Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
O P E N I N G S L I D E
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila
sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar
dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai
perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.
Dengan memahami Filsafat Pancasila, kita
sebagai bangsa Indonesia dapat:
1.Sumber Historis
Pada zaman orde lama Pancasila Belum Ditegaskan Sebagai Sistem Etika, Hanya sebatas pandangan moral.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika sudah ada tetapi kembali tenggelam karena adanya abuse of
power baik lembaga legislatif,eksekutif, atau yudikatif.Hal inilah yang mengakibatkan korupsi di berbagai
kalangan.
2. Sumber Sosiologis
Dilihat dari sumber sosiologis ,Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat
berbagai etnik di Indonesia.Misalnya, orang minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat
air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”
3.Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma – norma dasar sebagai sumber
penyusunan berbagai peraturan perundang – undang. Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma
tertinggi yang sifatnya abstrak, sedangkan perudang – undangan merupakan norma yang ada di bawahnya
bersifat konkrit.
Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Sistem Filsafat
Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila Ada dua tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat,
sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah yakni kapitalisme dan komunisme. Pertama, kapitalisme
“Philosofische Grondslag”, Pada pemerintahan menekankan kebebasan pemiliki modal untuk
Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis keuntungan sebesar-besarnya, sehingga menimbulkan
melalui istilah weltanschauung, Pada era berbagai dampak negatif , seperti monopoli, gaya hidup
reformasi menurut B.J. Habibie menegaskan konsumerisme, dan lain-lain. Kedua, komunisme yang
bahwa pancasila tertlalu larut dalam masa lalu sangat menekankan dominasi negara sebagai pemilik
Sehingga pada era itu pancasila jarang terucap modal, sehingga menghilangkan peran rakyat dalam
ataupun dikutip dengan Baik. kehidupan bernegara.
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2. Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk
individu, sosial), dan kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
3. Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke
dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental.
4. Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah
untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
5. Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan
bersifat membagi dari negara kepada warga negara.
Urgensi bagi Pengembangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa hal penting bagi pengembangan Pancsila sebagai sistem filsafat, antara lain:
1. Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan
ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.
2. Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai
ideologi dunia.
3. Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-
sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
4. Menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran.
Thank you.