Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

Vaksin Dasar
Pembimbing :
dr. Eveline Panjaitan, Sp.A

Presentan :
Nadia Sylvano 2016 061 149
Zaky Ariandy 2016 061 174
Clarissa 2017 0601 0041

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Periode 13 Agustus 2018 - 20 Oktober 2018
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Rumah Sakit Sint Carolus
Jenis Vaksin
Vaksin hidup attenuated
• masih memiliki kemampuan replikasi
• dapat berubah menjadi bentuk patogenik kembali (CVDPV dari OPV).
• virus: vaksin campak, gondongan, rubella, polio, rotavirus, demam kuning, dengue.
• bakteri: vaksin BCG.
Vaksin inactivated
• terdiri atas seluruh tubuh virus/bakteri, atau komponen dari kedua organisme
tersebut.
• dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri/ virus, kemudian dibuat tidak aktif
• membutuhkan dosis multiple
Cara Penyimpanan
• Kamar dingin (2-8°C) dan Kamar beku (-25 - -15°C), tidak boleh terkena sinar matahari
langsung
• Kapasitas 5 – 100 m3
• Harus dihubungkan pembangkit listrik secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati
• Gunakan thermostat untuk memantau suhu kamar dingin dan kamar beku
• Pintu lemari es hanya boleh dibuka 2x sehari
• Kerapatan karet pintu harus diperiksa untuk menghindari keluarnya udara dingin
• Defrost jika tebal bunga es 2-3 cm
• Susunan vaksin dalam lemari es:
• Vaksin hidup di tempat yang paling dingin
• Beri jarak 2 cm
• Bagian paling bawah, letakkan cool pack
Kualitas vaksin
• Disimpan dalam suhu 2-80C (Vaccine Vial Monitor atau free watch)
• Tidak terendam air
• Terlindung dari sinar matahari langsung
• Belum melewati tanggal kedarluwarsa
• Warna dan kejernihan vaksin
• Pemilihan vaksin
• Waktu pemberian setelah dilarutkan
Tata Cara Pemberian Imunisasi
“ The Rights of Medication Administration”
• The right patient
• The right vaccine or diluent
• The right time
• The right dosage
• The right route, needle length, and technique
• The right site
• The right documentation
Hal yang harus diperhatikan sebelum
pemberian vaksin
• Riwayat vaksinasi sebelumnya
• Apakah terdapat kontraindikasi
 Dalam kondisi sakit
 Reaksi berat atau alergi pd vaksinasi sebelumnya
 Menerima imunoglobulin/ transfusi darah 1 tahun terakhir
 Lahir preterm
 Menderita pendarahan
 Pasca splenektomi
 Hidup bersama dengan orang yang menderita
penyakit yang menurunkan kekebalan
 Memiliki alergi terhadap komponen vaksin
 Sedang menderita sakit yang menurunkan kekebalan
tubuh
 Sedang menerima obat-obatan yang menurunkan
daya tahan tubuh
 Berikan penjelasan pada orang tua
Persiapan sebelum vaksinasi
• Kit anafilaksis
• Cold chain yang baik
• Pastikan indikasi dan kontraindikasi
• Penerima vaksin dalam keadaan sehat
• Periksa kualitas vaksin yang akan diberikan
• Periksa tanggal kadaluwarsa
• Vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam semprit yang sama
• Vaksin kering dan beku harus diencerkan sesuai panduan
• Cairan pelarut harus diinjeksikan ke vial vaksin secara
perlahan untuk mencegah menggumpal
• Apakah sesuai jadwal
• Pemberian dengan teknik yang benar
• Catat imunisasi dalam rekam medis ( nomor batch, jenis
vaksin, merk dagang vaksin,
Cara Pemberian vaksin
1. Pembersihan kulit
2. Pemberian suntikan
Penyuntikan Intramuskular
• Lokasi : M. Vastus lateralis (paha anterolateral ) dan
M. deltoid (lengan atas)
• Ukuran dan panjang jarum sesuai umur
• Arah jarum 60-90O lakukan dengan cepat

• Tekan kulit sekitar


tempat suntikan
dengan ibu jari dan
telunjuk saat jarum
ditusukan
Posisi anak dan lokasi suntikan pada vastus
lateralis
• Bayi tidur terlentang atau dipangku
• Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada
lutut

• Cari trochanter mayor


femur dan condylus
lateralis, hubungkan kedua
titik, tempat penyuntikan
adalah 1 jari diatas batas
1/3 bagian atas dan tengah
garis
Posisi anak dan lokasi suntikan pada deltoid
• Anak duduk di pangkuan pengasuh
• Lengan yang akan disuntikan dipegang menempel
pada tubuh dementara lengan lainnya diletakan di
bagian belakang tubuh pengasuh

• Lokasi penyuntikan
adalah separuh antara
akromion dan insersi
padatengah humerus.
Suntikan mengarah ke
akromion
Penyuntikan subkutan
• Arah jarum 45O terhadap permukaan kulit
• Cubit tebal
• Aspirasi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
• KIPI: Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi:
• Efek vaksin (reaksi lokal, reaksi sistemik, reaksi vaksin berat)
• Kesalahan program
• Koinsidensi
• Reaksi suntikan
• Hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
• KIPI paling berat: anafilaksis
• Pada DTP: 1-3 kasus/1 juta dosis
• KIPI polio berat 1 kasus/2,4 juta dosis
• Setelah imunisasi, observasi 15 menit.
Imunisasi pada Kelompok Berisiko
• Bayi <1000 gram  imunisasi ditunda, diberikan setelah bayi 2000
gram atau berumur 2 bulan (kecuali vaksin Hepatitis B)
• Pengobatan kortikosteroid:
• Tetap diberikan pada kortikosteroid dosis kecil dan dalam jangka
waktu pendek.
• Ditunda pada kortikosteroid sistemik 2 mg/kg/hari atau
prednisone 20 mg/hari selama 14 hari.
• Diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid selesai, atau 3
bulan setelah kemoterapi selesai.
• Mendapat human Ig  imunisasi virus hidup setelah 3 bulan
pengobatan.
Rekomendasi Imunisasi untuk Pasien HIV Anak
Vaksin Asimtomatik Simtomatik Catatan
Hepatitis B Diberikan Diberikan Ada yang menganjurkan dosis x2
Polio OPV IPV
DTP Diberikan Diberikan
Hib Diberikan Diberikan
Dianjurkan untuk diberikan di Indonesia.
BCG Diberikan Tidak diberikan
Tidak diberikan pada HIV berat.
Campak Diberikan Diberikan
Tidak diberikan pada imunosupresi berat
MMR Diberikan Diberikan sel T CD4+ <15%
Varisela Diberikan Diberikan
Pneumokokus Diberikan Diberikan Diberikan secepat mungkin
Influenza Diberikan Diberikan Diberikan usia 6 bulan, diulang tiap tahun
Hepatitis B
• Pemberian vaksin sebanyak 3 dosis, akan menginduksi terbentuknya
respons protektif (anti HBs > 10 mIU/mL)
• Sediaan :
 VHB rekombinan (monovalen)
 VHB kombinasi DTP/HB/Hib, DTaP/HB/IPV, DTaP/HB/Hib/IPV, dan
HB/HA
• Indikasi :
 Semua bayi baru lahir
 Individu dengan pekerjaan yang berisiko tertular
 Karyawan di lembaga perawatan cacat mental
 Pasien hemodialisis
 Pasien koagulopati yang butuh transfusi berulang
 Serumah dengan penderita VHB ata akibat
hubungan seksual
 Pengguna obat-obat terlarang
 homoseksual
Pemberian vaksin Hepatitis B
• Minimal pemberian 3 kali ( segera-12 jam setelah lahir, usia 1 bulan,
usia 6 bulan)
• Interval antara dosis pertama dan kedua minimal 1 bulan
• Semakin panjang jarak antara dosis kedua dan ketiga (4-12 bulan)
semakin tinggi titer antibodinya
• Apabila setelah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan
dosis kedua dan dosis ketiga diberikan min 2 bulan dari imunisasi
kedua
• Apabila dosis ketiga terlambat, diberikan sesegera mungkin
• Pada anak usia 6 minggu sampai 2 tahun dapat
diberikan kombinasi vaksin HB dengan DTaP, Polio
(inactivated) dan Hib yaitu vaksin pentavalen
DTwP/HB/Hib atau DTaP/HB/Hib/IPV
• Vaksin kombinasi HA/HB dapat diberikan pada umur
18 bulan
• Pada bayi dengan ibu HBsAg (+) maka duberikan HBIg
(0.5ml) dan vaksin hep B
• Pada bayi prematur dengan ibu HBsAg (-) imunisasi
ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat
mencapai 2000 gram
Polio
• OPV: virus hidup yang dilemahkan  imunitas lokal dan humoral.
• Sekarang digunakan OPV bivalen (tipe 1, 3)
• Dosis 0,1 ml/2 tetes PO
• 0°C: stabil hingga 2 tahun
• Diberikan sebelum pulang dari RS  community effect
• IPV: virus inaktif/mati  imunitas humoral cepat.
• Sediaan: Monovalen (Imovax) dan Kombinasi (Infanrix Hib-IPV,
Pediacel, Hexaxim)
• 2-8°C: stabil hingga 2 tahun
• Indikasi:
• Bayi baru lahir
• Belum pernah imunisasi
• Kontak dengan polio
• Kontraindikasi:
• OPV: HIV simtomatik
• IPV: anafilaksis pada dosis sebelumnya; alergi neomisin,
streptomisin, polimiksin B.
• KIPI OPV:
• VAPP: risiko tinggi pada dosis 1, muncul dalam 4-30 hari
• VDPV: bisa menjadi KLB
BCG (Bacille Calmette Guerin)
• Vaksin hidup yang dibiak ulang 1-3 tahun
• Tidak boleh terkena sinar matahari
• Suhu 2-8°C
• Kering: stabil 1 tahun, dapat tahan sampai -20°C
• Terlarut: 3 jam
• Dosis 0,05 ml intrakutan di deltoid kanan atas
• Jadwal usia 1 bulan, tidak perlu booster
• >3 bulan: tes Mantoux terlebih dahulu
Indikasi KIPI
• Usia <3 bulan • BCG scar (2-3 bulan)
• Mantoux (-) • Limfadenitis (2-6 bulan)
• BCG-itis diseminata (4-6 minggu)
Kontraindikasi: • BCG accelerated
• Imunodefisiensi
• Mantoux (+)
• Infeksi kulit luas
• Hamil
Vaksin DTP
• Untuk vaksin primer terhadap difteri (alum-precipitated toxoid) yang
digabung dengan toxoid tetanus dan kuman pertussis mati
• Inaktif, toxoid Difteri + toxoid Tetanus + kuman mati Pertussis
• Dosis: 0,5 mL IM (toxoid Difteri 6,7 Lf, toxoid Tetanus 5 Lf, Pertussis
inactivated 4 unit)
• Kontraindikasi: riwayat anafilaksis, ensefalopati pada vaksin
sebelumnya
Vaksin Hib
• Dibuat dari kapsul bagian polyribosyribitol phosphate (PRP) yang
dikonjugasikan dengan protein tetanus (PRP-T)
• Diberikan sejak usia 2 bulan
• Vaksin Hib PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan
• Ulangannya diberikan 1 tahun setelah suntikan terakhir.
• Apabila suntikan pertama diberikan pada usia 6 bulan-1 tahun, 2 kali
suntikan sudah menghasilkan titer protektif , sedangkan setelah 1
tahun cukup 1 kali suntikan tanpa perlu booster
Campak
• Virus RNA hidup yang dilemahkan, dibiakkan di telur ayam.
• Sediaan monovalen, kombinasi MR, MMR, MMRV
• Bentuk bubuk kering dengan diluent akuabides 5 ml
• Dosis 0,5 ml IM/SK
• Suhu 2-8°C:
• Kering stabil hingga 2 tahun
• Terlarut terlindung dari cahaya 8 jam, jika tidak 1 jam
• Booster bulan 18, BIAS usia 6-7 tahun (kelas 1 SD)
Kontraindikasi KIPI
• Hamil • Demam (hari 5-6) selama 5 hari
• TB yang tidak diobati  kejang demam
• Imunodefisiensi • Ruam (hari 7-10) selama 2-4 hari
• Keganasan • Konjungtivitis
• Transplantasi organ • Anafilaksis (0-4 jam)
• Terapi imunosupresan • Ensefalopati (5-30 hari)
Daftar Pustaka
• Ranuh IG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko, et al. Pedoman imunisasi di Indonesia. 6th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.

Anda mungkin juga menyukai