Anda di halaman 1dari 15

Kode etik dan uu tenaga tehnis

kefarmasian

Kelompok 4

1.Laila aprilianti
2.hisropita wahyu putri
3.Nurul aini
4.Dewi aprilia
KODE ETIK TENAGA TEHNIS KEFARMASIAN

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pemerintah No.51

tahun 2009. Tenaga tehnis kefarmasian adalah tenaga yg membantu apoteker dalam

menjalanin pekerjaan kefarmasian,yg terdiri atas sarjana kefarmasian,ahli madya

farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.


Macam-macam kode etik tenaga
tehnis kefarmasian

A. Kewajiban terhadap Profesi

1. Seorang asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara martabat,


kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
2. Seoang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.
3. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya sesuai
dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku, dan kode etik
profesi.
4. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme dalam
memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.
Lanjutannya…..

B. Kewajiban Ahli Farmasi terhadap teman sejawat


1. Seorang ahli Farmasi Indonesia memandang teman sejawat sebagaimana dirinya dalam
memberikan penghargaan.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa menghindari perbuatan yang merugikan teman
sejawat secara material maupun moral.
3. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa meningkatkan kerja sama dan memupuk keutuhan
martabat jabatan kefarmasian, mempertebal rasa saling percaya didalam menunaikan tugasnya.

C. Kewajiban terhadap Pasien atau Pemakai Jasa


1. Seorang asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien secara professional.
2. Seorang asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia kefarmasian, serta
hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Seorang asisten Apoteker harus berkonsultasi atau merujuk kepada teman sejawat untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan baik.
Lanjutannya…

D. Kewajiban terhadap Masyarakat

1. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai suri teladan ditengah-tengah masyarakat.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya memberikan semaksimal mungkin
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti perkebangan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang farmasi.
4. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha-usaha pembangunan
Nasional khususnya dibidang kesehatan.
5. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat informasi sesuai bidang profesinya kepada
masyarakat dalam pelayanan kesehatan.

E. Kewajiban Ahli Farmasi Indonesia terhadap Profesi Kesehatan lainnya


1. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa harus menjalin kerjasama yang baik, saling percaya,
menghargai dan menghormati terhapa profesi kesehatan lainnya.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus mampu menghindarkan diri terhadap perbuatan-perbuatan
yang dapat merugikan, menghilangkan kepercayaan, penghargaan masyarakat terhadap profesi
lainnya.
Tujuan Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian

Ø Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


Ø Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Ø Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Ø Untuk meningkatkan mutu profesi.
Ø Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Ø Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Ø Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Ø Menentukan baku standarnya sendiri.
Fungsi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian

* Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip


profesionalitas yang digariskan.
* Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
* Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
Contoh pelanggaran Kasus Etika
Apotek Kusuma Nata kedapatan menjual obat-obatan psikotropika secara bebas sehingga
dilakukan penutupan paksa oleh dinas atau lembaga yang berwenang .
 
Permasalahan Kasus Etika
Terkait standar pelayanan kefarmasian,sumpah dan kode etik Tenaga Teknis Kefarmasian
di sektor pelayanan, apa yang seharusnya dilakukan anda sebagai TTK pada saat bekerja
di Apotek Kusuma Nata tersebut dan ternyata dalam perjalanannya Apotek tersebut
kedapatan menjual obat-obatan psikotropika secara bebas ?
Dasar Hukum Pelanggaran
Dalam kasus etika yang dilakukan oleh Asisten Apoteker merupakan
pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Undang-undang RI No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan Pasal 24, Undang-undang No. 51Tahun 2009,
Undang-undang RI No. 51 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-
undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

 
UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(1)   Pasal 24
Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.
(2)   Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh organisasi profesi.
(3)   Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
saksama.
Pasal 14
(1)   Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi,pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
(2)   Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan
wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran Narkotika yang berada dalam penguasaannya.
(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan secara khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan jangka waktu, bentuk, isi, dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Lanjutannya…

(4)  Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ketentuan
mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administratif oleh Menteri atas rekomendasi dari
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan berupa:
a. teguran;
b. peringatan;
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan; atau
e. pencabutan izin.

Pasal 43
(3) Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada
pasien berdasarkan resep dokter.
(4) Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Narkotika melalui suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
(5) Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
hanya dapat diperoleh di apotek.

 
PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk menigkatkan mutu
kehidupan pasien.
Bentuk pekerjaan kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:

1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart  profesinya;
2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat;
3. menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan idntitas serta data kesehatan pasien;
4. Melakukan pengelolaan apotek;
5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Tknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apotker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,
Analis Farmasi, dan Tenaga Mnengah Farmasi/Asisten Apoteker.
UU RI No. 51 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Pasal 8
Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran dan penyerahan.
Pasal 14
(1)   Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.
(2)   Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepa-da apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.
(3)   Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien.
(4)   Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
(5)    Penyerahan psikotropika oleh dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dalam hal :
a. menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat;
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
(6)    Psikotropika yang diserahkan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat diperoleh dari apotek.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai