Anda di halaman 1dari 37

SOCIO INFORMATIKA

DAN ETIKA PROFESI

UU HKI
Anggota Kelompok:
Hesti Retnosari 14117070
Erawati 14117070
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000
TENTANG RAHASIA DAGANG

• BAB I Pasal 1
Tentang Ketentuan Umum
• BAB II Pasal 2-3
Tentang Lingkup Rahasia Dagang
• BAB III Pasal 4
Tentang hak pemilik rahasia dagang
• BAB IV
Tentang Pengalihan Hak Dan Lisensi
• Bagian Pertama Pasal 5
Tentang pengalihan hak
• Bagian Kedua Pasal 6-9
Tentang lisensi
• BAB V Pasal 10
Tentang biaya
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000
TENTANG RAHASIA DAGANG

• BAB VI Pasal 11-12


Tentang Penyelesaian Sengketa
• BAB VII Pasal 13-15
Tentang Penyelenggaraan Rahasia Dagang
• BAB VIII Pasal 16
Tentang Penyidikan
• BAB IX Pasal 17
Tentang Ketentuan Pidana
• BAB X Pasal 18
Tentang Ketentuan Lain-lain
• BAB XI Pasal 19
Tentang Ketentuan Penutup
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN TATA LELAK SIRKUIT TERPADU

• BAB I Pasal 1
Tentang Ketentuan Umum
• BAB II
Tentang Lingkup Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
• Bagian Pertama Pasal 2
Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang Mendapat
Perlindungan
• Bagian Kedua Pasal 3
Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang Tidak Mendapat
Perlindungan
• Bagian Ketiga Pasal 4
Tentang Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu
• Bagian Keempat Pasal 5-7
Tentang Subjek Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
• Bagian Kelima Pasal 8
Tentang Lingkup Hak
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN TATA LELAK SIRKUIT TERPADU

• BAB III
Tentang Permohonan Pendaftaran Desan Tata Letak Sirkuit Terpadu
• Bagian Pertama Pasal 9-13
Tentang Umum
• Bagian Kedua Pasal 14-16
Tentang waktu penerimaan permohonan
• Bagian Ketiga Pasal 17
Tentang penarikan kembali permohonan
• Bagian Keempat Pasal 18-19
Tentang kewajiban menjaga kerahasiaan
• Bagian Kelima Pasal 20-22
Tentang pemberian hak dan pengumuman
• BAB IV
Tentang Pengalihan Hak dan Lisensi
• Bagian Pertama Pasal 23-24
Tentang Pengalihan Hak
• Bagian Kedua Pasal 25-28
Tentang Lisensi
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN TATA LELAK SIRKUIT TERPADU

• BAB IV
Tentang Pengalihan Hak dan Lisensi
• Bagian Pertama Pasal 23-24
Tentang Pengalihan Hak
• Bagian Kedua Pasal 25-28
Tentang Lisensi
• BAB V
Tentang Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
• Bagian Pertama Pasal 29
Tentang Pembatalan Pendaftaran Berdasarkan Permintaan Pemegang Hak
• Bagian Kedua Pasal 30
Tentang Pembatalan Pendaftaran Berdasarkan Gugatan
• Bagian Ketiga Pasal 31-34
Tentang Tata Cara Gugatan
• Bagian Keempat Pasal 35-36
Tentang Akibat Pembatalan Pendaftaran
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN TATA LELAK SIRKUIT TERPADU

• BAB VI Pasal 37
Tentang Biaya
• BAB VII Pasal 38-40
Tentang Penyelesaian Sengketa
• BAB VIII Pasal 41
Tentang Penyidikan
• BAB IX Pasal 42
Tentang Ketentuan Pidana
• BAB X Pasal 43
Tentang Ketenuan Penutup
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

• BAB I Pasal 1
Tentang ketentuan umum
• BAB II
Tentang Lingkup Desain Industri
• Bagian Pertama Pasal 2-3
Tentang Desain Industri yang Mendapat Perlindungan
• Bagian Kedua Pasal 4
Tentang Desain Industri yang Tidak Mendapat Perlindungan
• Bagian Ketiga Pasal 5
Tentang Jangka Waktu Perlindungan Desain Industry
• Bagian Keempat Pasal 6-8
Tentang Subjek Desain Industry
• Bagian Kelima Pasal 9
Tentang Lingkup Hak
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

• BAB III
Tentang Permohonan Pendaftaran Desain Industri
• Bagian Pertama Pasal 10-15
Tentang Umum
• Bagian Kedua Pasal 16-17
Tentang Permohonan Dengan Hak Prioritas
• Bagian Ketiga Pasal 18-20
Tentang Waktu Penerimaan Permohonan
• Bagian Keempat Pasal 21
Tentang Penarikan Kembali Permohonan
• Bagian Kelima Pasal 22-23
Tentang Kewajiban Menjaga Kerahasiaan
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

• BAB IV
Tentang Pemeriksaan Desain Industri
• Bagian Pertama Pasal 24
Tentang Pemeriksaan Administrative
• Bagian Kedua Pasal 25-30
Tentang Pengumuman, Pemeriksaan, Sustantif, Pemberian, dan
Penolakan
• BAB V
Tentang Pengalihan Hak dan Lisensi
• Bagian Pertama Pasal PASAL 31-32
Tentang Pengalihan Hak
• Bagian Kedua Pasal 33-36
Tentang Lisensi
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

• BAB VI
Tentang Pembatalan Pendaftaran Desain Industri
• Bagian Pertama Pasal 37
Tentang Pembatalan Pendaftaran Berdasarkan Permintaan
Pemegang Hak Desain Industry
• Bagian Kedua Pasal 38
Tentang Pembatalan Pendaftaran Berdasarkan Gugatan
• Bagian Ketiga Pasal 39-42
Tentang Tata Cara Gugatan
• Bagian Keempat Pasal 43-44
Tentang Akibat Pembatalan Pendaftaran
• BAB VII Pasal 45
Tentang Biaya
• BAB VIII Pasal 46-48
Tentang Penyelesaian Sengketa
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

• BAB IX Pasal 49-52


Tentang Penetapan Sementara Pengadilan
• BAB X Pasal 53
Tentang Penyidikan
• BAB XI Pasal 54
Tentang Ketentuan Pidana
• BAB XII Pasal 55
Tentang Ketentuan Peralihan
• BAB XIII Pasal 56-57
Tentang Ketentuan Penutup
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA
• BAB I PASAL 1
Tentang Ketentuan Umum
• BAB II Lingkup Hak Cipta
- Pasal 2 – 4
Tentang Fungsi dan SIfat Hak Cipta
- Pasal 6 – 9
Tentang pencipta
- Pasal 10 – 11
Tentang Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui
- Pasal 12 – 13
Tentang Ciptaan yang Dilindungi
- Pasal 14 – 18
Tentang Pembatasan Hak Cipta
- Pasal 19 – 23
Tentang Hak Cipta Atas Potret
- Pasal 24 – 26
Tentang Hak Moral
- Pasal 27 – 28
Tentang Sarana Kontrol Teknologi
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

• BAB III Pasal 29-34


Tentang Masa Berlaku Hak Cipta
• BAB IV Pasal 35-44
Tentang Pendaftaran Ciptaan
• BAB V Pasal 45-47
Tentang Lisensi
• BAB VI Pasal 48
Tentang Dewan Hak Cipta
• BAB VII Pasal 49-51
Tentang Hak Terkait
• BAB VIII Pasal 52-53
Tentang Pengelolaan Hak Cipta
• BAB IX Pasal 54
Tentang Biaya
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

• BAB X Pasal 55 – 66
Tentang penyelesaian sengketa
• BAB XI Pasal 67 – 70
Tentang penetapan sementara pengadilan
• BAB XII Pasal 71
Tentang penyidikan
• BAB XIII Pasal 72 – 73
Tentang ketentuan pidana
• BAB XIV Pasal 74 – 75
Tentang ketentuan peralihan
• BAB XV Pasal 76 – 78
Tentang ketentuan penutup
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB I Pasal 1
Tentang ketentuan umum
• BAB II Lingkup Paten
- Pasal 2 – 7
Tentang invensi yang dapat diberi paten
- Pasal 8 – 9
Tentang jangka waktu paten
- Pasal 10 – 15
Tentang subjek paten
- Pasal 16 – 18
Tentang hak dan kewajiban pemegang paten
- Pasal 19
Tentang upaya hokum terhadap pelanggaran paten
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB III Permohonan Paten


- Pasal 20 – 24
Tentang penjelasan umum hak paten
- Pasal 25 - 26
Tentang konsultan hak kekayaan intelektual
- Pasal 27 - 29
Tentang permohonan dengan hak prioritas
- Pasal 30 - 34
Tentang waktu penerimaan permohonan
- Pasal 35 – 38
Tentang perubahan permohonan
- Pasal 39
Tentang penarikan kembali permohonan
- Pasal 40 – 41
Tentang larangan mengajukan permohonan dan kewajiban
menjaga kerahasiaan
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB IV Pengumuman dan Pemeriksaan Substantif


- Pasal 42 - 47
Tentang pengumuman permohonan
- Pasal 48 – 53
Tentang pemeriksaan substantive
- Pasal 54 - 59
Tentang persetujuan atau penolakan permohonan
- Pasal 60 – 63
Tentang permohonan banding
- Pasal 64 – 65
Tentang komisi banding paten
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB V Pengalihan dan Lisensi Paten


- Pasal 66 – 68 Tentang pengalihan
- Pasal 69 – 73 Tentang lisensi
- Pasal 74 - 87 Tentang lisensi-wajib
• BAB VI Pembatalan Paten
- Pasal 88 - 89
Tentang batal demi hukum
- Pasal 90
Tentang batal atas permohonan pemegang paten
- Pasal 91 - 94
Tentang batal berdasarkan gugatan
- Pasal 95 – 98
Tentang akibat pembatalan paten
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB VII Pasal 99 – 103


Tentang pelaksanaan paten oleh pemerintah
• BAB VIII Pasal 104 - 107
Tentang paten sederhana
• BAB IX Pasal 109
Tentang permohonan melalui Patent Cooperation Treaty
• BAB X Pasal 110 - 112
Tentang administrasi paten
• BAB XI Pasal 113 – 116
Tentang biaya
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
TENTANG HAK PATEN

• BAB XII Pasal 117 - 124


Tentang penyelesaian sengketa
• BAB XIII Pasal 125 - 128
Tentang penetapan sementara pengadilan
• BAB XIV Pasal 129
Tentang penyidikan
• BAB XV Pasal 130 – 135
Tentang ketentuan pidana
• BAB XVI Pasal 136 - 137
Tentang ketentuan peralihan
• BAB XVII Pasal 138 – 139
Tentang ketentuan penutup
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• BAB I Pasal 1
Tentang Ketentuan Umum
• BAB II
Tentang Lingkup Merek
• Bagian Pertama Pasal 2-3
Tentang Umum
• Bagian Kedua Pasal 4-6
Tentang Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan yang Ditolak
• BAB III
Tentang Permohonan Pendaftaran Merek
• Bagian Pertama Pasal 7-10
Tentang Syarat Dan Tata Cara Permohonan
• Bagian Kedua Pasal 11-12
Tentang Permohonan Pendaftaran Merek Dengan Hak Prioritas
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• Bagian Ketiga Pasal 13-14


Tentang Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek
• Bagian Keempat Pasal 15
Tentang Waktu Penerimaan Permohonan Pendaftaran Merek
• Bagian Kelima Pasal 16-17
Tentang Perubahan Dan Penarikan Kembali Permohonan
Pendaftaran Merek
• BAB IV
Tentang Pendaftaran Merek
• Bagian Pertama Pasal 18-20
Tentang Pemeriksaan Substantif
• Bagian Kedua Pasal 21-22
Tentang Pengumuman Permohonan
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• Bagian Ketiga Pasal 24-25


Tentang Keberatan dan Sanggahan
• Bagian Keempat Pasal 26-27
Tentang Pemeriksaan Kembali
• Bagian Kelima Pasal 28
Tentang Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar
• Bagian Keenam Pasal 29-32
Tentang Permohonan Banding
• Bagian Ketujuh Pasal 33-34
Tentang Komisi Banding Merek
• Bagian Kedelapan Pasal 35-38
Tentang Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar
• Bagian Kesembilan Pasal 39
Tentang Perubahan Nama dan/atau Alamat Pemilik Merek Terdaftar
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• BAB V
Tentang Pengalihan Hak Atas Merek Terdaftar
• Bagian Pertama Pasal 40-42
Tentang Pengalihan Hak
• Bagian Kedua Pasal 43-49
Tentang Lisensi
• BAB VI Pasal 50-55
Tentang Merek Kolektif
• BAB VII
Tentang Indikasi-Geografis dan Insikasi-Asal
• Bagian Pertama Pasal 56-58
Tentang Indikasi-Geografis
• Bagian Kedua Pasal 59-60
Tentang Indikasi-Asal
• BAB VIII
Tentang Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• Bagian Pertama Pasal 61-67


Tentang penghapusan
• Bagian Kedua Pasal 68-72
Tentang pembatalan
• BAB IX Pasal 73-74
Tentang administrasi merek
• BAB X Pasal 75
Tentang biaya
• BAB XI
Tentang Penyelesaian Sengketa
• Bagian Pertama Pasal 76-79
Tentang gugatan atas pelanggaran merek
• Bagian Kedua Pasal 80-81
Tentang tata cara gugatan pada pengadilan niaga
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK

• Bagian Ketiga Pasal 82-83


Tentang kasasi
• Bagian Keempat Pasal 84
Tentang alterfanif penyelesaian sengketa
• BAB XII Pasal 85-88
Tentang penetapan sementara pengadilan
• BAB XIII Pasal 89
Tentang penyidikan
• BAB XIV Pasal 90-95
Tentang ketentuan pidana
• BAB XV Pasal 96-99
Tentang ketentuan peralihan
• BAB XVI Pasal 100-101
Tentang ketentuan penutup
CONTOH KASUS

Iwan Fals melanggar hak cipta karena membawakan


lagu ‘Bencana Alam’ yang diciptakan oleh Toto
01 Goenarto di stasiun televise TV One 16 Oktober 2009.
Pasal yang dilanggar adalah Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 49
ayat 2 UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Kasus pelanggaran hak cipta musik dan lagu yang


dituangkan dalam bentuk Video Compact Disc/Digital
Video Disc. Pasal yang dilanggar adalah Pasal 9 ayat (1)
02 huruf a, b, e, dan/atau huruf g Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5599).
Kasus pelanggaran hak paten yang dilakukan oleh L.
03 Hadi Pujiono. Pasal yang dilanggar adalah Pasal 130 Jo
Pasal 16 (1) huruf a UU No. 14 tahun 2001 tentang
paten jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP.

Kasus pelanggaran hak paten atas hak paten yang


dimiliki oleh saudara Uncit Merdianto yang dilakukan
oleh Dr.Kurniawan. Pasal yang dilanggar adalah Pasal
04 16 tentang hak dan kewajiban pemegang paten, Pasal 24
tentang syarat-syarat permohonan paten, Pasal 54
tentang persetujuan dan penolakan permohonan paten
dan Pasal 130 tentang ketentuan pidana UU no 14 tahun
2001 tentang Hak Paten.
Kasus Jakarta, KOMPAS.com, yaitu penggunaan lagu
“ya ya ya” milik grup band GIGI digunakan sebagai
05 theme song dalam film horror komedi toilet 105 tanpa
meminta izin. Pasal yang dilanggar yaitu pasal 2 point 2
UU tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Kasus pelanggaran hak cipta logo cap jempol pada


kemasan produk mesin cuci merek TCL. Pasal yang
06 dilanggar adalah 56 dan pasal 57 UU No. 19 tahun 2002
tentang Hak Cipta.
Kasus sengketa sepeda motor Tossa Krisma dengan
07 Honda Karisma. Pasal yang dilanggar adalah pasal 61
dan pasal 63 UU No. 15 tahun 2001 tentang merek.

08 Kasus sengketa sepeda motor Tossa Krisma dengan


Honda Karisma. Pasal yang dilanggar adalah pasal 61
dan pasal 63 UU No. 15 tahun 2001 tentang merek.
Kasus dua perusahaan di Jakarta yang menggunakan
software AutoCad bajakan. Pasal yang dilanggar adalah
09 Pasal 72 ayat 3 UU No. 19 tahun 2001 tentang Hak
Cipta

Kasus mengenai merek oskadon dan oskangin. Pasal


10 yang dilanggar adalah Pasal 4 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 Tentang Merek
KELEBIHAN UU
HKI
Dengan adanya UU HKI, maka hasil karya yang telah
dbuat akan diakui secara sah oleh negara. Selain itu hasil
karya yang telah dibuat akan dilindungi keberadaannya
dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang
biasanya memperbanyak karya tersebut tanpa seizin dari
penciptanya. Dan dengan adanya hak cipta dan hak paten,
maka hasil karya yang telah dibuat akan lebih dihargai lagi
oleh masyarakat. Lebihnya lagi, bisa juga mendapatkan
keuntungan dari hasil karya yang kita buat sehingga dapat
memberi dorongan motivasi untuk membuat karya-karya
atau penemuan-penemuan yang lebih baru lagi.
KEKURANGAN UU
HKI
Dengan adanya UU HKI, maka hasil karya yang telah
dipatenkan dan telah terdaftar akan memiliki nilai
ekonomis atau nilai jual yang tinggi. Karena nilai jual
yang tinggi inilah, kebanyakan masyarakat yang tidak
mampu memilikinya dan pada akhirnya muncul
pembajakan atau barang tiruan sehingga para konsumen
beralih ke barang tiruan karena harganya yang lebih murah
dan mungkin kualitasnya tidak sebagus yang asli. Selain
itu, ada sedikit kendala bagi para pembuat atau pencipta
suatu karya yang ingin mendaftarkan hak cipta dan hak
patennya. Menurut prosedur, para pencipta harus
memenuhi persyaratan administratif dan subtantif
sebagaimana diatur dalam Undang-undang, terutama
dalam pembayaran administrasi yang biasanya dikenakan
biaya yang tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

 Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang No. 32 Tahun


2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Lembaran
Negara RI Tahun 2000, No. 244. Sekretariat Negara. Jakarta

 Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang No. 30 Tahun


2000 tentang Rahasia Dagang. Lembaran Negara RI Tahun
2000, No, 242. Sekretariat Negara. Jakarta

 Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang No. 31 Tahun


2000 tentang Desain Industri. Lembaran Negara RI Tahun
2000, No. 243. Sekretariat Negara. Jakarta
 Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang No. 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lembaran Negara RI
Tahun 2002, No. 85. Sekretariat Negara. Jakarta

 Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang No. 15


Tahun 2001 tentang Merek. Lembaran Negara RI
Tahun 2001, No. 110. Sekretariat Negara. Jakarta

 Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang No. 14


Tahun 2001 tentang Paten. Lembaran Negara RI Tahun
2001, No. 109. Sekretariat Negara. Jakrta
THANKS

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai