Anda di halaman 1dari 110

Arsanto Raharjo,SE.,Ak.,CA.

,BKP
Pokok Bahasan

 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


 Surat Pemberitahuan (SPT)
 Jatuh Tempo & Tata Cara Pembayaran
 Penetapan & Ketetapan Pajak
 Penagihan Pajak
 Keberatan & Banding
 Pembukuan & Pencatatan
 Pemeriksaan
 Penyidikan
 Ketentuan Pidana
 Wakil Dan Kuasa Wajib Pajak, Rahasia Jabatan
& Kewajiban Pihak Ketiga
NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK
(NPWP)
NPWP
Nomor Pokok wajib pajak (NPWP) terdiri dari 15 Digit, misalnya ;

01.234.567.8 - 054.000
1 2 3 4

Keterangan:
No. Keterangan
1. Kode 000 wajib pajak bendaharawan
Kode 01/02 = wajib pajak badan
Kode 04 dst = wajib pajak orang pribadi
2.
Check digit yang diberikan oleh Dirjen Pajak melalui KPP
3. Kode yang menunjukkan KPP tempat wajib pajak mendaftarkan diri atau
KPP yang wilayah kerjanya atau tempat tinggal dan kegiatan usaha wajib
pajak.
4. Digit 000 berarti Pusat/ tempat kedudukan bagi WP Badan atau tempat
tinggal bagi WPOP.
Digit 00X berarti Cabang/ unit usaha lain bagi WP Badan atau tempat
kegiatan usaha selain tempat tinggal WPOP
Fungsi NPWP

Fungsi NPWP berdasarkan Undang-Undang


No. 28 tahun 2007 adalah:
 Untuk mengetahui identitas wajib pajak.
 Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI

Wajib Pajak Badan :


 Setiap wajib pajak badan wajib mendaftarkan
diri pada Kantor Pelayanan Pajak/Kantor
Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut
berkedudukan.

Wajib Pajak Orang Pribadi :


 Yaitu bagi wajib pajak orang pribadi yang
penghasilannya telah melebihi PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak).
ALUR PENDAFTARAN NPWP

MENGISI
MELAPORKAN

Formulir TEMPAT
secara: Pendaftaran
PENDAFTARAN
NPWP
 JELAS
 BENAR
 LENGKAP

dilampiri persyaratan administrasi


TEMPAT PENDAFTARAN

 Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan


Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
(orang pribadi), tempat kedudukan (badan) atau
tempat kegiatan usaha wajib pajak yang
bersangkutan.
 Tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
berada pada 2 atau lebih wilayah kerja Kantor
Direktorat Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan
wajib pajak.
PENGHAPUSAN NPWP

 Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh


Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib
Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
 Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian
atau penggabungan usaha;
 Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan
kegiatan usahanya di Indonesia; atau
 Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yang
sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
PEMBERIAN NPWP/ NPPKP SECARA JABATAN

 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP dan/atau


mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak
melaksanakan kewajibannya, yaitu mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP atau melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat
(2) UU KUP);
 Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang
diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak
saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, paling lama 5
(lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.
SURAT
PEMBERITAHUAN
(SPT)
PENGERTIAN SPT

(Pasal 1 Undang-undang No. 28 Tahun 2007)

“Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat


yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan”.
JENIS SPT

Surat Pemberitahuan Masa


1. adalah Surat Pemberitahuan
untuk suatu Masa Pajak.

Surat Pemberitahuan Tahunan


2. adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
FUNGSI SPT

Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana


untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan tentang:

a) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah


dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak;
b) penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan
objek pajak;
c) harta dan kewajiban; dan/atau
d) pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:

a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak


Keluaran; dan
b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Bagi pemotong atau pemungut pajak adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan disetorkannya.
PENGAMBILAN SPT

 SPT yang berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil


langsung di tempat-tempat sebagai berikut:
 Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
 Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP);
 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
 Pojok Pajak;
 Mobil Pajak.
 Aplikasi e-SPT yang dapat digunakan untuk membuat e-SPT
dapat diambil langsung di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
 SPT dan aplikasi e-SPT selain dapat diambil secara langsung
juga dapat dilakukan dengan mengunduh/ mendownload dari
situs internet Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
http://www.pajak.go.id.
 Mencetak, menggandakan, dan/ atau fotokopi sendiri selama
tidak mengubah bentuk, ukuran dan isi SPT
PENYAMPAIAN SPT

 Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan


Pajak, atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, dapat dilakukan:
 secara langsung;
 melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
 dengan cara lain.

 Cara lain meliputi:


 melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat; atau
 e-Filing melalui ASP.

 Atas penyampaian SPT secara langsung diberikan tanda


penerimaan surat dan atas penyampaian SPT melalui pos
diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.
 Bukti pengiriman surat atau tanda penerimaan surat serta
Bukti Penerimaan Elektronik menjadi bukti penerimaan
SPT.
PENANDATANGANAN SPT

SPT yang disampaikan wajib ditandatangani oleh


Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak.
Penandatanganan SPT dilakukan dengan cara:

 tanda tangan biasa;


 tanda tangan stempel; atau
 tanda tangan elektronik atau digital.
TEMPAT PEMASUKAN SPT

(Pasal 3 Undang-undang No. 28 Tahun 2007)


 Surat Pemberitahuan disampaikan ke Kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak
terdaftar atau dikukuhkan.
 Tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT

No. Jenis SPT Batas Waktu Pelaporan


Masa
1 PPh Pasal 21 Tgl 20 bulan berikut
2 PPh Pasal 23/26 Tgl 20 bulan berikut
3 PPh Pasal 25 Tgl 20 bulan berikut
4 PPN dan PPnBM-PKP Akhir bulan berikut
Tahunan
1 PPh-OP Akhir bulan ketiga setelah berakhirnya
tahun atau bagian tahun pajak
2 PPh-Badan Akhir bulan keempat setelah berakhirnya
tahun atau bagian tahun pajak
SANKSI BERKENAAN DENGAN SPT

DE N D A
IS T R ASI
ADM I N

BUNGA
SANKSI

IKA N
KE NA

PIDAN
A
DENDA ADMINISTRASI

(Pasal 7 UU Nomor 28 Tahun 2007)


• Rp. 500.000,00 untuk SPT Masa PPN;
• Rp. 100.000,00 untuk SPT Masa Lainnya;
• Rp. 1.000.000,00 untuk SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan
• Rp. 100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak Orang Pribadi
BUNGA
(Pasal 8 dan Pasal UU Nomor 28 Tahun 2007)
 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung
sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung
sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
KENAIKAN

(Pasal 13 ayat 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)

yaitu dalam hal SPT tidak disampaikan dalam


jangka waktu yang telah ditentukan dalam surat
teguran  sanksinya berupa kenaikan sebesar
50% (untuk PPh Badan/ orang pribadi), 100%
(untuk PPh Pemotongan/Pemungutan), 100%
(untuk PPN ) dari jumlah pajak yang
kurang/tidak dibayar.
SANKSI PIDANA

 Karena kealpaan, SPT Tahunan tidak disampaikan


atau disampaikan tapi isinya tidak benar, dipidana
dengan pidana kurungan paling singkat 3 bulan dan
paling lama 1 tahun dan atau denda paling sedikit 1
kali jumlah pajak terutang dan paling banyak sebesar 2
kali jumlah pajak yang terutang. (Pasal 38 UU Nomor
28 Tahun 2007)
 Karena sengaja, SPT Tahunan tidak disampaikan
atau disampaikan tapi isinya tidak benar dipidana
dengan pidana kurungan paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan atau denda paling sedikit 2
kali jumlah pajak terutang dan paling banyak sebesar 4
kali jumlah pajak yang terutang. (Pasal 39 UU Nomor
28 Tahun 2007)
JATUH TEMPO
DAN TATA CARA
PEMBAYARAN
PENGERTIAN

Jatuh tempo pembayaran adalah batas akhir


pembayaran pajak harus dilakukan. Artinya, jika
pembayaran pajak tersebut dilakukan setelah
melampaui jatuh temponya, maka wajib pajak
akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% sebulan maksimum 24 bulan.
Pajak disetor menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau sarana
administrasi lain yang disamakan
dengan SSP.
Secara umum alat pembayaran pajak dibagi
dalam jenis :
 SSP Standar;
 SSP Khusus;
 SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak Dalam Rangka Impor);
 SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang
Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan
Dalam Negeri).
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK
No. Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Pelaporan

Masa
1 PPh Pasal 21 Tgl 10 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut
2 PPh Pasal 23/26 Tgl 10 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut
3 PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut
4 PPN dan PPnBM-PKP Akhir Bulan Berikut Akhir Bulan Berikut
Tahunan
1 PPh-OP Akhir bulan ketiga setelah Akhir bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun atau berakhirnya tahun atau
bagian tahun pajak bagian tahun pajak
1 PPh-Badan Akhir bulan keempat setelah Akhir bulan keempat setelah
berakhirnya tahun atau berakhirnya tahun atau
bagian tahun pajak bagian tahun pajak
2 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal -
diterimanya SPPT
3 BPHTB Dilunasi pada saat terjadinya -
perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan
PEMINDAHBUKUAN
 Adanya kelebihan pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam
SKPLB.
 Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang yang
besarnya dinyatakan dalam SKPLB atas pajak yang seharusnya tidak
terutang.
 Adanya surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan
pembayaran pajak yaitu antara lain: surat keputusan atas permohonan
keberatan/ banding yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak.
 Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terutang dalam surat
ketetapan pajak yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak.
 Adanya pemberian bunga terhadap wajib pajak akibat keterlambatan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
 Adanya kesalahan dalam mengisi SSP baik yang menyangkut wajib pajak
sendiri maupun wajib pajak lain.
 Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari SSP menjadi
beberapa jenis pajak atau setoran dari beberapa wajib pajak.
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pada prinsipnya apabila wajib pajak kelebihan


pembayaran pajak maka wajib pajak mempunyai
hak untuk meminta pengembalian (restitusi).

Sebelum pengembalian tersebut diterima oleh


wajib pajak maka pihak fiskus akan melakukan
pemeriksaan.
JENIS-JENIS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

 Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 UU Nomor 28 Tahun 2007;
 Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17B UU Nomor 28 Tahun 2007 ;
 Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU Nomor 28 Tahun
2007 ;
 Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan
Pasal 27 UU Nomor 28 Tahun 2007;
 Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a UU Nomor
28 Tahun 2007 sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh
permohonan wajib pajak.
TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Penerbitan Surat Penerbitan Surat Penerbitan Surat


Ketetapan Pajak Dise Perintah Membayar Keputusan
tujui
Lebih Bayar Kelebihan Pajak Pemberian Imbalan
(SKPLB) (SPMKP) Bunga (2%)
Keterlambatan pengembalian
Dengan kelebihan pembayaran
Permohonan pajak
Restitusi
Keterlambatan penerbitan
SKPLB
Tanpa
Kelebihan pembayaran
Permohonan
pajak karena pengajuan
Restitusi keberatan / permohonan
banding diterima sebagian
atau seluruhnya
WP dengan
Kriteria tertentu Kelebihan pembayaran
sanksi administrasi
PENETAPAN DAN
KETETAPAN PAJAK
JENIS-JENIS PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK

 Surat Tagihan Pajak (STP)


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Semuanya mempunyai ketetapan


hukum yang penagihannya dapat
dilakukan dengan menerbitkan Surat Paksa.
SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)

 Pengertian STP

“Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan


tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda”
 Fungsi STP

 Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang


menurut SPT wajib pajak;
 Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga
atau denda;
 Sarana untuk menagih pajak.
 Sebab Dikeluarkannya STP
 Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar .
 Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat
kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah
tulis dan atau salah hitung.
 Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa
denda dan/atau bunga.
 Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
 Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi
membuat faktur pajak atau pengusaha telah dikukuhkan
sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau
tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.
 Sanksi Administrasi STP
 Sanksi administrasi berupa denda jika wajib pajak tidak atau
terlambat menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan.
 Sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak
dalam hal Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP atau Pengusaha yang tidak dikukuhkan
sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha telah
dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi
selengkapnya faktur pajak.
 Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan
sendiri SPTnya, dimana hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang
bayar.
 Sanksi administrasi berupa bunga apabila wajib pajak terlambat/ tidak
membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.
SURAT KETETAPAN PAJAK

 Pengertian SKP
 Surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Nihil;
 Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak
kewenangan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak
dilimpahkan kepada KPP;
 Surat Ketetapan Pajak timbul berdasarkan hasil
pemeriksaan.
 Jenis SKP
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR

“Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya


jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah yang masih harus dibayar”
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR

“Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah


kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang”
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL

“Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah


pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang atau tidak ada kredit
pajak”
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN

“Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan


tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan
sebelumnya”
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

 Dirjen Pajak karena jabatannya atau atas permohonan wajib pajak


dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak
benar.
 Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak diajukan
untuk suatu surat ketetapan pajak.
 Setiap permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
yang tidak benar harus menyebutkan jumlah pajak yang menurut
penghitungan WP seharusnya terutang.
 Dirjen pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan
atau pembatalan ketetapan pajak paling lama 12 bulan sejak tanggal
permohonan diterima.
 Apabila jangka waktu tersebut lewat dan Dirjen Pajak tidak memberi
suatu keputusan maka permohonan yang diajukan tersebut dianggap
diterima.
 Terhadap keputusan Dirjen Pajak yang berkaitan dengan SKP dapat
diajukan permohonan kembali kepada Dirjen Pajak paling lama 3
bulan sejak tanggal diterbitkan keputusan tersebut.
PENAGIHAN PAJAK
DASAR PENAGIHAN

Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak


adalah Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pembetulan, Surat
Ketetapan Keberatan, dan
Putusan Banding.
BUNGA PENAGIHAN

Apabila wajib pajak Kurang/ Tidak membayar tagihan


pajak pada waktunya, mengangsur atau menunda
pembayaran, maka dikenakan bunga sebesar 2 %
sebulan
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

 Pengertian

Penagihan seketika dan sekaligus adalah


penagihan yang dilakukan segera tanpa
menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran
untuk seluruh jenis pajak termasuk biaya
penagihan
Penagihan seketika dan sekaligus terhadap utang pajak berdasarkan STP,
SKPKB, SKBKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding
dilakukan dalam hal:

 Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia


untuk selama-lamanya ataupun berniat untuk itu;
 Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata
mengecilkan kegiatan perusahaannya. Atau
pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
ataupun memindahkan barang bergerak atau tidak
bergerak yang dimilikinya atau dimasukinya;
 Pembubaran badan atau niat untuk
membubarkannya, pernyataan pailit, begitu pula
dalam hal terjadi penyitaan barang bergerak
atau barang tidak bergerak milik wajib pajak
atau wakilnya.
HAK MENDAHULU PIUTANG PAJAK

Pengertian
 Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak
atas barang wajib pajak begitu pula atas barang-barang
milik wakil yang menurut peraturan perpajakan
bertanggung jawab secara pribadi dan/ atau secara renteng.

 Ketentuan tentang hak mendahulu, meliputi pokok pajak,


bunga dan denda administrasi, kenaikan, dan biaya
penagihan.
Pengecualian
Hak mendahulu lebih kuat dari segala hak lainnya kecuali
terhadap:
 Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak
maupun tidak bergerak.
 Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu
barang.
 Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena
pelelangan dan penyelesaian suatu warisan, biaya ini
didahulukan daripada gadai dan hipotek.
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

Pengertian

Piutang pajak yang dihapuskan adalah


piutang pajak yang jumlahnya masih
harus ditagih sebagaimana tercantum
dalam STP, SKPKB, SKPKBT, yang
meliputi pokok pajak, kenaikan, bunga
dan/ atau denda.
Syarat-syarat piutang pajak yang dihapuskan adalah:
 Piutang tersebut tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT;
 Sudah dilakukan upaya tindakan penagihan sampai dengan
Surat Paksa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
 Wajib pajak telah meninggal dunia dan tidak;
meninggalkan harta warisan atau tidak mempunyai ahli
waris dengan bukti surat keterangan dari instansi yang
terkait;
 Wajib pajak tidak dapat ditemukan lagi karena pindah
alamat;
 Wajib pajak tidak mempunyai kekayaan lagi;
 Penagihan pajak telah kadaluwarsa.
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Pelaksanaan penagihan pajak akan daluwarsa


dalam waktu 5 tahun sejak penerbitan ketetapan
pajak.
KEBERATAN
DAN
BANDING
SYARAT-SYARAT MENGAJUKAN KEBERATAN
a) Keberatan diajukan kepada Dirjen Pajak atas
suatu: SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN;
b) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan;
c) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan menyatakan alasan-alasan yang
jelas;
d) Keberatan diajukan dalam jangka waktu 3 bulan
sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau
pemungutan, kecuali apabila wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenui karena keadaan di luar kekuasaannya;
e) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang
diberikan Direktorat Jenderal Pajak atau
melalui pos tercatat menjadi bukti penerimaan
surat keberatan tersebut bagi kepentingan
wajib pajak;
f) Apabila diminta wajib pajak untuk keperluan
pengajuan keberatan, maka Dirjen Pajak
wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau
pemungutan pajak;
g) Pengajuan keberatan tidak menunda
kewajiban membayar pajak.
JANGKA WAKTU KEPUTUSAN KEBERATAN

Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan


sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

Keputusan Dirjen Pajak dapat berupa :


 Menerima seluruhnya;
 Menerima sebagian;
 Menolak; atau
 Menambah jumlah pajak terutang.
BANDING

 Wajib Pajak mengajukan banding hanya kepada Badan


Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) atas keberatan
yang diajukannya dalam jangka waktu 3 bulan sejak
tanggal keputusan ditetapkan;
 Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas;
 Putusan BPSP bersifat final dan tetap.
 Permohonan Banding tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
 Atas kelebihan pembayaran pajak diberikan imbalan
bunga 2% per bulan selama-lamanya 24 bulan dalam hal
keberatan banding diterima sebagian atau seluruhnya.
PEMBUKUAN
DAN
PENCATATAN
PENGERTIAN PEMBUKUAN

“Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara


teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir”
KETENTUAN POKOK PEMBUKUAN

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak Badan
di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan;
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan
adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut
ketentuan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan netto
dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto, dan wajib pajak orang pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas;
continue
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan
di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan


mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang;

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat


asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas;
Pencatatan sebagaimana tersebut di atas terdiri data
yang dikumpulkan secara teratur tentang; peredaran
atau penerimaan bruto, dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan obyek
pajak dan penghasilan yang dikenakan pajak yang
bersifat final.

Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lain


wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi wajib
pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan wajib
pajak Badan.
Wajib pajak yang tidak wajib melakukan pembukuan
dan pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi
yang tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh.

Bahasa asing yang dimaksud adalah bahasa Inggris.


PENCATATAN

o Pencatatan wajib dilakukan oleh wajib pajak


orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang
diperbolehkan menghitung Penghasilan Neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008) dan wajib pajak
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
o Pencatatan dalam suatu tahun
pajak meliputi jangka waktu 12
bulan, mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31
Desember.
o Pencatatan harus dapat menggambarkan jumlah
peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah
penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan obyek
pajak atau penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

o Bagi wajib pajak yang memiliki lebih dari satu jenis


usaha dan atau tempat usaha, pencatatan harus dapat
menggambarkan jumlah peredaran atau penerimaan
bruto dari masing-masing jenis usaha dan atau tempat
usaha yang bersangkutan.
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

“Adalah pedoman untuk


menentukan penghasilan neto
wajib pajak, karena wajib pajak
tersebut tidak wajib melakukan
pembukuan”
Wajib pajak yang boleh menggunakan norma penghitungan adalah wajib
pajak orang pribadi yang memenuhi syarat-syarat berikut:
 Peredaran bruto dalam 1 tahun tidak mencapai
Rp.4.800.000.000,00.
 Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun buku.
 Menyelenggarakan pencatatan.
 Dalam hal wajib pajak tersebut tidak
menyampaikan pemberitahuan kepada Dirjen
Pajak seperti tersebut di atas, dianggap
memilih menyelenggarakan pembukuan.
 Wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pencatatan atau
pembukuan atau tidak memperlihatkan
pencatatan atau pembukuan atau bukti-bukti
pendukungnya, maka penghasilan netonya
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto atau cara lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN PAJAK

Pengertian

Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,


mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan Pemeriksaan

 Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dalam rangka memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan
kepada wajib pajak;
 Tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Jenis Pemeriksaan Pajak
 Pemeriksaan Rutin
 Pemeriksaan Kriteria Seleksi
 Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi
 Pemeriksaan Tahun Berjalan
 Pemeriksaan Bukti Permulaan
 Pemeriksaan Lapangan
 Pemeriksaan Kantor
 Pemeriksaan Terintegrasi
Prioritas Pemeriksaan
 Pemeriksaan rutin terhadap SPT Tahunan PPh wajib
pajak orang pribadi atau Badan yang berdasarkan sistem
kriteria seleksi memperoleh skor 700 atau lebih
(menyatakan lebih bayar) dan atau SPT Masa PPh Pasal
21 yang menyatakan lebih bayar dan atau SPT Masa PPN
yang menyatakan meminta pengembalian kelebihan
pembayaran pajak;
 Pemeriksaan bukti permulaan;
 Pemeriksaan wajib pajak lokasi;
 Pemeriksaan khusus;
 Pemeriksaan rutin selain pemeriksaan rutin di poin a;
 Pemeriksaan tahun berjalan.
Ruang Lingkup Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan untuk


semua jenis pajak (all
taxes) dan satu atau
beberapa jenis pajak.

Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaan lapangan
(lengkap atau sederhana) dan
pemeriksaan kantor.
PENYIDIKAN
Pengertian

Penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
Penyidik Pajak
 Pengertian
Penyidik pajak adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang hukum acara pidana
yang berlaku
 Tugas Penyidik

Mencari serta mengumpulkan bukti


yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
 Wewenang Penyidik
1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
4. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan;
7. menyuruh berhenti dan atau melarang
seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e;
8. memotret seseorang yang berkaitan
dengan tindak pidana di bidang
perpajakan;
9. memanggil orang untuk didengar
keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
10.menghentikan penyidikan;
11.melakukan tindakan lain yang perlu
untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut
hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Kegiatan Penyidikan
1. Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan
berdasarkan surat perintah penyidikan yang ditandatangani
oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP;
2. Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-
undang hukum acara pidana yang berlaku;
3. Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti
permulaan yang sudah ada, penyidik pajak berwenang
memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat
panggilan. Dalam hal yang dipanggil tidak ada di tempat
maka surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau
ketua RT atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain
yang dapat menjamin bahwa surat panggilan tersebut akan
disampaikan kepada yang bersangkutan;
4. Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak
memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut dan
wajar atau menolak untuk menerima dan
menandatangani surat panggilan, kepadanya
diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua.
Apabila masih bersikap sama maka penyidik pajak
dapat meminta bantuan Polri untuk menghadirkan
yang bersangkutan;
5. Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus
memberitahukan kepada tersangka hak untuk
mendapatkan bantuan hukum dari penasehat
hukum serta menjelaskan apa yang disangkakan
kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yang
dimengerti;
 Apabila saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada
saat persidangan maka pemeriksaan terhadapnya
dilakukan terlebih dahulu diambil sumpahnya oleh
penyidik pajak;
 Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan
meninggalkan wilayah Indonesia maka penyidik
pajak dapat segera meminta bantuan kepada
Kejaksaan Agung untuk melakukan pencekalan;
 Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus
memperhatikan asas hukum dan norma penyidikan
yang berlaku.
 Asas-asas Hukum Penyidikan

 Asas praduga tak bersalah


 Asas persamaan di muka hukum
 Asas hak memperoleh bantuan/ penasehat
hukum
 Norma Penyidikan
a) Dalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus
berlandaskan kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana yang
berlaku;
b) Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan
meningkatkan sikap terpuji sejalan dengan tugas, fungsi,
wewenang serta tanggung jawabnya;
c) Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak daan
surat perintah penyidikan pada saat melakukan penyidikan;
d) Penyidik dapat dibantu oleh petugas pajak lain atas tanggung
jawabnya berdasarkan izin tertulis dari atasannya;
e) Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Bukti
Permulaan dan Surat Perintah Penyidikan;
f) Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat
Laporan dan Berita Acara.
 Faktor-faktor yang menghentikan penyidikan:
 tidak terdapat cukup bukti;
 peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana di
bidang perpajakan;
 peristiwanya telah daluwarsa;
 tersangka meninggal dunia;
 Perintah Jaksa Agung atas permintaan Menteri Keuangan
Untuk kepentingan penerimaan negara apabila wajib
pajak telah melunasi pajak yang tidak atau kurang
dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan,
ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
KETENTUAN
PIDANA
PIHAK-PIHAK YANG DAPAT DIPIDANA DENGAN
PIDANA PERPAJAKAN
 Berdasarkan Pasal 38, 39, dan 43 UU No. 28 Tahun 2007

 Wajib pajak;
 Wakil wajib pajak;
 Kuasa wajib pajak;
 Pegawai wajib pajak;
 Mereka yang yang menyuruh melakukan, yang turut
serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang
membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
 Berdasarkan Pasal 41 UU No. 28 Tahun 2007

 Pejabat atau petugas pajak;


 Tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak
yang memberitahukan kepada pihak lain yang
tidak berhak segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh wajib
pajak.
 Berdasarkan Pasal 41A UU No. 28 Tahun 2007

1. Bank, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Pajak,


Kantor Administrasi;
2. Pihak ketiga lainnya yang mempunyai hubungan
dengan wajib pajak yang diperiksa atau disidik,
yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan
atau bukti yang diminta;
3. Mereka yang menyuruh melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana dibidang perpajakan
 Berdasarkan Pasal 41B UU No. 28 Tahun 2007

1. Setiap orang yang dengan sengaja


menghalangi atau mempersulit penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;

2. Mereka yang menyuruh melakukan, yang


menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana dibidang perpajakan.
JENIS SANKSI PIDANA

 Pidana Penjara
karena adanya tindak pidana yang dilakukan
dengan sengaja.

 Pidana Kurungan
karena adanya tindak pidana yang dilakukan
karena kealpaan
DALUWARSA TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

Tindak pidana di bidang perpajakan tidak


dapat dituntut setelah lampau waktu 5 tahun
sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya
masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak,
berakhirnya tahun pajak.

Ketentuan ini untuk memberikan kepastian


hukum bagi wajib pajak, penuntut hukum, dan
hakim.

Batas waktu 5 tahun untuk menyesuaikan dengan


batas waktu penyimpanan dokumen.
WAKIL DAN KUASA WAJIB
PAJAK, RAHASIA JABATAN
& KEWAJIBAN PIHAK
KETIGA
WAKIL WAJIB PAJAK

Yang dapat mewakili wajib pajak dalam memenuhi hak dan


memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan :

1. Badan oleh pengurus;


2. Badan dalam pembubaran/ pailit oleh orang atau badan yang
dibebani dengan pemberesan;
3. Warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya;
4. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan oleh Wali atau pengampunya.
KUASA WAJIB PAJAK

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan
kuasa tersebut harus memenuhi persyaratan sbb:

 menyerahkan surat kuasa khusus yang asli; dan


 menguasai ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan, yaitu
apabila telah memperoleh pendidikan di bidang perpajakan yang
dibuktikan dengan memiliki:
i. brevet yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak; atau
ii. ijazah formal pendidikan di bidang perpajakan yang
diterbitkan oleh lembaga pendidikan negeri atau swasta
dengan status disamakan dengan negeri; atau
iii. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan atau tindak pidana di bidang keuangan
negara.
TANGGUNG RENTENG

Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa


Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan perubahannya bertanggungjawab
secara renteng atas pembayaran pajak,
sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti
pembayaran pajak.
RAHASIA JABATAN

Pihak-pihak yang wajib merahasiakan keadaaan wajib pajak:


 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada
pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib
pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya
untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, kecuali sebagai saksi atau
saksi ahli dalam sidang pengadilan.
 Tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pihak-pihak yang dikecualikan merahasiakan keadaan wajib pajak:
 Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam
sidang pengadilan;
 Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang memberi izin
tertulis kepada pejabat dan tenaga-tenaga ahli supaya memberikan
keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak
kepada pihak yang ditunjuknya. Dalam surat izin menteri keuangan harus
dicantumkan nama wajib pajak, nama pihak yang ditunjuk dan nama pejabat
atau ahli atau tenaga ahli yang diizinkan untuk memberi keterangan atau
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak;
 Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkara pidana atau
perdata atas permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan
Hukum Acara Perdata, Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk
meminta kepada pejabat dan tenaga ahli, bukti tertulis dan keterangan wajib
pajak yang ada padanya. Permintaan Hakim sebagaimana dimaksud, harus
menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan-keterangan
yang diminta serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang
bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut.
Pihak-pihak yang dapat diberikan keterangan oleh Pejabat dan
Tenaga Ahli yang ditunjuk:

Pihak lain yang kepadanya dapat diberikan keterangan oleh pejabat


dan tenaga ahli mengenai segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan adalah pejabat dari lembaga negara atau
instansi pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan di
bidang keuangan negara yang sedang menjalankan tugas sesuai
dengan surat tugas yang diterima dan ditunjukan kepada pejabat
atau tenaga ahli tersebut. Surat tugas ini harus menyebutkan nama
wajib pajak dan keterangan yang ingin diketahui tentang wajib pajak
yang bersangkutan.

Lembaga negara atau instansi tersebut adalah:


» Badan Pemeriksa Keuangan
» Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
KERAHASIAAN PERBANKAN

Sehubungan dengan kewajiban merahasiakan, bank mempunyai dua


kedudukan yaitu:

1. Bank sebagai wajib pajak, wajib pungut/ potong


Apabila Bank sebagai wajib pajak, wajib pungut/ potong sedang dilakukan
pemeriksaan maka berdasarkan Pasal 29 UU No 6 tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 28 tahun 2007 tentang
KUP, maka kewajiban merahasiakan sehingga dapat dijadikan alasan oleh
bank untuk tidak memperlihatkan/ meminjamkan segala macam
pembukuan/ pencatatan yang diperlukan ditiadakan.

2. Bank sebagai pihak ketiga


Apabila dalam pemeriksaan wajib pajak lain diperlukan keterangan atau
bukti-bukti dari bank maka bank harus memberikan keterangan atau bukti-
bukti tersebut atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan kepada bank
yang bersangkutan.
KEWAJIBAN PIHAK KETIGA

 Pengertian Pihak Ketiga

“Pihak ketiga adalah bank, akuntan publik, notaris,


konsultan pajak, kantor administrasi, dan pihak ketiga
lainnya, yang mempunyai hubungan dengan wajib
pajak yang diperiksa atau disidik”.
 Kewajiban Pihak Ketiga
Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan diperlukan keterangan, atau bukti
dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor
administrasi, dan pihak ketiga lainnya, yang mempunyai
hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa atau disidik,
atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-
pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti
yang diminta, meskipun pihak-pihak tersebut terikat oleh
kewajiban merahasiakan karena untuk keperluan
pemeriksaan atau penyidikan pajak, kewajiban
merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank
kewajiban merahasiakan ditiadakan atas perintah tertulis
dari Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai