Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 9

Fiqih Sosial, Islam, dan Tantangan Zaman


Anggota Kelompok :

1. Septiyan Riyandi Suherman 41123200172


2. Fachrul Alam 41123200133
3. Ghaezi Nur Qolbu 41123200094
4. Bagus Adi 81114205945
5. Arsyafa’at Putra H 6301420131
A. Pengertian Fikih Sosial

 Pengertian Fiqih Sosial Secara definisi fikih sosial terdiri dari dua kata yaitu
fikih dan sosial. Secara etimologi pengertian fikih adalah (1) pemahaman secara
global, (2) pemahaman secara mendetail, dan (3) kontekstualisasi maksud dari
sebuah pembicaraan.

 Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi sosial secara
leksikal adalah suka memperhatikan kepentingan umum. Dari kedua definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa pengertian fiqih sosial adalah sebuah proses dan
produk legislasi hukum syariat yang digali secara terperinci untuk kemaslahatan
atau kepentingan umum.
Contoh Pemikiran Fikih Sosial
a) Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah persoalan yang juga tidak luput dari
perhatian(Yafie, 1994). Hak hidup, mencari kerja, menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang baik, dihormati harga dirinya dan lain-lain,
merupakan hak yang tidak boleh diganggu oleh siapa pun. Dalam
memahami HAM mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
muhtaram, yaitu makhluk yang dimuliakan eksistensinya. Ia dilarang
dibunuh jika ia makhluk hidup dan dilarang merusaknya jika ia makhluk
tidak bernyawa. Manusia menurutnya berstatus ma’shum, yaitu manusia
yang terlindungi oleh hukum.
b) Pengelolaan Zakat

Salah satu ajaran Islam yang secara jelas mengarah pada nilai-nilai
sosial adalah zakat. Meskipun ajaran lain tidak berarti tiada mengandung
nilai sosial sehingga perintah mengeluarkan zakat bergandengan dengan
perintah shalat diulang sebanyak 32 kali dalam Al-qur’an(Baqi, p. 132).

Dalil yang menyatakan wajibnya zakat di antaranya terdapat dalam Quran


Surat Al Baqarah: 43, “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan
rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” Perintah zakat ini berulang di
dalam Alquran dalam berbagai ayat sampai berulang hingga 32 kali.
c) Lingkungan Hidup

Dalam membahas masalah lingkungan hidup, (Yafie, 1994) mengacu pada


QS. Al-A’raf:156 yang menjelaskan tentang rahmat Allah yang meliputi segala
sesuatu dan QS. Al-Anbiya’:107 yang menegaskan tujuan pengutusan nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ia merujuk pada batang
tubuh ajaran fikih yang meliputi empat garis besar yaitu :

(1) rub’ul ibadat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dengan khaliknya,

(2) (2) rub’ul muamalat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dalam lalu
lintas pergaulan dengan sesamanya untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari,

(3) (3) rub’ul munakahat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dengan
lingkungan keluarga,

(4) (4) rub’ul jinayat, yaitu bagian yang menata pengamanan dalam suatu tertib
pergaulan, yang menjamin keselamatan dan ketentraman dalam kehidupan.
d) Pakaian

Pakaian merupakan salah satu yang membedakan antara manusia


dengan binatang, karena manusia mengenakan pakaian sebagai pelindung
dan penutup aurat, sedang binatang tidak. Dalam Alquran, pakaian disebut
dalam beberapa terma antara lain: libas, siyab, zinah, dan riyas. Dua yang
disebutkan pertama lebih mengacu pada penutup aurat (“aurat” diartikan
dengan rus’an sebagai kehormatan, manusia lebih terhormat dari pada
binatang karena menutup aurat), sedangkan dua yang terakhir lebih pada
perhiasan (estetika).
B. Hubungan Fikih dan Aqidah Islam
Diantara keistimewaan fiqih Islam yang kita katakan sebagai hukum-
hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf– memiliki
keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun
aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan
hari akhir. Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang
dapat menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum
agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan
kerelaan. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa
terikat dengan shalat maupun puasa dan tidak memperhatikan apakah
perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang teguh dengan
hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap
Dzat yang menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.
Sumber-Sumber Fiqih Islam
Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat
sumber:
a)Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika
kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali
kepada Kitab Allah guna mencari hukumnya.
b)Hadist

Hadist sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan


hukum dari suatu permasalahan dalam Al Qur’an maka kita merujuk
kepada Hadist dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum
tersebut. Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi Saw dengan
sanad yang sahih.
c) Ijma’
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan
didalam Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang
seperti ini kita melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para
ulama muslimin, apabila sudah, maka wajib bagi kita mengambilnya dan
beramal dengannya.
d) Qiyas
Qiyas merupakan mencocokan perkara yang tidak didapatkan di
dalamnya hukum syar’i dengan perkara lain yang memiliki nash yang
sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan antara
keduanya. Pada qiyas inilah kita merujuk apabila kita tidak mendapatkan
nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al
Qur’an, sunnah maupun ijma’.
C. Tantangan Hukum Islam di Zaman Modern
1. Tantangan internal

Bila dicermati secara seksama, secara internal ada beberapa faktor yang
menjadi tantangan hukum Islam di abad modern, yaitu :

a) Hukum Islam bercampur baur dengan hukum adat setempat.

b) Hukum Islam umumnya tidak berlaku pada negara yang mayoritas


berpenduduk muslim

c) Belum munculnya kader mujtahid yang serius

d) Belum adanya kepercayaan kepada penegak hukum

e) Dunia Islam masih menganggap rendah hukum dan sarjana hukum Islam
2. Tantangan Eksternal

Ada dua real eksternal yang dihadapi hukum Islam dalam perjalanan
sejarahnya hingga saat ini.

 Pertama : Pandangan negatif dari sebagian orientasi tentang eksistensi


hukum Islam.

 kedua : munculnya berbagai masalah-masalah baru yang membutuhkan


ketetapan hukum yang cepat dan tepat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai