Sejarah Politik Hukum Adat
Sejarah Politik Hukum Adat
HUKUM ADAT
MASA KOMPENI (VOC)
VOC mempunyai 2 sifat, yaitu : (1) saudagar/pedagang, dan (2)
badan pemerintahan dengan hak mengurus susunan rumah
tangganya sendiri.
Pada tempat pusat pemerintahan untuk segala orang golongan
bangsa apapun berlaku hukum kompeni, yaitu hukum Belanda.
Nyata bahwa hukum adat anak negeri tidak diindahkan.
Prinsip : di daerah yang dikuasai oleh VOC harus berlaku hukum
VOC baik bagi orang VOC sendiri maupun orang Indonesia serta
orang asing lainnya yang ada di daerah itu.
Prinsip tersebut pada kenyataannya tidak dapat berjalan dengan baik.
b. Konsepsi Hazairin
Pentingnya hukum Eropa dalam proses modernisasi
masyarakat, sebab hukum itulah yang merupakan jembatan bagi
bangsa dan negara Indonesia dalam hubungannya keluar;
Hukum Eropa yang berlaku tersebut harus dianggap sebagai
hukum nasional. Sebab ia berlaku atas sebagian rakyat yang
bukan hanya penduduk tetapi juga warga negara, termasuk juga
bangsa Indonesia asli;
Proses asimilasi ke arah kebudayaan dan teknik Barat tidak
dapat dihindarkan lagi. Namun dalam proses tersebut porsi
hukum adat haruslah lebih besar;
Hukum Eropa dan hukum adat itu akan dipertautkan sehingga
dibutuhkan ‘hukum lalu lintas’;
Proses pertautan tersebut dilakukan secara berangsur-angsur.
[1950]
Masa 1945-1950
Tata susunan hukum nasional tidak banyak memperoleh tanggapan dari
kalangan ilmu hukum.
Hukum adat tetap sebagai hukum golongan disamping hukum golongan
yang lain.
Hukum adat masih terbatas lingkungan kuasa berlakunya, baik personal
maupun teritorial.
Mulai 1966
Pada tahun 1965 terjadi pergeseran politik mempengaruhi cara
pandang terhadap Pancasila, UUD 1945 dan pembukaannya.
Usaha melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 sumber segala hukum adalah
Pancasila sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta
watak bangsa Indonesia.