Anda di halaman 1dari 30

C.

MANUSIA PURBA DI
INDONESIA
Peneliti yang pertama kali menemukan fosil di
Indonesia adalah Eugene Dubois. Pada tahun 1887
ia berangkat ke Indonesia. Mula-mula ia menyelidiki
gua-gua di Sumatera Barat. Mendengar adanya
penemuan tengkorak manusia di Wajak,
Tulungagung, Kediri pada tahun 1889, ia
memindahkan kegiatannya ke pulau Jawa. Akhirnya
ia menemukan sisa manusia purba di Kedungbrubus
dan Trinil (Jawa Timur). Temuan Dubois yang
pertama diumumkan adalah fosil atap tengkorak
Pithecanthropus erectus dari Trinil (1891).
Marie Eugène François Thomas
Dubois (28 Januari 1858 – 16
Desember 1940) adalah ahli
anatomi berkebangsaan Belanda.
Lahir di Eijsden, ia menjadi
terkenal saat menemukan sisa-
sisa spesimen hominid yang
berada di luar Eropa.
1. MEGANTHROPUS
• Fosil manusia yang paling primitif yang di temukan di
Indonesia disebut Meganthropus paleojavanicus (manusia
raksasa dari Jawa).
• Meganthropus ini kemudian berevolusi menjadi
Pithecanthropus yang merupakan salah satu jenis
Australopithecus.
• Dilihat dari ukuran kepalanya volume otaknya masih kecil
sehingga kemampuan membuat alat sangat terbatas.
• Diperkirakan Meganthropus merupakan manusia tertua di
Indonesia.
• Para ahli menemukan manusia dengan jenis yang sama di
Jurang Olduvai, Afrika Timur, yang disebut Homo habilis
(hidup 1,9 juta tahun yang lalu dan mampu membuat alat).
Fragmen rahang atas
Meganthropus
paleojavanicus

Fragmen rahang bawah


Meganthropus
Paleojavanicus yang
ditemukan oleh Marks pada
1952 di Sangiran, Jawa
Tengah.

Ditemukan oleh
G.H.R. von
Koenigswald pada
tahun 1936-1941 di
Sangiran, Jawa Tengah
Gigi-gigi lepas
Meganthropus
paleojavanicus
Dr. Gustav Heinrich Ralph von
Koenigswald (lahir di Berlin, 13
November 1902 – meninggal
di Bad Homburg vor der Höhe, 10
Juli 1982 pada umur 79 tahun)
adalah paleontolog dan geolog
berkebangsaan Jerman-Belanda
yang melakukan penelitian
terhadap hominin. G.H.R. von
Koenigswald memberikan banyak
kontribusi terhadap paleontologi
selama kariernya. Penemuannya
dan penelitiannya mengenai fosil
manusia purba di Jawa dan
penelitiannya mengenai fosil
penting lainnya di Asia Tenggara
memberinya reputasi sebagai salah
satu figur paleoantropologi
terpenting abad ke-20 .
Ciri-ciri Meganthropus
Paleojavanicus

• Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang


besar dan kuat
• Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih
menyerupai kera
• Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang
mencolok
• Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
• Berperawakan tegap
• Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan
Perlu kalian ketahui!
Meganthropus adalah nama yang umum
untuk fosil-fosil geraham dan tengkorak
berukuran besar yang ditemukan di
Sangiran, Jawa Tengah. Namun, kini
nama genus Meganthropus dipandang
keliru. Para ahli kini menyebutnya
dengan Homo erectus paleojavanicus
karena dipandang masih memiliki
hubungan dengan Homo erectus.
Manusia Purba Austrolopithecus

Austrolopithecus berasal dari kata australis yang


berarti dari selatan dan pithecos yang berarti kera
(kera dari daerah selatan). Fosil
Australopithecus/Austrolopithecus pertama kali
ditemukan tahun 1924 di taung, Afrika Selatan,
oleh ahli paleontologi, Raymond Dart. Spesimen
pertama yang ditemukannya diberi nama “Anak
Taung”.
Jenis-jenis
Australopithecus africanus
spesies awal, yang hidup sekitar 2-3
juta tahun yang lalu pada era Pliosen.
Ditemukan di empat situs di Afrika
Selatan - Taung (1924), Sterkfontein
(1935), Makapansgat (1948)
dan Gladysvale (1992).

Australopithecus Afarensis
yang tinggal di Ethiopia sekitar
3,2 juta tahun lalu. Fosil
tersebut ditemukan pertama
kali pada tahun 1973 dan
dianggap sebagai spesies kera
besar tertua yang pernah
ditemukan.
2. PITHECANTHROPUS

• Fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia.


• Nama Pithecanthropus erectus menjelaskan
karakteristik utama manusia purba ini,
Pithecantropus berasal dari kata pithecos (kera),
anthropus (manusia), dan erectus (berjalan tegak).
Jadi secara harfiah berarti “manusia kera yang
berjalan tegak”.
• Hidupnya di lembah-lembah atau di kaki-kaki
pegunungan dekat perairan darat di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Fragmen atas dan tulang
belulang Pithecanthropus yang
di temukan oleh Eugene Dubois
di Desa Trinil, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur, pada tahun
1891.
Lanjutan

• Fosil jenis Pithecanthropus juga ditemukan di


darah Perning, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1936,
yang diberi nama Pithecanthropus mojokertensis.
• Di Tiongkok, ditemukan juga fosil manusia jenis
yang sama di beri nama Pithecanthropus
pekinensis (manusia peking). Sementara itu di
Eropa, jenis ini dinamakan Manusia Piltdown dan
Manusia Heidelbergensis.
Ciri-ciri Pithecanthropus

• Tinggi badan berkisar antara 165-180 cm dengan


tubuh dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak
setegap Meganthropus.
• Alat-alat pengunyah juga tidak sekuat Meganthropus,
demikian pula otot-otot tengkuk.
• Geraham besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal
serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis, dan
tonjolan belakang kepalanya nyata.
• Dagu belum ada.
• Hidung lebar.
• Perkembangan otak belum menyamai Homo.
Perkembangan kulit otak masih kurang, terutama
pada bagian-bagian yang berhubungan dengan fungsi
otak yang tinggi dam koordinasi otot yang cermat.
Oleh karena itu, muka terlihat menonjol ke depan,
dahi miring ke belakang, bagian terlebar pada
tengkorak masih terdapat di dekat dasar tengkorak
dan belakang kepalanya masih membulat.
• Volume otak berkisar 750-1300 cc.
Jenis-jenis

Pithecanthropus Pithecanthropus
soloensis mojokertensis

Pithecanthropus
erectus
3. Homo

• Homo sapiens hidup di Nusantara sekitar 40.000


tahun yang lalu.
• Homo mempunyai ciri-ciri yang lebih progresif
daripada Pithecanthropus.
• Volume otaknya bervariasi antara 1000-2000 cc.
• Badannya juga lebih tinggi antara 130-210 cm,
demikian pula berat badannya, yaitu antara 30-150
kg.
a. Homo wajakensis

• Rangka yang pertama ditemukan dekat Campurdarat,


Tulungagung, Jawa Timur oleh B.D. van Rietschoten
pada tahun 1889.
• Rangka kedua ditemukan pada tahun 1890 di tempat
yang sama dan terdiri atas fragmen-fragmen tulang
tengkorak, rahang atas dan bawah, serta tulang paha
dan tulang kering.
b. Homo soloensis

• Ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan


Sambungmacan, Sragen, oleh Ter Haar, W.F.F.
Oppenoorth, dan von Koenigswald pada tahun 1931-1933.
• Hasil temuan berupa sebelas fosil tengkorak, tulang rahang,
dan gigi.
• Saat pertama kali ditemukan fosil tersebut digolongkan
sebagai Homo sapiens dan diberi nama Homo
(Javanthropus) soloensis oleh W.F.F. Oppenoorth.
• Diperkirakan hidup sekitar 900.000-300.000 tahun yang
lalu.
• Menurut von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus.
Ciri-ciri

• Volume otak antara 1.000-1.200 cc


• Tinggi badan antara 130-210 cm
• Otot tengkuk mengalami penyusutan
• Muka tidak menonjol ke depan
• Bediri tegak dan berjalan lebih sempurna
Tengkorak atas Homo
soloensis

Hasil rekonstruksi
Homo soloensis
c. Homo floresiensis

• Homo floresiensis atau “Manusia Flores” adalah nama


yang diberikan oleh kelompok peneliti terhadap kerangka
hobbit yang ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur di
Ruteng, Manggarai, Pulau Flores pada tahun 2001. Di gua
tersebut, para peneliti menemukan serial subfosil (sisa
tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan
individu.
• Kesembilan sisa tulang menunjukkan postur paling tinggi
sepinggang manusia modern, sekitar 100 cm dengan
volume otak 380 cc. Usia kerangka ini diperkirakan berasal
dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.
• Pemberian nama hobbit karena peniliti berpendapat
bahwa Homo floresiensis bukan manusia modern,
melainkan spesies yang berbeda. Hal ini ditunjukkan
dari hasil penelitian bahwa tulang Homo floresiensis
berbeda dari tulang Homo sapiens dan Manusia
Neanderthal.
• Publikasi pada tahun 2009 memperkuat argumen
bahwa spesimen kerangka Homo floresiensis lebih
primitif daripada Homo sapiens dan berada pada
wilayah variasi Homo erectus.
Tengkorak Homo
floresiensis

Hasil rekonstruksi
Homo floresiensis
Liang Bua, gua tempat ditemukannya fosil Homo
floresiensis.
d. Homo sapiens (manusia modern)

Homo Sapiens artinya manusia cerdik. Jenis ini


sudah mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi
daripada manusia purba jenis lainnya. Homo
Sapiens yang berkembang di Indonesia
merupakan kelanjutan dari Homo Wajakensis.
Ada tiga ras pokok Homo sapiens yang sampai
sekarang masih hidup, yaitu ras Mongoloid, ras
Kaukasoid dan ras Negroid.
1. Ras Mongoloid: Ras Mongoloid mempunyai ciri
antara lain berkulit kuning dan hidup menyebar di
Asia Tengah, Asia Timur, sebagian Asia Selatan
serta Asia Tenggara.
2. Ras Kaukasoid: Mempunyai ciri antara lain
berkulit putih, behidung mancung, tubuh
jangkung serta hidup menyebar di Eropa dan Asia
kecil (Timur Tengah).
3. Ras Negroid: Mempunyai ciri antara lain berkulit
hitam, berbibir tebal, berambut keriting, dan
hidup menyebar di Afrika, Australia dan Papua.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai