Anda di halaman 1dari 23

PRODUK BERSAMA DAN

PRODUK SAMPINGAN
(Lanjutan)
Materi Minggu 13
III. Produk Sampingan
• Produk sampingan (by product) merupakan produk yang relative lebih kecil
apabila dibandingkan dengan nilai produk utama (main product).
• Proses produksi yang menghasilkan produk utama, pasti akan menghasilkan juga
produk sampingan.
• Produk sampingan dapat terjadi karena beberapa hal, seperti :
• Seleksi dalam proses produksi, seperti dedak pada perusahaan penggilingan
padi.
• Limbah, seperti serbuk gergaji pada perusahaan pengolahan kayu.
• Akibat adanya proses penyempurnaan bahan baku, seperti pemisahan biji
kapas dari kapas.
• Produk sampingan yang dihasilkan dapat kita jual kembali dengan dua
cara, yaitu dijual pada saat titik pisah (split off point) tanpa proses
lanjutan atau dijual setelah diproses lebih lanjut.

Penjualan Produk Sampingan :


• Terdapat dua kelompok perhitungan dan perlakuan biaya bersama ke produk
sampingan :
1. Kelompok 1 :
• Produk sampingan sebagai bagian yang tidak penting
• Tidak ada biaya bersama yang dialokasikan
• Pendapatan dari produk sampingan akan menambah pendapatan produk utama atau
mengurangi biaya produksi bersama
2. Kelompok 2 :
• Biaya bersama dialokasikan ke produk sampingan

• Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan harga pokok produk sampingan :
1. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
2. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
3. Metode Sebagian Biaya Bersama Dialokasikan ke Produk Sampingan
Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Hasil penjualan produk sampingan dalam perhitungan laba rugi akan
diperlakukan sebagai :
a. Pendapatan lain-lain
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
Contoh 7 :
Suatu perusahaan menghasilkan suatu produk dimana unit yang
diproduksi sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga jual
perunit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit Rp 5.500.
Penjualan produk sampingan sebesar Rp 5.000.000. Biaya penjualan
dan administrasi produk utama sebesar Rp 6.000.000
a. Pendapatan lain-lain
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
HPP (10.000 unit x Rp 5.500) = (55.000.000)
Laba Kotor = Rp 45.000.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pendapatan lain2 = Rp 39.000.000
Penjualan Produk Sampingan = 5.000.000
Laba Bersih setelah Pendapatan lain2 = Rp 44.000.000
b. Hasil penjualan tambahan
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
Penjualan Produk Sampingan = 5.000.000
Total Penjualan = Rp 105.000.000
HPP (10.000 unit x Rp 5.500) = (55.000.000)
Laba Kotor = Rp 50.000.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih = Rp 44.000.000
c. Pengurang total biaya produksi utama
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
Harga Pokok Penjualan :
• Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) = 55.000.000
• Penjualan Produk Sampingan = (5.000.000)
= (50.000.000)
Laba Kotor = Rp 50.000.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih = Rp 44.000.000
Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
Hasil penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya
pemasaran dan administrasi serta biaya pemrosesan lanjutan, dalam
perhitungan laba rugi akan diperlakukan sebagai :
a. Pendapatan lain-lain
b. Hasil penjualan tambahan
c. Pengurang total biaya produksi utama
Contoh 8 :
Suatu perusahaan menghasilkan suatu produk dimana unit yang
diproduksi sama dengan unit yang dijual yaitu 10.000 unit. Harga jual
perunit adalah Rp 10.000 dan biaya produksi per unit Rp 5.500.
Penjualan produk sampingan sebesar Rp 5.000.000 dan membutuhkan
biaya proses lanjutan sebesar Rp 500.000. Biaya penjualan dan
administrasi produk utama sebesar Rp 6.000.000 dan produk
sampingan sebesar Rp 200.000
Penjualan Produk Sampingan = Rp 5.000.000
Biaya Proses Lanjutan = Rp 500.000
Biaya Penjualan dan Adm = 200.000
= Rp (700.000)
Penjualan Produk Sampingan Bersih = Rp 4.300.000
a. Pendapatan lain-lain
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
HPP (10.000 unit x Rp 5.500) = (55.000.000)
Laba Kotor = Rp 45.000.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih Sebelum Pendapatan lain2 = Rp 39.000.000
Penjualan Produk Sampingan = 4.300.000
Laba Bersih setelah Pendapatan lain2 = Rp 43.300.000
b. Hasil penjualan tambahan
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
Penjualan Produk Sampingan = 4.300.000
Total Penjualan = Rp 104.300.000
HPP (10.000 unit x Rp 5.500) = (55.000.000)
Laba Kotor = Rp 49.300.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih = Rp 43.300.000
c. Pengurang total biaya produksi utama
Penjualan (10.000 unit x Rp 10.000) = Rp 100.000.000
Harga Pokok Penjualan :
• Biaya Produksi (10.000 unit x Rp 5.500) = 55.000.000
• Penjualan Produk Sampingan = (4.300.000)
= (50.700.000)
Laba Kotor = Rp 49.300.000
Biaya Penjualan dan Administrasi = (6.000.000)
Laba Bersih = Rp 43.300.000
Metode Sebagian Biaya Bersama
Dialokasikan ke Produk Sampingan.
Terdapat dua metode dalam kelompok ini, yaitu :
1. Metode biaya pengganti (replacement cost)
Pada metode ini, produk sampingan tidak dijual ke pasar, tetapi digunakan lagi
sebagai bahan baku untuk membuat produk lain dalam satu perusahaan.
2. Metode nilai pasar (reversal cost)
• Pada metode ini, produk sampingan mendapat alokasi harga pokok produksi
sebelum dipisahkan dari produk utama.
• Alokasi harga pokok produksi yang diterima adalah sebesar taksiran dari nilai
jual semua produk sampingan dikurangi dengan taksiran laba kotor, biaya
proses lanjutan serta biaya penjualan dan administrasi dari produk sampingan.
1. Metode biaya pengganti (Replacement
Cost)
Contoh 9 :
Pabrik XYZ menghasilkan produk X sebagai produk utama dan menghasilkan
produk Xi sebagai produk sampingan. Pada bulan Maret 2021 dihasilkan
produk X sebanyak 20.000 unit dan Xi sebanyak 100 kg. Biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memproduksi produk utama adalah :
 Bahan baku Rp 20.000.000
 Tenaga kerja Rp 15.000.000
 B O P Rp 10.000.000
Produk Xi digunakan oleh perusahaan untuk membuat produk Y, harga
pokok Xi di pasaran adalah Rp 3.000 / kg
Harga Pokok Produk Sampingan (Xi) = 100 kg x Rp 3.000
= Rp 300.000

Biaya Bahan Baku = Rp 20.000.000


Biaya Tenaga Kerja = 15.000.000
BOP = 10.000.000
Biaya Produksi = Rp 45.000.000
Harga Pokok Pengganti = (300.000)
Harga Pokok Produksi Produk Utama = Rp 44.700.000
2. Metode nilai pasar (Reversal Cost)
Contoh 10 :
CV Laris memproduksi satu jenis produk utama S dan satu produk
sampingan yaitu Sx. Untuk menghasilkan kedua produk tersebut,
diperlukan biaya bersama sebesar Rp 15.000.000. CV Laris menetapkan
taksiran laba kotor dari produk sampingan adalah 20%. Data-data yang
berhubungan dengan produksi kedua produk tersebut adalah sebagai
berikut :
Produk S Produk Sx
Unit Produksi 50.000 unit 6.850 unit
Penjualan Rp 40.000.000 Rp 2.000.000
Biaya Proses Lanjutan Rp 11.170.000 Rp 200.000
Biaya Penjualan & Adm Rp 3.700.000 Rp 230.000
Biaya Bersama untuk Produk Utama dan
Produk Sampingan :
Biaya Bersama untuk Produk Sampingan :
Penjualan Produk Sampingan = Rp 2.000.000
Taksiran Laba kotor (20%) = (400.000)
Taksiran Harga Pokok = Rp 1.600.000
Taksiran Biaya Proses Lanjutan = Rp 200.000
Taksiran Biaya Penjualan & Adm = 230.000
= (430.000)
Taksiran Biaya Produk Sampingan = Rp 1.170.000
Biaya Bersama untuk Produk Utama :
Biaya Bersama = Rp 15.000.000
Taksiran Biaya Produk Sampingan = (1.170.000)
Biaya Bersama Produk Utama = Rp 13.830.000
Biaya Produksi per Unit :
Biaya Produksi per unit Produk Utama :
Produk Utama (S) = (13.830.000 + 11.170.000) / 50.000 unit
= 25.000.000 / 50.000 unit
= Rp 500

Biaya Produksi per unit Produk Sampingan :


Produk Sampingan (Sx) = (1.170.000 + 200.000) / 6.850 unit
= 1.370.000 / 6.850 unit
= Rp 200
CV Laris
Laporan Laba Rugi

Produk Utama S Produk Sampingan Sx


Penjualan Rp 40.000.000 Rp 2.000.000
Harga Pokok Penjualan :
• Alokasi Biaya Bersama Rp 13.830.000 Rp 1.170.000
• Biaya Proses Lanjutan 11.170.000 200.000
(25.000.000) (1.370.000)
Laba Kotor Rp 15.000.000 Rp 630.000
Biaya Penjualan & Adm (3.700.000) (230.000)
Laba Bersih Rp 11.300.000 Rp 400.000

Anda mungkin juga menyukai