendalian dengan Karantina, Adapun persyaratan Karantina Tumbuhan dan
Kewajiban Tambahan untuk Pemasukan Benih Lada ( Piper nigrum L) yang harus di
penuhi adalah : Persyaratan Umum (General Requirements) dan Persyaratan
Teknis/Kewajiban Tambahan (Technical Requirements/ Additional Requirements)
2. Pengendalian dengan Penggunaan varietas, Varietas tahan untuk tanaman lada
adalah varietas tahan D. Piperis,varietas penyakit kuning R. similis & M. Incognita
3. Pengendalian dengan Kultur Teknik, ada beberapa cara kultur teknik yang dapat
diterapkan untuk pengendalian tanaman lada yaitu : pengolahan lahan, Pemupukan
tepat dan berimbang, Pemangkasan, Sanitasi, Penggunaan pupuk
4. Pengendalian Hayati, yaitu dengan penggunaan parasitoid telur, patogen
serangga dan pradator (pemangsa).
5. Pengendalian Fisik dan Mekanik, Pengendalian secara fisik dapat dilakukan
dengan pengaturan suhu, kelembapan, dan cahaya. Sementara itu,
pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara penangkapan D.
piperis tanpa alat bantu (tangan) atau jaring.
6. Pengendalian secara Kimia, dapat dilakukan dengan pemberian minyak
serai wangi, minyak akar wangi, nilam, dan bunga cengkeh.
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai