Anda di halaman 1dari 17

NAMA ANGGOTA

KELOMPOK 5:
 Ayu Fikri Damayanti
(1917061011)
 Tarisa Livia Hr (1917061002)
PENGERTIAN AS-SUNNAH
 As-Sunnah,menurut bahasa Arab adalah ath-
thariqah,yang berarti metode, kebiasaan,
perjalanan hidup, atau perilaku, baik terpuji
maupun tercela.
 Menurut bahasa kata sunnah berasal dari
bahasa arab yang artinya cara, jalan yang
ditempuh, tradisi (adat kebiasaan),atau
ketetapan, apakah hal tersebut baik atau tidak
terpuji atau tercela.
 Sunnah menurut syara’ adalah perkataan Nabi
Muhammad saw. Perbuatannya, dan
keterangannya yaitu dikatakan atau di perbuat
oleh sahabat dan ditetapkan oleh Nabi.
Dasar dari pengertian tersebut adalah hadis
berikut ini

‫لَتَتَّبِ َعنَّ ُسنَنَالَّ ِذ ْينَ ِم ْنقَ ْبلِ ُك ْمبِ ِشب ٍْر َو ِذ َرا ًعابِ ِذ َرا ٍع َحتَّيلَ ْو َد َخلُ ْوافِي ُجحْ ٍر‬
ٍّ‫ضب‬َ
( ‫َالتَّبَ ْعتُ ُم ْو ُْهم( روامسلم‬
Artinya :
Sungguh kamu akan mengikuti kebiasaan atau
jalan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga
sekiranya mereka memasuki lubang biwak,
niscaya kamu akan mengikutinya.(HR.Muslim)
KEHATI-HATIAN ULAMA
MELAHIRKAN PEMBAGIAN:
• HADITS SHAHIH:
• BERITA YANG DIPERCAYA BENAR2
MENCERITAKAN SUNNAH NABI SAW.
• HADITS MAWDHU’:
• BERITA YANG DIPERCAYA BUKAN
MENCERITAKAN SUNNAH NABI SAW.
• DIYAKINI BAHWA ISINYA BUKAN
CERITA TENTANG SUNNAH NABI SAW.
Sunnah
Qauliyah

Sunnah
MACAM MACAM Fi’liyah.
AS-SUNNAH
Sunnah
Taqririyah.

Sunnah
Hammiyah.
Sunnah Qauliyah

Sunnah Qauliyah adalah bentuk perkataan atau


ucapan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw yang berisi berbagai tuntunan
dan petunjuk syarak, peristiwa-peristiwa atau
kisah-kisah, baik yang berkenaan dengan aspek
akidah, syariah maupun akhlak. Dengan kata lain
Sunnah Qauliyah yaitu sunnah Nabi Saw yang
hanya berupa ucapannya saja baik dalam bentuk
pernyataan, anjuran, perintah cegahan maupun
larangan.
Contoh sunnah qauliyah:
a. Hadist tentang doa Nabi Muhammad saw kepada orang yang
mendengar, menghafal dan menyampaikan ilmu.

َ ِ‫ض َراللَّهُا ْم َرأً َس ِم َع ِمنَّا َح ِديثًافَ َحف‬


‫ظهُ َح‬ َّ َ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َميَقُولُن‬ َ ‫َع ْن َز ْي ِد ْبنِثَا ِبتٍقَالَ َس ِم ْعتُ َر ُسواَل للَّ ِه‬
‫تَّىيُبَلِّ َغهُفَ ُربَّ َحا ِملِفِ ْق ٍهإِلَى َم ْنهُ َوأَ ْفقَهُ ِم ْنهُ َو ُربَّ َحا ِملِفِ ْق ٍهلَ ْي َس ِبفَقِي ٍه‬
Dari Zaid bin dabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Semoga
Allah memperindah orang yang mendengar hadist dariku lalu menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan
ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang
tidak berilmu.” (HR. Abu Daud)

b. Hadist tentang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.

ُ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَالَ َخ ْي ُر ُك ْم َم ْنتَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ َمه‬ ِ ‫َع ْنع ُْث َمانَ َر‬
َ ِّ‫ضيَاللَّهُ َع ْنهُ َع ْنالنَّبِي‬
Dari Usman ra, dari Nabi saw,beliau bersabda: “Orang yang paling baik di antara
kalian adalah seorang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya.”. (HR. al-
Bukhari)
c. Hadist tentang persatuan orang-orang beriman.
ُ ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن َكاْلبُ ْنيَانِيَ ُش ُّدبَ ْع‬
ً ‫ضهُبَ ْع‬
‫ضا‬
Dari Abu Musa dia berkata; Rasulullah saw bersabda: “Orang
mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu
bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sunnah Fi’liyah.

Sunnah fi’liyah adalah segala perbuatan yang


disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kualitas
sunnah fi’liyah menduduki tingkat kedua setelah
sunnah qauliyah. Sunnah fi’liyah juga dapat
maknakan sunnah Nabi Saw yang berupa
perbuatan Nabi yang diberitakan oleh para sahabat
mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti
melaksanakan shalat manasik haji dan lain-lain.
Contoh sunnah Fi’liyah
a. Hadist tentang tata cara shalat di atas kendaraan.
‫صلِّي َعلَى َرا ِحلَتِ ِه َح ْيثُتَ َو َّج َه ْتبِ ِه‬
َ ُ‫سلَّ َم َكانَي‬ َ َّ‫أَنَّالنَّبِي‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو‬
“Bahwa Rasulullah SAW pernah shalat diatas untanya sesuai
dengan arah untanya menghadap” (HR. Ahmad)

b. Hadist tentang tata cara shalat.


َ ُ ‫ ْيتُ ُم ْونِ ْيأ‬:‫ َك َما َر َأ‬:‫ ْوا‬:ُّ‫َصل‬
«‫بخاري‬::‫لا‬:‫خرجه‬:‫صلِّ ْي»أ‬
“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat.”
(HR. al-Bukhari)

c. Hadist tentang tata cara manasik haji.


ِ َ‫ُخد ُْوا َعنِّ ْي َمن‬
)‫(رواهمسلم‬.‫اس َك ُك ْم‬
“Ambillah manasik (tata cara melaksanakan haji) kamu
dariku.” (HR. Muslim)
Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah adalah sunnah yang berupa
ketetapan Nabi Muhammad Saw terhadap apa yang
datang atau dilakukan para sahabatnya. Dengan
kata lain sunnah taqririyah, yaitu sunnah Nabi Saw
yang berupa penetapan Nabi Saw terhadap
perbuatan para sahabat yang diketahui Nabi saw
tidak menegornya atau melarangnya bahkan Nabi
Saw cenderung mendiamkannya. Beliau
membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan
yang dilakukan para sahabatnya tanpa
memberikan penegasan apakah beliau
membenarkan atau menyalahkannya.
Contoh Sunnah Taqririyah
a. Hadist tentang daging dab (sejenis biawak).
Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw disuguhi makanan,di antaranya daging
dzab. Beliau tidak memakannya, sehingga Khalid ibn Walid bertanya, “Apakah
daging itu haram ya Rasulullah?”
)‫ولكنهليسفيأرضقومىكلوافإنهحالل (متفقعليه‬،‫ال‬
Beliau menjawab: “Tidak, akan tetapi daging itu tidak terdapat di negeri kaumku.
Makanlah sesungguhnya dia halal”
(HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hadist tentang Tayamum.
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra ia berkata: “Pernah ada dua orang bepergian dalam
sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak
membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan
melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih
ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya dengan air wudhu
dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah Saw dan
menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi
shalatnya: ‘Kamu sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup’. Dan beliau
juga berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: ‘Bagimu pahala
dua kali’” (HR. ad-Darimi).
Sunnah Hammiyah.
Sunnah Hammiyah ialah suatu yang dikehendaki Nabi Saw tetapi
belum dikerjakan. Sebagian ulama hadis ada yang menambahkan
perincian sunnah tersebut dengan sunnah hammiyah. Karena dalam
diri Nabi saw terdapat sifat-sifat, keadaan-keadaan (ahwal) serta
himmah (hasrat untuk melakukan sesuatu). Dalam riwayat disebutkan
beberapa sifat yang dimiliki beliau seperti, “bahwa Nabi saw selalu
bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak
pula kasar, tidak suka berteriak, tidak suka berbicara kotor, tidak suka
mencela”

Juga mengenai sifat jasmaniah beliau yang dilukiskan oleh sahabat


Anas ra sebagai berikut: Dari Rabi’ah bin Abu ‘Abdur Rahman berkata,
aku mendengar Anas bin Malik ra. sedang menceritakan sifat-sifat
Nabi saw, katanya; “Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum
yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulitnya terang tidak terlalu
putih dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu
keriting dan tidak lurus.” (HR. Bukhari).
Kedudukan Al-Hadist dalam Islam
Sebaliknya siapapun tidak akan bisa memahami
hadits tanpa memahami Al Qur’an karena Al
Qur’an merupakan dasar hukum pertama, yang
didalamnya berisi garis besar syariat, dan hadits
merupakan dasar hukum kedua yang didalamnya
berisi penjabaran dan penjelasan Al Qur’an.
Dengan demikian antara hadits dan Al Qur’an
memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu sama
lain tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan
sendiri-sendiri. Hal tersebut dapat kita lihat dari
beberapa firman Allah sebagai berikut :
• a.    Surat Annisa ayat 59
Artinya :
hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah
dan ta’atilah Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah-Nya). Jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya
PERANAN AL-HADITS
TERHADAP AL-QUR’AN
• peranan (fungsi) Al-Hadits terhadap Al-Qur’an diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Al-Hadits memperkuat (memperkokoh) isi kandungan Al-
Qur’an
b. AL-Hadits memberi rincian terhadap ayat-ayat yang masih
bersifat umum (mujmal)
c. AL-Hadits menetapkan hukum sesuatu yang belum ada
ketetapannya dalam Al-Qur’an atau bisa juga dikatakan
bahwa hokum sesuatu itu hanya pokok-pokoknya saja yang
ada dalam Al-Qur’an.
d. Al-Hadits sebagai penentu di antara dua atau tiga perkara
yang dimaksud dalam Al-Qur’an
e. Al-Hadits sebagai bayan An-nasakh
KESIMPULAN
 Kedudukan hadits dalam Islam yang utama adalah penjelas ayat Al-Quran
yang masih global. Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan tiap tiap
ajaran kepada para sahabat setelah beliau mendapatkan penjelasan dari
Jibril.
 Peran yang kedua adalah agar hadits menjadi pedoman tambahan ketika
muncul persoalan-persoalan yang tidak secara spesifik terdapat pada Al-
Quran. Setelah Rasulullah Saw. Al-Quran dan hadits dijadikan sebagai
rujukan para ulama untuk mengeluarkan fatwa dan aturan lainnya.
 Peran yang ketiga, menjaga agar ayat-ayat Al-Quran tidak secara
sembarangan dilencengkan sehingga seolah ayat-ayat Al-Quran
berkontradiksi.
 Peran yang keempat, hadits /sunah merupakan dasar hukum Islam, yaitu
salah satu dari sumber hukum Islam yang menduduki urutan kedua
setelah Al-Quran. Dan wajib diikuti sebagaimana mengikuti Al_quran,baik
dalam bentuk awamir maupun nawahi-nya.

Anda mungkin juga menyukai