Hukum Kepailitan Pertemuan 2
Hukum Kepailitan Pertemuan 2
PERTEMUAN KE 2
LANDASAN HUKUM KEPAILITAN
O L E H : I S W I H A R I YA N I , S . H . M . H .
FA K U LTAS H UK UM
UN I VE R S I TA S J EM B ER
2020
1. Hubungan kepailitan dengan ilmu yang lain
KUH Perdata
KUH Pidana
UU No. 40 / 2014
UU No. 8 / 1995
UU No. 4 / 1996
UU No. 10 / 1998
UU No. 19/ 2003
UU No. 40/ 2007
Selanjutnya karena dirasakan belum juga memadai
maka kemudian dilakukan penyempurnaan terhadap
UU No. 4 Tahun 1998 menjadi UU No. 37 Tahun
2004. Penyempurnaan dalam UU yang baru juga tidak
secara mendasar, namun hanya pada ketentuan
tertentu, misalnya soal limit hutang yang dapat
dimintakan pailit, dan ketentuan mengenai waktu
pengurusan harta pailit dan pembentukan Pengadilan
Niaga.
2. Penyempurnaan dalam Undang-Undang 37/2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
1. Penyempurnaan syarat-syarat dan prosedur permintaan pernyataan pailit, serta
pemberian kerangka waktu yang pasti dalam pengambilan putusan pernyataan
pailit.
2. Penambahan ketentuan tentang tindakan sementara yang dapat diambil oleh
kreditur atas kekayaan debitur sebelum adanya pernyataan putusan pailit.
3. Penyempurnaan ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan kewajiban kurator dalam
pemberian jasa, disamping institusi Balai Harta Peninggalan (Misal, tentang syarat
untuk dapat melakukan kegiatan sebagai kurator) Kurator Swasta
4. Diatur adanya upaya hukum terhadap putusan pernyataan pailit, yakni langsung
KASASI ke MA beserta tata acara dan limit waktunya.
5. Diatur mekanisme penangguhan pelaksanaan hak bagi kreditur pemegang Hak
Tanggungan, Gadai, Fidusia, atau agunan lainnya.
6. Diatur status hukum atas perikatan yang dibuat Debitur sebelum adanya putusan
pernyataan pailit.
7. Penyempurnaan Ketentuan tentang penundaan pembayaran
8. Pembentukan ketentuan khusus untuk mengadili perkara kepailitan, yaitu
Pengadilan Niaga, yang merupakan deferensiasi dari Peradilan Umum (P.N.)
Tolak ukur debitor tidak mampu membayar hutang : harus dilakukan
pemeriksaan neraca aktiva dan pasiva keuangan dan harta kekayaan Debitor
oleh akuntan independen.
Jadi, Utang yang dimaksud disini adalah Utang dalam arti luas dan bersifat
alamiah (wajar)bukan yang melawan hukum misal : judi.