Anda di halaman 1dari 37

SISTEM BIAYA

STANDAR
Materi Minggu 14
I. Pendahuluan
• Perusahaan perlu mendorong peningkatan kinerja perusahaan.
• Kinerja perusahaan dapat meningkat dengan menerapkan
pengendalian biaya.
• Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan menentukan biaya
standar yang dapat dijadikan sebagai pedoman.
• Biaya standar dapat digunakan untuk mengendalikan dan
mengevaluasi kinerja manager, dengan cara membandingkan antara
realisasi biaya dengan biaya standarnya.
II. Pengertian Biaya Standar
• Biaya Standar merupakan biaya yang ditentukan dimuka untuk
mengukur satu satuan produk berdasarkan pengalaman masa lalu
yang akan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi.
• Biaya yang ditentukan dimuka merupakan pedoman dalam
pengeluaran biaya yang sesungguhnya terjadi (biaya aktual).
• Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka
yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi
yang mendasari penentuannya tidak berubah.
III. Sistem Biaya Standar
• Sistem Biaya Standar merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang
mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga manajemen
dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya
menyimpang dari biaya standar yang telah ditentukan.
• Sistem ini mencatat biaya yang seharusnya dikeluarkan dan biaya yang
sesungguhnya terjadi, menyajikan perbandingan antara biaya standar
dan biaya sesungguhnya, serta menyajikan analisis penyimpangan
biaya sesungguhnya dari biaya standar,
Salah satu standar dalam sistem biaya standar adalah standar biaya
produksi, yang terdiri dari :
1. Standar Biaya Bahan Baku
2. Standar Biaya Tenaga Kerja
3. Standar Biaya Overhead Pabrik
1. Standar Biaya Bahan Baku
Standar biaya bahan baku terdiri dari :
1. Standar kuantitas bahan baku, yang dapat ditentukan dengan menggunakan :
a. Penyelidikan teknis
b. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
1. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau
pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.
2. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan
pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.
3. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan
pekerjaan yang paling baik.
2. Standar harga bahan baku.
• Harga standar ini pada umumnya ditentukan dari daftar harga
pemasok, katalog atau informasi yang tersedia yang berhubungan
dengan kemungkinan perubahan harga tersebut di masa depan.
• Jika biaya angkut dibebankan kepada bahan baku, maka biaya
standar harus juga memperhitungkan biaya tersebut. Demikian
juga potongan pembelian yang akan diperoleh, harus dikurangkan
dari penetapan harga standar.
2. Standar Biaya Tenaga Kerja
Standar biaya tenaga kerja terdiri dari :
1. Standar jam kerja.
Penetapan standar jam kerja bisa berdasarkan pada pengalaman di masa
lalu, hasil studi banding dengan kegiatan sejenis atau berdasarkan
penelitian.
2. Standar tarif tenaga kerja.
Standar tarif upah tenaga kerja dapat ditentukan atas dasar :
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan
b. Data upah masa lalu.
c. Penghitungan tarif upah tenaga kerja dalam keadaan operasi normal.
3. Standar Biaya Overhead Pabrik
• Tarif BOP standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead
yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.
• Agar tarif BOP standar ini dapat bermanfaat untuk pengendalian
biaya, maka tarif ini harus dipisahkan ke dalam BOP Tetap dan BOP
Variabel.
IV. Analisis Penyimpangan Biaya
Sesungguhnya dari Biaya Standar
• Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan
selisih (variance).
• Apabila Biaya Standar > Biaya Sesungguhnya, maka akan
Menguntungkan (M) atau Favorable (F).
• Apabila Biaya Standar < Biaya Sesungguhnya, maka akan Tidak
Menguntungkan (TM) atau Unfavorable (UF).
1. Analisis Penyimpangan Biaya Bahan
Baku
Penyimpangan bahan baku akan mengukur penyimpangan antara biaya
aktual bahan baku dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat
aktivitas aktual.
Penyimpangan bahan baku dapat berasal dari :
1. Penyimpangan harga bahan baku (material price variance)
2. Penyimpangan penggunaan bahan baku (material usage variance)
Penyimpangan harga bahan baku (material price variance) mengukur
perbedaan berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang
secara aktual dibayar.
Rumus perhitungan selisih adalah sebagai berikut :
SH = (HSt – HS) x KS

SH = Selisih harga
HSt = Harga Standar
HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kuantitas Sesungguhnya
Penyimpangan penggunaan bahan baku (material usage variance) mengukur
perbedaan antara kuantitas bahan baku sesungguhnya yang digunakan dengan
kuantitas bahan baku yang seharusnya digunakan.
Rumus perhitungan selisih adalah sebagai berikut :
SK = (KSt – KS) x HSt

SK = Selisih kuantitas
KSt = Kuantitas Standar
KS = Kuantitas Sesungguhnya
HSt = Harga Standar
Total penyimpangan biaya bahan baku merupakan penjumlahan dari
penyimpangan harga bahan baku dan penyimpangan penggunaan
bahan baku.
Total Selisih = Selisih Harga + Selisih Kuantitas
Contoh 1 :
Perusahaan “X” menetapkan standar bahwa untuk memproduksi satu
unit produk jadi diperlukan 100 kg bahan baku dengan harga standar
Rp 500,. Pada kenyataannya, untuk membuat satu unit produk jadi
diperlukan 90 kg bahan baku dengan harga Rp 550,-
Selama bulan Januari 2021, perusahaan memproduksi 1.000 unit
produk jadi.
Hitunglah penyimpangan harga bahan baku, penyimpangan
penggunaan bahan baku dan total penyimpangan biaya bahan baku
untuk Perusahaan “X”
Penyimpangan harga bahan baku :
HSt = Rp 500
HS = Rp 550
KS = 1.000 unit x 90 kg = 90.000 kg

SH = (HSt – HS) x KS
= (500 – 550) x 90.000
= Rp 4.500.000 (UF)
Penyimpangan penggunaan bahan baku :
KSt = 1.000 unit x 100 kg = 100.000 kg
KS = 1.000 unit x 90 kg = 90.000 kg
HSt = Rp 500

SK = (KSt – KS) x HSt


= (100.000 – 90.000) x 500
= 5.000.000 (F)
Total Selisih = Selisih Harga + Selisih Kuantitas
= 4.500.000 (UF) + 5.000.000 (F)
= 500.000 (F)
2. Analisis Penyimpangan Biaya Tenaga
Kerja
Penyimpangan biaya tenaga kerja akan mengukur penyimpangan antara
biaya aktual tenaga kerja dengan biaya yang dianggarkan untuk tingkat
aktivitas aktual.
Penyimpangan biaya tenaga kerja dapat berasal dari :
1. Penyimpangan tarif tenaga kerja (labor rate variance)
2. Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance)
Penyimpangan tarif tenaga kerja (labor rate variance) mengukur perbedaan
berapa yang harus dibayar untuk tenaga kerja dan berapa yang secara aktual
dibayarkan.
Rumus perhitungan selisih adalah sebagai berikut :
STU = (TUSt – TUS) x JKS

STU = Selisih Tarif Upah


TUSt = Tarif Upah Standar
TUS = Tarif Upah Sesungguhnya
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance) mengukur
perbedaan antara jam tenaga kerja sesungguhnya yang digunakan dengan jam
tenaga kerja yang seharusnya.
Rumus perhitungan selisih adalah sebagai berikut :
SEU = (JKSt – JKS) x TUSt

SEU = Selisih Efisiensi Upah


JKSt = Jam Kerja Standar
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
TUSt = Tarif upah Standar
Total penyimpangan biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari
penyimpangan tarif upah dan penyimpangan efisiensi tenaga kerja.
Total Selisih = Selisih Tarif upah + Selisih Efisiensi Upah
Contoh 2 :
Perusahaan “X” menetapkan standar bahwa untuk memproduksi satu
unit produk jadi diperlukan 1 jam tenaga kerja dengan tarif Rp 10 per
jam. Pada kenyataannya, untuk membuat satu unit produk jadi
diperlukan 2 jam tenaga kerja dengan tarif Rp 20 per jam.
Hitunglah penyimpangan tarif upah tenaga kerja , penyimpangan
efisiensi tenaga kerja dan total penyimpangan biaya tenaga kerja untuk
Perusahaan “X”
Penyimpangan tarif upah tenaga kerja :
TUSt = Rp 10
TUS = Rp 20
JKS = 1.000 unit x 2 jam = 2.000 jam

STU = (TUSt – TUS) x JKS


= (10 – 20) x 2.000
= 20.000 (UF)
Penyimpangan efisiensi tenaga kerja :
JKSt = 1.000 unit x 1 jam = 1.000 jam
JKS = 1.000 unit x 2 jam = 2.000 jam
TUSt = Rp 10

SEU = (JKSt – JKS) x TUSt


= (1.000 – 2.000) x 10
= 10.000 (UF)
Total Selisih = Selisih Tarif upah + Selisih Efisiensi Upah
= 20.000 (UF) + 10.000 (UF)
= 30.000 (UF)
3. Analisis Penyimpangan BOP
Perhitungan tarif BOP adalah menggunakan kapasitas normal, sedangkan
pembebanan BOP kepada produk menggunakan kapasitas sesungguhnya yang dicapai.
Dalam sistem biaya standar, analisis selisih BOP dipengaruhi pula oleh kapasitas
standar.
Penyimpangan BOP dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa model analisis,
yaitu :
1. Metode Satu Selisih
Selisih BOP dihitung dengan cara mengurangi BOP tarif standar pada kapasitas
standar dengan BOP sesungguhnya.
2. Metode Dua Selisih
Pada metode ini, penyimpangan BOP dibedakan atas penyimpangan terkendali
(controllable variance) dan penyimpangan volume (volume variance).
3. Metode Tiga Selisih
Pada metode ini, penyimpangan BOP dibedakan atas penyimpangan
pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance), penyimpangan efisiensi
(efficiency variance) dan penyimpangan kapasitas menganggur (idle capacity
variance)
4. Metode Empat Selisih
Pada metode ini, penyimpangan BOP dibedakan atas penyimpangan
pengeluaran/ anggaran (spending/ budget variance), penyimpangan efisiensi
BOP variabel, penyimpangan efisiensi BOP tetap dan penyimpangan kapasitas
menganggur (idle capacity variance)
Contoh 3 :
Data-data kegiatan suatu perusahaan untuk dianalisis adalah sebagai
berikut :
• Jam tenaga kerja sesungguhnya 5.000 jam
• Jam tenaga kerja standar 5.200 jam
• Kapasitas normal 6.000 jam
• BOP sesungguhnya Rp 29.500.000
• BOP yang dianggarkan :
 BOP Variabel Rp 12.000.000
 BOP Tetap Rp 18.000.000
Tarif BOP Variabel yang dianggarkan = Rp 12.000.000 : 6.000 jam
= Rp 2.000 / jam

Tarif BOP Tetap yang dianggarkan = Rp 18.000.000 : 6.000 jam


= Rp 3.000 / jam

Total tarif BOP yang dianggarkan = Rp 5.000 / jam


Metode Satu Selisih
BOP Sesungguhnya Rp 29.500.000
BOP yang dibebankan (5.200 jam x Rp 5.000) Rp 26.000.000
Selisih total BOP Rp 3.500.000 (UF)
Metode Dua Selisih
1. Penyimpangan Terkendali :
BOP Sesungguhnya Rp 29.500.000
Anggaran BOP pada jam standar :
• BOP Tetap Rp 18.000.000
• BOP Variabel (5.200 jam x Rp 2.000) Rp 10.400.000
Rp 28.400.000
Penyimpangan Terkendali Rp 1.100.000 (UF)
2. Penyimpangan Volume :
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 6.000 jam
Jam tenaga kerja standar 5.200 jam
Selisih volume 800 jam

Penyimpangan Volume = Selisih volume x Tarif BOP Tetap


= 800 jam x Rp 3.000
= Rp 2.400.000 (UF)
Metode Tiga Selisih
1. Penyimpangan Pengeluaran :
BOP Sesungguhnya Rp 29.500.000
Anggaran BOP pada jam sesungguhnya :
• BOP Tetap Rp 18.000.000
• BOP Variabel (5.000 jam x Rp 2.000) Rp 10.000.000
Rp 28.000.000
Penyimpangan pengeluaran Rp 1.500.000 (UF)
2. Penyimpangan Efisiensi :
Jam tenaga kerja standar 5.200 jam
Jam tenaga kerja sesungguhnya 5.000 jam
Selisih efisiensi 200 jam

Penyimpangan efisiensi = Selisih efisiensi x Tarif BOP


= 200 jam x Rp 5.000
= Rp 1.000.000 (F)
3. Penyimpangan Kapasitas Menganggur :
Kapasitas Normal 6.000 jam
Jam tenaga kerja sesungguhnya 5.000 jam
Kapasitas menganggur 1.000 jam

Penyimpangan Kapasitas = Kapasitas Menganggur x Tarif BOP Tetap


= 1.000 jam x Rp 3.000
= Rp 3.000.000 (UF)
Metode Empat Selisih
Penyimpangan pengeluaran Rp 1.500.000 (UF)
Penyimpangan efisiensi :
• BOP Variabel (200 jam x Rp 2.000) Rp 400.000
• BOP Tetap (200 jam x Rp 3.000) Rp 600.000
Rp 1.000.000 (F)
Penyimpangan Kapasitas Rp 3.000.000 (UF)
Total Penyimpangan BOP Rp 3.500.000 (UF)

Anda mungkin juga menyukai