Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN

LABA

Oleh : Evi Dora Sembiring, SE, M. Ak


Pengertian
 Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang
dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Nafarin, 2007:4). Salah
satu perencanaan yang harus dibuat oleh perusahaan adalah penyusunan perencanaan target laba.
Perencanaan laba merupakan hal penting bagi korporasi/perusahaan untuk proses merencanakan keuangan.
Faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan :
1. Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau pengolahan suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga
jual produk yang bersangkutan. Biaya memengaruhi secara langsung terhadap tingkat keuntungan
perusahaan karena dalam setiap aktivitas usaha tidak akan terlepas dari pengorbanan yang dikeluarkan
untuk mencapai tujuan usaha.
2. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang
bersangkutan. Harga mempunyai peranan yang penting sebagai alat bantu untuk sukses dalam strategi
pemasaran. Harga merupakan pertanda bagi pembeli, instrumen persaingan, dan cara meningkatkan kinerja
finansial. Ketika dilakukan penetapan harga, berarti sudah dibuat sebuah rangkaian dari strategi pemasaran
3. Volume (penjualan dan produksi). Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
atau jasa yang bersangkutan. Volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.
Pengertian volume penjualan yang dikemukakan oleh Rangkuti (2009:207) bahwa volume penjualan adalah
“pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk”
KONSEP LABA
Laba adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan
dengan biaya-biaya pengadaan dan pemasarannya.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, tidak saja dilihat dari laba
atas penjualannya saja, akan tetapi juga ditekankan pada laba atas dana operasi
dan laba atas dana sendiri.

1.Laba Atas Dana Operasi


Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
dihubungkan dgn seluruh dana yg dipercayakan oleh para pemegang saham
maupun investor lainnya.

Laba Atas Dana Operasi = Laba Operasi


Dana Operasi
2.Laba Atas Dana Sendiri
Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
dihubungkan dengan dana yang berasal dari para pemegang saham saja.

= Laba Bersih
Laba Atas Dana Sendiri Dana Sendiri

Salah satu ukuran keberhasilan tugas manajemen adalah laba atas dana operasi
Perlunya Merencanakan Laba
 Jalannya perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada dalam
kekuasaan perusahaan yang dapat dikendalikan dan faktor-faktor yang
berada di luar kekuasaan perusahaan yang sulit dikendalikan.
 Adanya faktor-faktor yang sulit dikendalikan menimbulkan unsur ketidak-
pastian, sehingga laba hanya dapat dicapai melalui perencanaan.
 Dalam menetapkan besarnya laba, perlu diperhatikan adanya keterbatasn
misalnya saja :
- kapasitas mesin
- jumlah tenaga kerja
- penyediaan bahan baku, dsbnya
 Dengan adanya keterbatasn tersebut perlu direncanakan kombinasi jenis
barang yang akan dibuat dan dijual sehingga diperoleh laba yang optimal.

Cara Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghasilkan Laba Dapat :


I. Meningkatkan besarnya laba
a. Menekan biaya
b. Memperbesar volume penjualan
II. Mengurangi jumlah dana yang tertanam
Yang dimaksud adalah meniadakan sejumlah dana yang menganggur,
tidak produktif atau tidak langsung menunjang kebutuhan operasi
perusahaan dan meningkatkan perputaran dana operasi.
Penjelasan CVP (Cost-Volume-Profit)
Cost-Volume-Profit Analysis atau CVP analysis, juga biasa disebut sebagai
Analisis Break-Even, adalah cara bagi perusahaan untuk menentukan bagaimana
perubahan biaya (baik variabel maupun tetap) dan volume penjualan mempengaruhi laba
perusahaan.
Dengan informasi ini, perusahaan dapat lebih memahami kinerja secara keseluruhan
dengan melihat berapa banyak unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau
untuk mencapai ambang batas keuntungan atau margin keselamatan tertentu.
Tujuan CVP:
a. Digunakan oleh para manajer untuk pengambilan keputusan dan perencanaan
b. Implementasi pengelompokan biaya untuk keperluan perencanaan
ASUMSI
Jumlah biaya dapat dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
Jumlah penghasilan dan jumlah biaya memiliki hubungan yang linier dengan
keluaran/volume
Harga jual per satuan, biaya variabel per satuan, dan biaya tetap diketahui besarnya
Analisis dilakukan pada perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk
atau dengan menggunakan bauran produk yang tetap
Pengaruh waktu terhadap nilai uang diabaikan.
PERHITUNGAN TITIK IMPAS (BEP)
 Suatu keadaan yang menunjukkan jumlah penghasilan sama dengan
jumlah biaya
 Dalam keadaan impas, perusahaan belum mendapatkan laba tetapi tidak
menderita rugi, (laba = 0)

Asumsi yang perlu diperhatikan pada perhitungan dan pemetaan impas


1. Biaya tetap, tidak berubah-ubah
2. Biaya variabel, bervariasi dalam perbandingan yang konstan
3. Harga Penjualan per satuan, konstan
4. Hanya untuk satu macam barang, jika lebih maka bauran penjualannya
harus konstan
5. Hubungan antara biaya tetap dengan biaya variabel tidak bervariasi
6. Ada kesesuaian antara produksi dan penjualan
Keterangan kode:
 = Laba
TR = Jumlah penghasilan (Total Revenue)
TC = Jumlah biaya (Total cost)
F = Biaya tetap (Fixed Cost)
p = Harga jual per satuan (Price)
Q = Jumlah produk yang dijual/diproduksi (Quantity)
v = Biaya variabel per satuan (Variable cost)
A. CARA MATEMATIS
Menghitung Titik Impas Satuan
 = TR – TC
= pQ – (vQ+F)
= pQ – vQ – F
F+  = pQ – vQ
= (p – v) x Q
Q =F+ 
(p – v)
Karena dalam keadaan impas laba = 0, maka :
Q = F dimana Q = volume titik impas
(p – v)

Titik Impas(Satuan) = Biaya Tetap ______________


(Harga Jual per satuan – Biaya variabel per satuan)
Dalam akuntansi manajemen, (Harga Jual– Biaya variabel) disebut
margin kontribusi (MK/CM), yaitu kelebihan harga jual dari biaya
variabel yang digunakan untuk menutup biaya tetap, maka :

Jika Keadaan Perusahaan

MK = Biaya Tetap Impas

MK > Biaya Tetap Laba

MK < Biaya Tetap Rugi

Rumus untuk menghitung laba/rugi :


 = (Q1 – Q0) x UCM
Dimana :
 = Laba/Rugi
Q0 = Volume titik impas
Q1 = Volume penjualan yang dicapai
UCM = Margin kontribusi per satuan (p-v)
Menghitung Titik Impas Dalam Jumlah Rupiah :

Titik Impas (rupiah) = Biaya Tetap_________


1- Biaya variabel per satuan
Harga Jual per satuan

1- Biaya variabel per satuan disebut ratio margin kontribusi


Harga Jual per satuan

Maka,

Titik Impas(rupiah)= Biaya Tetap


Rasio margin kontribusi
Contoh 1:
Diketahui :
Harga jual per satuan Rp 1.500
Biaya variabel per satuan Rp 750
Jumlah biaya tetap Rp 750.000.000
Volume yang direncanakan 2.500.000 unit
Hitung Titik impas dalam unit maupun rupiah!
Q0 = F
(p – v)
= 750.000.000 = 750.000.000 = 1.000.000
(1.500 – 750) 750
Perusahaan mencapai titik impas pada penjualan 1.000.000 satuan

Impas (Rp) = Biaya Tetap


Ratio Margin kontribusi
= 750.000.000
1 – 750
1.500
= 750.000.000 = 1.500.000.000
0,5
Impas tercapai jika volume penjualan mencapai Rp. 1.500.000.000
Berapakah laba yang diperoleh jika volume penjualan yang tercapai adalah 1.500.000 unit ?

 = (Q1 – Q0) x UCM


= (1.500.000 – 1.000.000) x (1.500 – 750)

= 500.000 x 750

= 375.000.000

Laba yang diperoleh Rp 375.000.000

Bagaimana jika volume yang tercapai hanya 750.000 unit?

 = (Q1 – Q0) x UCM


= (750.000 – 1.000.000) x (1.500 – 750)

= -250.000 x 750

= - 187.500.000

Perusahaan menderita kerugian sebesar 187.500.000


B. CARA GRAFIS

Jumlah Penghasilan

Titik Impas
2000 Daerah Laba
Jumlah Penghasilan dan Biaya

1500 Biaya
Jumlah Biaya Variabel

1000

500
Biaya Tetap
Daerah Rugi

0
500 1000 1500 2000

Volume
Soal 2:
Harga jual per satuan Rp 3.000
Biaya variabel per satuan Rp 1.500
Jumlah biaya tetap Rp 1.500.000.000
Volume yang direncanakan 5.000.000 unit
Hitung :
a. Titik Impas dalam rupiah dan satuan menggunakan cara matematis dan grafis
b. Hitung laba yang diperoleh jika volume yang dapat direalisasikan sebesar 2.500.000 unit, dan
bagaimana bila yang terjual hanya 800.000 unit
Penyelesaian :
a. Perhitungan titik Impas
Q0 = F
(p – v)
= 1.500.000.000 = 1.500.000.000 = 1.000.000
(3.000 - 1.500) 1.500
Perusahaan mencapai titik impas pada penjualan 1.000.000 satuan
Impas (Rp) = Biaya Tetap
Ratio Margin kontribusi
= 1.500.000.000
1 – 1500
3.000
= 1.500.000.000 = 3.000.000.000
0,5

Impas tercapai jika volume penjualan mencapai Rp.3.000.000.000


Berapakah laba yang diperoleh jika volume penjualan yang tercapai adalah
2.500.000 unit ?

 = (Q1 – Q0) x UCM


= (2.500.000 – 1.000.000) x (3.000 – 1.500)
= 1.500.000 x 1.500
= 2.250.000.000
Laba yang diperoleh Rp 2.250.000.000

Bagaimana jika volume yang tercapai hanya 800.000 unit?


 = (Q1 – Q0) x UCM
= (800.000 – 1.000.000) x (3.000 – 1.500)
= -200.000 x 1.500
= - 300.000.000
Perusahaan menderita kerugian sebesar 300.000.000
ANALISIS SENSITIFITAS
 DIGUNAKAN UNTUK MENGUJI JIKA TERJADI PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA
DATA YANG DIPREDIKSI ATAU PADA ASUMSI-ASUMSI YANG DITETAPKAN
 CONTOH, BAGAIMANA APABILA TERJADI PERUBAHAN KENAIKAN 5%
TERHADAP BIAYA VARIABEL? BERAPA JUMLAH LABA JIKA TERJADI
KENAIKAN TERHADAP BIAYA TETAP? DLL.

Pemakaian Analisis Biaya-Volume-Laba


 Digunakan oleh para manajer untuk pengambilan keputusan dan
perencanaan
 Menentukan volume penjualan yang diharapkan untuk memenuhi target
laba
 Mengetahui bagaimana pengaruh perubahan harga jual, biaya variable,
dan biaya tetap terhadap laba yang diharapkan
Contoh 3:
Data : Harga jual/unit Rp 4.000 (p)
Biaya variable/unit Rp 2.500 (v)
Jumlah biaya tetap Rp 150.000.000/tahun (F)

Investor menanamkan modalnya sebesar Rp 200.000.000 dan mengharapkan laba


sebesar 25% /tahun dari investasinya
A. Berapa volume penjualan untuk memenuhi target tersebut ?
 = MK – F
= (p-v)X – F
X=F+
(p-v)
X = 150.000.000 + 50.000.000
(4.000 – 2.500)
= 200.000.000
1.500
= 133.333 unit
B. Bagaimana bila terjual 120.000 unit ?
 = MK – F
= (p-v) X – F
= {(4.000-2.500) 120.000} – 150.000.000
= 30.000.000

Dengan menggunakan titik impas


Q = Biaya tetap = 150.000.000
MK/unit 1.500
= 100.000 unit
 = (Q1 – Qo) x (p-v)
= (120.000 – 100.000) x (1.500)
= 30.000.000
Margin Of Safety (MS)
“Sejauh mana volume penjualan bisa diturunkan tanpa mengalami kerugian “

MS = Xe – Xb x 100 %
Xe

MS = Margin Of Safety
Xe = volume penjualan yang diharapkan
Xb = volume titik impas

MS = 133.333 – 100.000 x 100%


133.333
= 25 %

Artinya, jika volume penjualan turun sampai 25% dari volume yang diharapkan,
maka penjualan akan mencapai titik impas. Dengan kata lain penurunan penjualan
yang masih dapat ditolerir agar perusahaan tidak mendapatkan rugi setinggi-
tingginya sebesar 25%. Dengan demikian, maka Margin of safety merupakan
jarak antara titik impas dengan volume penjualan yang diharapkan.
Pengaruh Bauran Penghasilan terhadap Laba
“Bauran penghasilan (revenue mix) atau disebut juga bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi kuantitas dari beberapa produk atau jasa yang dijual untuk menciptakan
penghasilan”
Bagaimana jika terjadi perubahan pada kombinasi tersebut, apakah target laba atau
penghasilan akan terpenuhi ?
Contoh 4: Produk D S
Harga jual/unit (p) $ 200 $130

Biaya variable/unit (v) $ 120 $ 90


MK/unit $ 80 $ 40

Komposisi kuantitas produk adalah 2D untuk setiap 1S yang terjual (2:1), dan perusahaan
mentargetkan volume keseluruhan adalah 900 unit, maka rencana laba dapat disusun ;

Produk D Produk S Jumlah

Unit yang akan dijual 600 300 900


Hasil penjualan 120.000 39.000 159.000
Biaya variable 72.000 27.000 99.000
Margin Kontribusi 48.000 12.000 60.000
Biaya tetap 20.000
Laba yg diharapkan $40.000
Titik impas ($) = Biaya tetap
1- Biaya variable
Harga jual

Titik impas ($) = 20.000


1- 99.000
159.000
= $ 53.000

Titik impas untuk kedua produk tersebut tercapai pada hasil penjualan sebesar
$53.000, masing-masing produknya :
Jumlah unit produk S yang akan dijual = S
Jumlah unit produk D yang akan dijual= 2S
Penghasilan – Biaya variable – Biaya tetap = laba
{($200 x 2S )+ ($130 x S)} – {($120 x 2S) + ($90 x S)} - $20.000 = 0
$530S - $330S = $20.000
$ 200S = $20.000
S = 100
2S = D = 200
Untuk mencapai titik impas harus terjual 100 unit produk S dan 200 unit produk D
Pengaruh Pajak Penghasilan terhadap Laba
Untuk mengetahui adanya pengaruh pajak terhadap target laba, kita akan menggunakan contoh di bawah ini :
Harga jual/unit Rp 1.500 (p)
Biaya variable/unit Rp 750 (v)
Jumlah biaya tetap Rp 750.000.000/tahun (F)
Volume yg direncanakan 2.500.000 unit
Target laba = (Q0 – Q1) x MK/unit
Target laba = (2.500.000 – 1.000.000) x Rp 750

= Rp 1.125.000.000

Pajak penghasilan 40%. Berapakah volume penjualan harus dicapai agar target laba tidak berubah :

Target laba baru = Target laba lama – (Tarif pajak x Target laba lama)
= Target laba lama (1- Tarif pajak)
Target laba lama = Target laba baru
(1 – tarif pajak)
1500Q – 750Q – 750.000.000 = 1.125.000.000
1 – 40 %
1500Q – 750Q – 750.000.000 = 1.125.000.000
60%
750Q – 750.000.000 = 1.875.000.000
750Q = 1.875.000.000 + 750.000.000
750Q = 2.625.000.000
Q= 2.625.000/750
Q = 3.500.000

Berarti perusahaan harus mampu menjual 3.500.000 unit untuk mencapai target laba
Rp 1.125.000.000.

Hasil penjualan 3.500.000xRp 1.500 Rp 5.250.000.000


Biaya variable 3.500.000xRp 750 Rp 2.625.000.000
MK Rp 2.625.000.000
Biaya tetap Rp 750.000.000
Laba sebelum pajak Rp 1.875.000.000
Pajak penghasilan 40% Rp 750.000.000

Laba setelah pajak Rp 1.125.000.000

Dengan demikian, semakin tinggi tarif pajak penghasilan akan semakin tinggi pula
target yang harus dicapai.

Anda mungkin juga menyukai