Anda di halaman 1dari 25

Bumi & Bangunan

Landasan Hukum :
Pasal 23 ayat 2 Segala pajak
UUD. 1945 Untuk Keperluan negara
Berdasarkan Undang Undang.

UU. No. 12 Tentang PBB yang Telah


Tahun 1994 Diberlakukan Sejak tanggal 1
Januari 1994.

UU. No. 28 Pajak Daerah & Retribusi Daerah


Tahun 2009 PBB Pedesaan & Perkotaan
adalah permukaan bumi dan

tubuh bumi yang ada


dibawahnya.
 konstruksi teknik yang

ditanam atau dilekatkan


secara tetap pada tanah
dan/atau perairan;
 pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan
emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan
dengan kompleks Bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,
i. pipa minyak; dan
j. i. menara.
a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan;
b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan;
c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang
sejenis dengan itu;
d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik; dan
f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
▪ digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan;

▪ digunakan untuk kuburan, peninggalan


purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
▪ merupakan hutan lindung, hutan suaka
alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak;

▪ digunakan oleh perwakilan diplomatik,


konsulat berdasarkan atas perlakuan timbal
balik;

▪ digunakan oleh badan atau perwakilan


organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.
 orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan
 Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
 paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga
persen), ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
 Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP, yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah
dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak
 Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak ditetapkan paling rendah sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk
setiap Wajib Pajak.
 ditetapkan serendah-rendahnya
20% dan setinggi-tingginya
100% ari Nilai Jual Obyek
Pajak.
▪ obyek pajak perkebunan sebesar 40% (empat puluh
per seratus) dari Nilai Jual Obyek Pajak;
▪ obyek pajak kehutanan sebesar 40% (empat puluh
per seratus) dari Nilai Jual Obyek Pajak;
▪ obyek pajak pertambangan sebesar 20% (dua puluh
per seratus) dari Nilai Jual Obyek Pajak;
 harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar, dan bilamana tidak terdapat
transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek
Pajak ditentukan melalui
perbandingan harga dengan obyek lain
yang sejenis, atau nilai perolehan baru,
atau Nilai Jual Obyek Pajak pengganti;
 setinggi-tingginya Rp 12.000.000 untuk setiap
Wajib Pajak, ditetapkan oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama
Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan
pendapat Pemerintah Daerah setempat.
Perhitungan Pajak didasarkan
pada keadaan Objek Pajak
tanggal 1 Januari
 Dalam rangka pendataan, Subyek Pajak
wajib mendaftarkan Obyek Pajaknya
dengan mengisi Surat Pemberitahuan
Obyek Pajak.
 SPOP harus diisi dengan jelas, benar, dan
lengkap serta ditandatangani dan
disampaikan kepada Dirjen Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak Obyek
Pajak, selambat-lambatnya 30 hari setelah
tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan
Obyek Pajak oleh Subyek Pajak.
Berdasarkan Surat
Pemberitahuan Obyek Pajak
Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat
Pemberitahuan Pajak
Terhutang.
Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang harus dilunasi selambat lambatnya enam
bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang oleh Wajib Pajak.
 apabila Surat Pemberitahuan Obyek Pajak tidak
disampaikan dan setelah ditegor secara tertulis
tidak disampaikan sebagaimana ditentukan
dalam Surat Tegoran;
 apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain ternyata jumlah pajak yang
terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek
Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
Denda sebesar 25 % atas pajak yang

tidak atau kurang dibayar


 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang;

 Surat Ketetapan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai