Anda di halaman 1dari 14

Obat anti insomnia

Klasifikasi anti insomnia

Benzodiazepine Non Benzodiazepine

Nitrazepam Zolpidem

Flurazepam

Estazolam
Sindrom Insomnia
• Membutuhkan waktu > ½ jam untuk tertidur atau tidur kembali
setelah terbangun.
• Adanya hendaya

Menurut waktu :
1. Transient insomnia 2-3 hari
2. Shortterm insomnia sampai 3 minggu.
3. Longterm insomnia periode waktu lebih lama dan biasanya
disebabkan oleh kondisi medik atau psikiatrik tertentu
Indikasi Obat
• Terutama pd kasus Transient & Shortterm insomnia.
• Hati-hati pd kasus Longterm insomnia, obati penyebab dasarnya.
Ditinjau dari Penyebab
1. Sindrom insomnia psikik :
gangguan afektif bipolar & unipolar (episode mania atau
depresif), gangguan anxietas (panik, fobia)
2. Sindrom insomnia organik :
hipertiroidism, putus obat penekanan SSP
(benzodiazepine, phenobarbital narkotika), zat perangsang
SSP (caffein, ephedrine, amphetamine)
3. Sindrom insomnia situasional :
gangguan penyesuaian + anxietas/ depresi,perubahan
sleep-wake schedule (jetlag, workshift), stres psikososial
4. Sindrom insomnia penyerta
gangguan fisik + insomnia ( pain producing illness,
paroxysmal nocturnal dyspnoe). Gangguan jiwa + insomnia
( skizofrenia, gangguan paranoid)
5. Bila penyebab tidak ditemukan “primary insomnia”
Mekanisme Kerja
• Proses tidur = suatu siklus yang terdiri dari :
• Stadium jaga (Wake, gelombang beta)
• Stadium 1 (gelombang alfa,theta)
• Stadium 2 (gelombang delta 20%)
• Stadium 3 (gelombang delta 20-50%)
• Stadium 4 (gelombang delta >50%) = delta sleep
• Stadium REM (Rapid Eye Movement) = REM Sleep
• Pada keadaan: ‘
• Tidur ringan : stadium 1 dan 2
• Tidur dalam = stadium 3 dan 4 (non REM sleep)
• Tidur dangkal = Stadium REM (terjadi mimpi)
• Obat gol benzodiazepine tidak menyebabkan “REM suppression & rebound”
• Depresi = pengurangan “delta sleep” <20% ,tidur ringan, tidak pulas dan
mudah terbangun.
• Awal depresi = deficit “REM Sleep” Tidur dangkal, mudah terbangun akibat
mimpi buruk. (REM Sleep bertambah untuk mengatasi deficit) shg siklus
tidur menjadi disorganized.
• Obat anti depresi (trisiklik &tetrasiklik ) menekan dan menghilangkan
”REM Sleep” dan meningkatkan “delta sleep” sehingga pasien tidur
nyaman dan tidak diganggu mimpi buruk. Bila obat mendadak
dihentikan terjadi “REM Rebound” dimana pasien akan mengalami
mimpi buruk lagi.
Efek samping
Berdasarkan
Supresi SSP farmakokinetik obat Benzodiazepine
• Hati-hati jika ada • Waktu paruh singkat
(4 jam. cth: Triazolam)
• Jangka
insufisiensi
pernapasan, gejala rebound lebih panjang:
berat pagi hari, panik
uremia dan
• Waktu paruh sedang disinhibiting
gangguan fungsi
hati  timbul
(cth: effect 
Zolpidem,Estazolam)
koma. gejala rebound lebih rage
• Pada usia lanjut ringan reaction
dapat terjadi • Waktu paruh panjang
oversedation  (cth: (perilaku
risiko jatuh & Flurazepam,Nitrazepa menyerang)
trauma  sering m) gejala hang over
timbul hip fracture pagi hari, intensifying
day time sleepiness
Interaksi Obat
• CNS depresant (alkohol): supresi ssp (oversedation & respiratory
failure)
• Golongan benzodiazepine tidak menginduce hepatic microsomal
enzymes  jarang menimbulkan interaksi obat
• Resiko kematian meningkat pada overdosis dengan alkohol/ CNS
depressant lain
• anti-insomnia + CNS depresant  supresi SSP
• gol benzodiazepinejarang menimbulkan interaksi obat.
Pemilihan Obat
(ditinjau dari sifat gangguan tidur)
• Sulit masuk ke dalam proses tidur (cth :
Initial gangguan anxietas)  obat bersifat sleep
inducing anti insomnia golongan
insomnia benzodiazepine (short acting)

• Tidur cepat berakhir dan sulit masuk ke proses


Delayed tidur selanjutnya (cth : gangguan depresi) 
obat bersifat prolong latent phase anti
insomnia insomniaheterosiklik antidepressants
(trisiklik dan tetrasiklik)

• Siklus tidur tidak utuh dan terpecah (cth :


Broken gangguan stres psikososial) obat bersifat
sleep maintaining anti
insomnia insomniaphenobarbital atau
benzodiazepine(long acting)
Pengaturan Dosis
Pemberian tunggal dosis anjuran 15’-30’
sebelum tidur

Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif


& dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya
tapering off  mencegah timbulnya rebound & toleransi
obat.

Pada usia lanjut dosis harus lebih kecil & peningkatan


dosis lebih perlahan-lahan  menghindari
“oversedation” dan intoksikasi
Lama pemberian

• Pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2


minggu  resiko ketergantungan kecil. Penggunaan
lebih dari 2 minggu  perubahan sleep EEG yang
menetap sekitar 6 bulan

• Kesulitan pemberhentian obat karena adanya


“psychological dependence” (habituasi) sebagai akibat
rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditangani
Kontraindikasi
• Slepp apnoe syndrome
• Congestive heart failure
• Chronic respiratory disease
• Pada wanita hamil dan menyusui

Anda mungkin juga menyukai