Anda di halaman 1dari 20

Laporan Inovasi

KLOMPOK :
Okta Indra Prasetyo 2008071
Siti Marfuah 2008082
Wahyu Zaintika Eka Apriliani 2008095
Wanda Ardila 2008096
Wangsit Agung P 2008097
PENDAHULUAN
Demam merupakan salah satu pertahanan tubuh terhadap
infeksi alami bakteri dan virus yang tidak dapat hidup pada suhu
yang lebih tinggi. Kejadian Demam Berdarah Dengue di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2017 adalah 21,68 per 100.000 penduduk.
Kabupaten Semarang memperoleh data 23,65% kejadian Demam
Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Tengah. Angka kematian
akibat demam berdarah di Kabupaten Semarang sebesar 0,8%
dari angka kematian di Provinsi Jawa Tengah.
Demam memerlukan perawatan lebih lanjut, yaitu dengan
menjaga agar demam yang terjadi tidak meningkat, sehingga
kemungkinan anak mengalami kejang demam dan dehidrasi
dapat dihindari. Terapi non farmakologi untuk demam
menggunakan metode yang meningkatkan pengeluaran panas
melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi. Secara
tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid water
sponge, yaitu dengan menggunakan air hangat (Perry &
Potter,2010).
ANALISA JURNAL
 Primary Jurnal

NO KOMPONEN ISI

1 Peneliti Peneliti : Emy Mulyani, Nur Eni Lestari

dan tahun Tahun Penelitian : 2020

penelitian
Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan
2 Judul
Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus
Yang melatar belakangi penelitian ini adalah adanya data dari Riset
3 Latar belakang /
Kesehatan Dasar Masalah demam sudah menjadi fokus perhatian
alasan diteliti
tersendiri pada berbagai profesi kesehatan
baik itu dokter, perawat, dan bidan. Bagi profesi perawat masalah
gangguan suhu tubuh atau
perubahan suhu tubuh termasuk demam sudah dirumuskan secara jelas
pada North Nursing
Association (Sodikin, 2012). Demam dapat didefinisikan dengan suatu
keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Pada anak yang mengalami
peningkatan suhu ringan yaitu kisaran 37,5ºC-38°C (Sodikin, 2012).
Demam dapat membahayakan apabila timbul peningkatan suhu yang
tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani bisa
menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan
syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar
(Marcdante dkk., 2014).
Untuk mengetahui efektifitas TWS sebagai intervensi dalam
4 Tujuan
pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
Penelitian
hipertermia. Desain yang digunakan adalah studi kasus pada 2 kasus
anak dengan masalah hipertermia. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tindakan TWS mampu mengatasi masalah hipertermia pada
anak. Hasil ini diharapkan dapat menjadi studi kasus manajemen
hipertermia pada anak yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
penelitian dan landasan manajemen hipertermia pada anak.

Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat sakit.
5 Tinjauan
Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan
Pustaka
sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka
mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai
dengan usianya.
Dengan demikian, apabila anak sakit akan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, dan
spiritual (Supartini, 2012). Masalah kesehatan yang sering
ditemukan dan sering menjadi keluhan oleh orangtua mulai dipraktik
dokter sampai dengan unit gawat darurat (UGD) pada anak adalah
demam yang meliputi 10-30 % dari jumlah kunjungan (Kania,
2007).
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada 2 kasus anak dengan
6 Metode Penelitian
masalah
hipertermia. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap anak RS PMI Bogor.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai dengan April 2019.
Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang dirawat dengan diagnosis medis
DHF yang mengalami masalah keperawatan hipertermia.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat catatan medis dan catatan
keperawatan pasien yang mendapat intervensi TWS serta dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan observasi langsung terhadap pasien tersebut.
Pemberian TWS dilakukan sesuai dengan prosedur operasional pemberian
TWS.
TWS diberikan 20-30 menit setelah diberikan antipiretik. Evaluasi efek TWS
terhadap masalah keperawatan hipertemia pada anak dilakukan setelah
dilakukan tindakan tepid water sponge pada 20 –30 menit setelah pemberian
antpiretik. Evaluasi ini dilakukan melalui wawancara terhadap orangtua dan
pasien langsung. Analisis terhadap masalah hipertermia dilakukan dengan
mengidentifikasi peningkatan suhu tubuh tubuh, perubahan warna kulit dan
adanya tanda gejala dehidrasi.
 Kasus 1, An. SL, Pasien yang pertama bernama An. SL, usia 10 Tahun,
7 Hasil dan
berjenis kelamin
kesimpulan
perempuan. Pasien masuk rawat di RS pada tanggal 11 Maret 2019 jam
10.00 wib, dan pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2019 jam
14.30 wib. Diagnosis medis saat masuk adalah DHF.
Keluhan utama pasien saat dikaji adalah demam, ibu pasien mengatakan
pasien demam sejak hari Jumat sore setelah pasien pulang sekolah.
Pasien mengeluh mual dan sempat muntah-muntah
sebanyak 5 kali. Pasien juga mengeluh sakit di ulu hati. Badan badan juga
terasa ngilu. Akhirnya pasien dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarga.
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Salak pada saat pasien berusia 3
tahun karena Diare.
 Pada pengkajian klien pertama dan kedua didapatkan adanya peningkatan
suhu tubuh dan masalah keperawatan hipertermia. Intervensi keperawatan
mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat salah satunya yaitu dengan
memberikan tepid water sponge. Pada dua klien yang dilakukan teknik
tepid water sponge terbukti dapat menurunkan demam. Terdapat
perbedaan penurunan suhu tubuh.
8 Saran - Pemberian terapi tepid water sponge akan memotivasi klien untuk

lebih berperan aktif berpikir dan berlatih terhadap terapi yang di

ajarkan.

Secondary Jurnal

n KOMPONEN ISI

1 Peneliti dan Peneliti : Aryanti Wardiyah1, Setiawati2, Umi Romayati1

tahun Tahun Penelitian : 2016

penelitian

Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge


2 Judul
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam
Di Ruang Alamanda Rsud Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
Yang melatar belakangi penelitian ini adalah adanya data dari Riset
3 Latar belakang /
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di
alasan diteliti
seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap
tahunnya (Setyowati, 2013).
Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar
19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam. Penelitian
oleh Jalil, Jumah, & Al-Baghli (2007) di Kuwait menunjukkan bahwa
sebagian besar anak usia tiga bulan sampai 36 bulan mengalami serangan
demam rata- rata enam kali pertahunnya (Setiawati,2009).

Untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan


4 Tujuan
tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak
Penelitian
yang mengalami demam diruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2015.
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
5 Tinjauan Pustaka
akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus (Sodikin, 2012).
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada
pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit –penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang
system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.

Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan rancangan penelitian


6 Metode
pre test and post test designs with two comparison treatments. Pada
Penelitian
rancangan ini, kedua kelompok diberikan perlakuan dan peneliti mengukur
suhu tubuh sebelum pemberian perlakuan (pre test), dan setelah pemberian
perlakuan (post test).
7
Hasil penelitian ini menunjukkan Tepid sponge lebih efektif menurunkan
Hasil dan
suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres hangat
kesimpulan
disebabkan adanya seka tubuh pada tepid sponge yang akan mempercepat
vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi
panas dari kulit kelingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil
yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan dari stimulasi
hipotalamus.
Perbedaan luas rasio body surface area dengan jumlah luas washlap yang
kontak dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara terknik kompres
hangat dan tepid sponge akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap
percepatan penurunan suhu responden pada kedua kelompok perlakuan
tersebut.
Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia yaitu usia
satu tahun sebanyak satu anak (3,3%), dua tahun sembilan anak (30%),
tiga tahun tujuh anak (23,3%), empat tahun Sembilan anak (30%), dan
lima tahun empat anak (13,3%).
2. Rerata suhu tubuh anak sebelum dilakukan pemberian kompres hangat
adalah 38,5°C.
3. Rerata suhu tubuh anak sesudah dilakukan pemberian kompres hangat
adalah 38,0°C.
Diharapkan dapat menerapkan water tapid sponge untuk intervensi
8 Saran
keperawatan non farmakologi
PEMBAHASAAN TERAPI WATER TAPID SPONGE

A. Pengertian
Tepid sponge adalah suatu prosedur yang diberikan kepada pasien
untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh melalui evaporasi dan
konduksi dengan menggunakan air hangat. Suhu air yang digunakan untuk
tepid sponge adalah 26 - 32°C .
B. Tujuan
Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu
tubuh pada pasien yang mengalami hipertermia (Hidayati, et al, 2014).
Manfaat tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang
mengalami demam, memberikan rasa nyaman, dan mengurangi nyeri yang
diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam (Hamid, 2011).
C. Mekanisme Tepid sponge
Dengan adanya tepid sponge dapat mendorong darah ke
permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar.
Ketika suhu tubuh meningkat dan dilakukan tepid sponge,
hipotalamus anterior memberi sinyal pada kelenjar keringat untuk
melepaskan keringat. Sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh
mencapai keadaan normal kembali (Maharani, 2011).
Tepid sponge efektif menurunkan suhu tubuh anak dengan
demam disebabkan adanya seka tubuh pada tepid sponge yang akan
mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh
tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit kelingkungan sekitar akan
lebih cepat.
D. Prosedur Pelaksanaan Tepid Sponge
Prosedur pelaksanaan tepid sponge (Maharani, 2011) :

 Persiapan
1. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara
tepid sponge.
2. Persiapan alat meliputi baskom untuk tempat air hangat
(35°C), lap mandi/wash lap 6 buah, handuk mandi 2 buah,
handuk good morning 2 buah, handscoon, termometer suhu
tubuh, termometer air, dan buku catatan.
 Prosedur Pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan
tindakan tepid sponge.
3. Ukur suhu tubuh klien dan catat pada buku catatan. Catat waktu
pengukuran suhu tubuh pada klien.
4. Buka seluruh pakaian klien dan alasi klien dengan handuk mandi.
5. Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan
wash lap atau lap mandi. Letakkan wash lap di dahi klien,
aksila,
dan lipatan paha.
6. Mengelap bagian ekstremitas, punggung, dan bokong dengan
tekanan lembut yang lama, lap seluruh tubuh, lap tubuh klien
selama 15 menit. Pertahankan suhu air (35°C).
7. Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan
air hangat lalu ulangi prosedur yang sama.
8. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau
segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti
klien dengan handuk mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju
yang tipis dan mudah menyerap keringat.
9. Rapikan alat dan kemudian cuci tangan.
10. Catat suhu tubuh klien sebelum dilakukan tindakan tepid water
sponge, kemudian lakukan pegukuran kembali suhu tubuh klien 15
menit setelah dilakukan tindakan tepid water sponge.
SIMPULAN
Tepid sponge efektif menurunkan suhu tubuh anak dengan
demam disebabkan adanya seka tubuh pada tepid sponge
yang akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah
perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit
kelingkungan sekitar akan lebih cepat dan Tepid sponge
dapat mendorong darah ke permukaan tubuh sehingga darah
dapat mengalir dengan lancar. Ketika suhu tubuh meningkat
dan dilakukan tepid sponge, hipotalamus anterior memberi
sinyal pada kelenjar keringat untuk melepaskan keringat.
SARAN

Diharapkan dapat mengaplikasikan inovasi pengelolaan


asuhan keperawatan secara non-farmakologi Water Tapid
Sponge terhadap pasien dengan DHF
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai