Anda di halaman 1dari 12

Nama : David Alexssandro Putra Pratama

Kelas : Pendidikan Pancasila - C2


NIM : 19201261

Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
O P E N I N G S L I D E

5 Materi Yang akan Kita


Bahas,Yaitu ;
1. Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2. Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
3. Sumber Historis, Sosilogis, Politis Tentang Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat
4. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat
5. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
K o n s e p P a n c a s i l a S e b a g a i
S i s t e m F i l s a f a t

Menurut Para Filosof :


1. Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai
pengetah uan kebenaran yang asli
2. Aristoteles : Filsafat adalah Ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, estetika, ekonomi, dan politik
3. Immanuel Kant : Filsafat adalah Ilmu (pengetahuan) yang menjadi
pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup
masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab
persoalan apa yang kita ketahui
4. Notonogoro : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) menelaah hal-hal
yang menjadi obyeknya dari sudut intinya yang multak & terdalam,
yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakika
Urgensi Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila
sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar
dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai
perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.
Dengan memahami Filsafat Pancasila, kita
sebagai bangsa Indonesia dapat:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif


dalam menanggapi isu kewarganegaraan,
terutama karena Indonesia merupakan
bangsa yang plural, terdiri atas berbagai
suku, bahasa, agama, dan etnis. Dimana
apabila terjadi konflik, solusi yang dibuat
harus berdasar nilai-nilai Pancasila

2. Berpartisipasi secara aktif dan


bertanggung jawab, dan bertindak secara
 cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-
korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis


untuk membentuk diri berdasarkan
 karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
lainnya.
Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus


Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari
landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Sedangkan Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan raison d’etre sila-sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila
Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia.

3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa
Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Landasan Aksiologis Pancasila
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila
pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung
nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan
kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.
Sumber - Sumber Tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1.Sumber Historis
Pada zaman orde lama Pancasila Belum Ditegaskan Sebagai Sistem Etika, Hanya sebatas pandangan moral.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika sudah ada tetapi kembali tenggelam karena adanya abuse of
power baik lembaga legislatif,eksekutif, atau yudikatif.Hal inilah yang mengakibatkan korupsi di berbagai
kalangan.

2. Sumber Sosiologis
Dilihat dari sumber sosiologis ,Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat
berbagai etnik di Indonesia.Misalnya, orang minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat
air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”

3.Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma – norma dasar sebagai sumber
penyusunan berbagai peraturan perundang – undang. Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma
tertinggi yang sifatnya abstrak, sedangkan perudang – undangan merupakan norma yang ada di bawahnya
bersifat konkrit.
Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Sistem Filsafat
Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila Ada dua tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat,
sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah yakni kapitalisme dan komunisme. Pertama, kapitalisme
“Philosofische Grondslag”, Pada pemerintahan menekankan kebebasan pemiliki modal untuk
Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis keuntungan sebesar-besarnya, sehingga menimbulkan
melalui istilah weltanschauung, Pada era berbagai dampak negatif , seperti monopoli, gaya hidup
reformasi menurut B.J. Habibie menegaskan konsumerisme, dan lain-lain. Kedua, komunisme yang
bahwa pancasila tertlalu larut dalam masa lalu sangat menekankan dominasi negara sebagai pemilik
Sehingga pada era itu pancasila jarang terucap modal, sehingga menghilangkan peran rakyat dalam
ataupun dikutip dengan Baik. kehidupan bernegara.
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Esensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki esensi, antara lain:
1. Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Setiap orang
memiliki kebebasan yang bertanggungjawab.

2. Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk
individu, sosial), dan kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).

3. Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke
dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental. 

4. Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah
untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.

5. Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan
bersifat membagi dari negara kepada warga negara. 
Urgensi bagi Pengembangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa hal penting bagi pengembangan Pancsila sebagai sistem filsafat, antara lain:

1. Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan
ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.

2. Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai
ideologi dunia.

3. Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-
sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.

4. Menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran.
Thank you.

Anda mungkin juga menyukai