• Mekanisme tambahan :
Lingkungan hormonal mempengaruhi persepsi nyeri
Hasil meta analisa :
Ambang dan toleransi nyeri sensoris somatik mendekati level
terendah pada saat sebelum dan selama menstruasi
Mekanisme Infertilitas
• Endometriosis sangat berhubungan dng infertilitas
• 3 mekanisme utama:
1. Terdistorsinya anatomi adnexa yg menghambat atau
mencegah penangkapan ovum setelah ovulasi
2. Gangguan terhadap perkembangan oosit atau
embriogenesis awal
3. Penurunan penerimaan endometrium (endometrial
receptivity)
• Dari beberapa penelitian, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa :
“ endometriosis menurunkan infertilitas sampai
tingkat yg berhubungan kasar dng beratnya penyakit
endometriosis”
• Dispareuni
– baru timbul saat onset
– Lebih intens dng penetrasi dalam segera sebelum
menstruasi
– Lebih sering terjadi pada wanita dng penyakit yg
melibatkan septum rektovagina
• Pemeriksaan fisik genitalia eksterna
– Seringnya normal
– Kadang Dpt ditemukan
• implan berwarna biru atau
• lesi proliferatif merah → yg berdarah dng sentuhan
• Umumnya terletak di forniks posterior
– Endometriosis infiltrasi dalam yg melibatkan septum
rektovagina
• dpt dipalpasi
– Uterus :
• Seringkali retrofleksi
• Mobilitas menurun / terfiksasi
– Adneksa :
• Endometrioma ovarium massa adnexa yg terfiksir
– Adneksa :
• Endometrioma ovarium massa adnexa yg terfiksir
• Rasa nyeri fokal dan nodularitas dari ligamentum sakrouterina
– Sensitivitas pemeriksaan fisik tinggi
….bila dilakukan selama menstruasi
….namun pemeriksaan fisik yg normal tidak
mengeksklusi diagnosis
• Amenorrheik
• Alami perbaikan besar dari gejala sebelum
operasi
– Kesimpulan :
respon klinis terhadap terapi tidak memiliki nilai diagnostik
• Diagnosis dengan cara bedah
– Gold standar : Laparoskopi dng pemeriksaan histologi
lesi yg dieksisi
– Implan peritoneal :
1. Lesi powder burn (klasik) :
» berwarna biru-hitam, mengandung deposit hemosiderin
dari darah yg terjebak
» Jumlah yg bervariasi dari fibrosis disekelilingnya
2. Lesi merah :
» Sangat vaskuler dan proliferatif
» Mewakili penyakit stadium dini
3. Lesi berpigmen :
» Mewakili penyakit yang lebih mantap atau advance
4. Lesi putih :
» Lebih tidak vaskuler dan aktif
» Umumnya asimptomatik
– Laparoskopi serial :
Terdapat progresi alamiah dalam gambaran lesi endometriotik
– Endometriosis
• Umumnya gambaran berupa:
– Kista gelap, halus
– Berhubungan dengan adhesi
– Mengandung cairan doklat dense seperti coklat
• Endometrioma yang besar sering multilokuler
• Inspeksi visual pd ovarium
– Dosis :
Terapi kontinyu dng 1 pil / hari ( 6 – 12 bulan )
Kesimpulan :
- Secara keseluruhan, efek-efek terapi medikamentosa thd
volume endometriosis adalah mirip
- Terapi mendikamentosa efektif untuk endometrioma ovarium
ukuran kecil ( < 1 cm )
- Danazol dan Agonis GnRH menurunkan ukuran
namun tidak menghilangkannya.
2. Terapi medikamentosa – nyeri
– Danazol
– Progestin
Terbukti efektif dlm
– Kontrasepsi oral kombinasi
menurunkan nyeri
– Agonis GnRH
– Gestrinone
• Kemampuan :
Agonis GnRH >> Kontrasepsi oral >> gestrinone
• Pd endometriosis infiltrasi dalam yg melibatkan septum
rektovagina
nyeri dan dispareuni dpt ditangani scr efektif dng
terapi medikamentosa
namun gejala rekuren pasti terjadi, kecuali terapi
dilanjutkan
– Rekurensi :
• Angka rekurensi : 10 – 20% per tahun
• Nyeri dng intensitas ama atau lebih kecil
timbul segera setelah terapi dihentikan
• Danazol :
– Rekurensi timbul ± 6 bulan setelah terapi dihentikan
– Terapi untuk nyeri rekuren :
Re – terapi
• Kontroversial
• Terapi pre-operatif
Agonis GnRH keuntungan :
– Penurunan volume penyakit yg memerlukan terapi bedah
– Eliminasi kista ovarium fungsional
– Kenyamanan dlm penjadwalan operasi
– Outcome yg lebih baik
– Pd endometriosis rektovaginal → terapi medik perioperatif
menurunkan kecenderungan penyakit dan gejala rekuren
• Terapi medik supresi post operatif
• Lebih kontroversial
• Penelitian-penelitian yang ada mendapatkan hasil yg
bertolak belakang
• Sebagian besar klinisi enggan memberikan terapi medik
pd 1 tahun pertama post operatif
o.k angka kehamilan tertinggi ditemukan pd
waktu ini
– Disimpulkan :
• Bila tujuan utama terapi bedah adalah bebas nyeri
• Terapi medik post operatif memiliki nilai, khususnya pd
wanita dng penyakit ekstensif dan residual yg tidak
dapat dieksisi secara komplit
Hasil Terapi Bedah
1. Terapi Bedah―Nyeri
– Percobaan random terkontrol (operasi laparoskopik v.s
tanpa terapi sama sekali v.s terapi lainnya atau plasebo)
– Hasil :
Enam bulan post laparoskopik:
nyeri hilang pada lebih dari 60% wanita yang
menerima terapi laser (minimal, ringan, atau
moderat)
kurang dari 25% pada yang penyakitnya tidak
diablasi.
Lebih dari 6 tahun postoperasi:
2/3 wanita mengalami nyeri rekuren
(interval rekurensi 5-60 bulan, median 20 bulan)
penyembuhan nyeri sangat memuaskan pada lebih
dari 50% wanita
- Rekurensi pasca terapi bedah konservatif : 10 – 20%
insidensi lebih tinggi pd terapi bedah pd fase luteal
dibandingkan pd fase folikuler
o.k sel endometrium yg mengalami refluks mungkin lebih
cenderung untuk menempel pada lokasi trauma peritoneum
yg belum menyembuh
ketika interval sejak operasi s.d menstruasi berikutnya adalah
pendek
• Pengurangan nyeri pd pasien pasca operasi :
– Pada 60-100% wanita nyeri berkurang segera setelah
operasi.
– Kistektomi dapat memberikan pengurangan nyeri yang
lebih lama
dibandingkan drainase plus ablasi terhadap
dinding kista.
– Pada kistektomi yg berhasil (dng stripping) dibandingkan
drainase + koagulasi dinding internal :
Angka rekurensi kumulatif 24-bulan lebih rendah
secara substansial
Median interval antara operasi dengan rekurensi nyeri
adalah lebih panjang
2. Terapi Bedah – Fertilitas
Penelitian efek operasi thd fertilitas :
1. Penelitian multisenter di kanada
♀ dng infertilitas tidak terjelaskan
(n = 341)
Laparoskopi :
Randomisasi Hasil endometriosis minimal atau ringan
50 ♀ hamil 29 ♀ hamil