Anda di halaman 1dari 45

Gizi Buruk

 Kekurangan gizi adalah suatu kondisi yang dapat terjadi


secara akut dan kronis disebabkan oleh masukan zat gizi
yang tidak memadai, gangguan penyerapan dan/atau
metabolisme zat gizi akibat penyakit.
 Usia kurang dari 6 bulan dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang
dari -3 SD, atau edema bilateral yang bersifat pitting (tidak
kembali setelah ditekan).
 Usia 6-59 bulan: dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang dari -3
SD atau LiLA < 11,5 cm, atau edema bilateral yang bersifat
pitting
Berdasarkan ada/tidaknya komplikasi

• Lingkar lengan atas (LiLA) < 11,5


cm untuk balita berusia 6-59
Gizi Buruk bulan
Tanpa • BB/PB (atau BB/TB) kurang dari
Komplikasi -3 SD
• Adanya edema bilateral dengan
derajat +1 atau +2
• Anoreksia
• Dehidrasi Berat
Gizi Buruk • Letargi atau penurunan kesadaan
dengan
Komplikasi
• Demam tinggi
• Pneumonia berat
• Anemia berat
Gizi
LiLA berada di antara 11,5 cm
Kurang
BB/PB (atau BB/TB) berada di
sampai kurang dari 12,5 cm untuk antara -3 SD sampai kurang dari -2
balita usia 6-59 bulan SD

Hambatan petumbuhan (growth faltering)


Naik, tapi tidak Turun pada
Tidak naik
optimal penimbangan bulanan
Dampak Gizi Buruk Pada Balita

Jangka pendek

• Meningkatkan angka kesakitan, kematian dan disabilitas.

Jangka panjang

• Dapat berpengaruh tidak tercapainya potensi yang ada ketika dewasa


• Perawakan pendek, mempengaruhi sistem kekebalan tubuh,
menurunkan kecerdasan, produktivitas kerja dan fungsi reproduksi
• Meningkatkan risiko (pada usia dewasa) untuk mengalami obesitas,
menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung, keganasan dan
penyakit generatif lainnya.
Prinsip Pencegahan Gizi Buruk pada
Balita
Upaya perbaikan status gizi ibu sejak masih remaja

Pemenuhan kebutuhan gizi balita yang dimulai dari sejak lahir

Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan gizi kurang

Perhatian khusus diberikan kepada bayi dan balita dengan faktor resiko mengalami kekurangan gizi

Dukungan program terkait

Dukungan lintas sector

Perhatian khusus diberikan kepada baduta yang rentang mengalami gizi buruk
Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi di
Bawah Usia 6 Bulan
 Pencegahan jangka panjang dan tidak langsung → status kesehatan dan kondisi ibu
sebelum/selama kehamilan dan pada masa menyusui serta faktor risiko lainnya.
 Pencegahan jangka pendeknya → memberikan kolostrum/IMD dan memenuhi
kebutuhan ASI, (ASI eksklusif)
 Faktor risiko gizi buruk pada bayi < 6 bulan
 Bayi berat lahir rendah (BBLR)
 Penyakit/kelainan bawaan
 Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh kembang bayi dan gangguan
Kesehatan ibu setelah melahirkan
 Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita 6 –
59 Bulan
 Kekurangan gizi pada balita 6-59  Prinsip pencegahan
bulan lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor luar, misalnya kekurangan gizi pada
 Asupan makanan balita 6-59 bulan
 Kekebalan tubuh terhadap  Memberikan asupan
infeksi
 Terpapar sumber infeksi
makanan sesuai
penyakit menular dengan umur.
 Ketersediaan jamban keluarga  Mencegah
dan air bersih
 Kondisi lingkungan
terjadinya infeksi.
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/Kurang dan Jenis Layanan yang Diperlukan
Rawat Jalan pada Balita Usia 6-59 Bulan
Gizi Buruk
 Konfirmasi status gizi
 Pelayanan rawat jalan
 Anamnesis riwayat kesehatan balita: riwayat kelahiran, imunisasi, menyusui dan
makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan riwayat keluarga.
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan
 Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan
 Kebutuhan gizi untuk balita gizi buruk tanpa komplikasi → Pemenuhan kebutuhan
gizi ini dapat dilakukan dengan pemberian F-100 atau RUTF
 Melakukan konseling kepada pengasuh tentang cara pemberian RUTF atau F-100
 Melakukan pencatatan hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan
Pemenuhan Kebutuhan
Gizi Dengan Pemberian F-
100
 F-100 dalam bentuk kering (susu,
gula, minyak) diberikan untuk
keperluan 2 hari. Mineral mix
diberikan terpisah.
 Pada tahap awal, balita yang
beratnya kurang dari 7 kg hanya
diberi F-100. Bila BB ≥ 7 kg, maka
dapat diberikan 2/3 dari total
kebutuhan kalori berupa F-100,
sisanya diberikan berupa makanan
yang mengandung tinggi protein
hewani dan tinggi energi/minyak.
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dengan
Pemberian F-100
 Vitamin A:
 Bila tidak ditemukan tanda defisiensi vitamin A atau tidak ada riwayat campak 3
bulan terakhir, maka vitamin A dosis tinggi diberikan di hari ke-1 sesuai umur.
 Bila ditemukan tanda defisiensi vitamin A, seperti rabun senja atau ada riwayat
campak dalam 3 bulan terakhir, maka vitamin A diberikan dalam dosis tinggi sesuai
umur, pada hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-15.
 Suplemen zat gizi mikro diberikan setiap hari paling sedikit selama 2 minggu:
 Asam folat (5 mg pada hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari).
 Multivitamin (vitamin C dan vitamin B kompleks).
 Zat besi (3 mg/kgBB/hari) setelah berat badan mengalami kenaikan. Dibutuhkan
waktu 2-4 minggu untuk koreksi anemia dan 1-3 bulan untuk menyimpan cadangan
besi dalam tubuh
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dengan
Pemberian RUTF
 Bila menggunakan RUTF → dilakukan tes nafsu
makan.
 Jumlah RUTF yang diberikan sesuai dengan berat
badan balita dan diberikan untuk 7 hari.
 Test Nafsu Makan dengan RUTF
 Minta pengasuh untuk mencuci tangannya,
memotong kuku tangan anak serta mencuci tangan
dan wajah anak dan kemasan RUTF, dengan air dan
sabun, sebelum memulai tes nafsu makan.
 Berikan RUTF pada balita secara perlahan.
 Selalu sediakan air minum yang bersih bagi anak
selama tes nafsu makan.
Rawat Inap pada Balita 6-59 Bulan
Gizi Buruk
Tujuan rawat inap bagi balita gizi buruk dengan komplikasi dan bayi di atas 6
bulan dengan berat badan kurang dari 4 kg sebagai berikut.
 Mengupayakan stabilisasi kondisi balita dengan mengembalikan metabolisme
untuk keseimbangan elektrolit, normalisasi metabolisme dan mengembalikan
fungsi organ.
 Menangani komplikasi, yaitu penyakit infeksi dan komplikasi lainnya.
 Memberikan makanan bergizi untuk mengejar pertumbuhan, yang dilakukan
secara perlahan dan ditingkatkan dengan hati-hati agar tidak membebani
sistem.
 Memberikan layanan rehabilitasi gizi lengkap.
 Memberikan layanan rujukan rawat inap kepada balita gizi buruk yang semula
menjalani rawat jalan.
Fase Stabilisasi
• Hipoglikemia.
• Hipotermia.
• Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
• Infeksi.

Fase Transisi
• Komplikasi medis teratasi
• Tidak ada hipoglikemia
• Nafsu makan pulih
• Edema berkurang

Fase Rehabilitasi
Setelah Fase Transisi, balita mendapatkan perawatan
lanjutan ke fase Rehabilitasi di layanan rawat jalan, atau tetap
di layanan rawat inap bila tidak tersedia layanan rawat jalan.
Fase Stabilisasi : Hipoglikemia

 Semua balita gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54
mg/dl)
 Diberi makan atau larutan glukosa 10% segera setelah masuk layanan rawat inap → Pemberian
makan yang sering (tiap 2 jam)
 Berikan 50 ml larutan glukosa 10% (1 sendok teh munjung gula pasir dalam 50 ml air) secara
oral/melalui NGT, segera dilanjutkan dengan pemberian Formula 75 (F-75).
 F-75 yang pertama, atau modifikasinya, diberikan 2 jam sekali dalam 24 jam pertama,
dilanjutkan setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.
 Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
 Jika anak tidak sadar/letargi
 Berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/gula
pasir 50 ml dengan NGT.
 Jika glukosa IV tidak tersedia, berikan satu sendok teh gula ditambah 1 atau 2 tetes air di bawah lidah,
dan ulangi setiap 20 menit untuk mencegah terulangnya hipoglikemi.
Fase Stabilisasi : Hipoglikemia

Pemantauan
• Bila kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukurannya setelah 30 menit.
• Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa/gula
10%.
• Jika suhu aksilar < 36°C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh
hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan
hipoglikemia)
Pencegahan
• Beri F-75 sesegera mungkin, berikan setiap 2 jam selama 24 jam pertama. Bila ada dehidrasi,
lakukan rehidrasi terlebih dahulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam, siang dan
malam.
• Minta pengasuh untuk memperhatikan setiap kondisi balita, membantu memberi makan dan
menjaga balita tetap hangat.
• Periksa adanya distensi abdominal.
Fase Stabilisasi : Hipotermia

• Hangatkan tubuh balita dengan menutup seluruh tubuh, termasuk kepala, dengan
pakaian dan selimut.
• Juga dapat digunakan pemanas atau lampu di dekatnya atau letakkan balita langsung
Tatalaksana pada dada atau perut ibunya.

• Ukur suhu aksila setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5°C atau lebih. Jika
digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
• Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam hari.
Pemantauan • Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Fase Stabilisasi : Hipotermia

Pencegahan Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang
bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut.
Ganti pakaian dan seprei yang basah, jaga agar anak dan tempat
tidur tetap kering.
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu/setelah
mandi, selama pemeriksaan).
Biarkan anak tidur dipeluk orang tuanya agar tetap hangat,
terutama di malam hari.
Beri makan F-75/modifikasinya setiap 2 jam, sesegera mungkin,
sepanjang hari/ siang-malam.
Hati-hati bila menggunakan pemanas ruangan atau lampu pijar.
Hindari penggunaan botol air panas dan lampu neon/TL.
Fase Stabilisasi : Dehidrasi dan
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
 Tatalaksana
 Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dari rehidrasi pada anak dengan
gizi baik:
 beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama;
 selanjutnya, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap
jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah
anak muntah.
 Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam.
 Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap buang air
besar, usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml setiap buang air besar
 Jika balita gizi buruk dalam keadaan syok atau dehidrasi berat → rehidrasi diberikan melalui infus
cairan Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%). Jumlah cairan
yang diberikan sebanyak 15 ml/kg BB selama 1 jam, atau 5 tetes/menit/kg BB (infus tetes makro
20 ml/menit).
Fase Stabilisasi : Dehidrasi dan Gangguan
Keseimbangan Elektrolit

Larutan Mineral-Mix
Fase Stabilisasi : Dehidrasi dan
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Pemantauan
• Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap 30
menit selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam
berikutnya.
• Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan
bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
• Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan
mulai ada diuresis.
• Bila ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat
5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan segera pemberian
cairan/ReSoMal dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
Fase Stabilisasi : Dehidrasi dan
Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Pencegahan
• Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI.
• Berikan F-75 sesegera mungkin. Berikan ReSoMal
sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.
• Anak gizi buruk yang mengalami defisiensi kalium dan
magnesium mungkin membutuhkan waktu dua minggu
atau lebih untuk memperbaikinya.
• Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun
kadar natrium serum mungkin rendah
Fase Stabilisasi : Infeksi

• Berikan kepada semua balita gizi buruk antibiotika dengan spektrum luas.
• Imunisasi campak jika balita berusia ≥ 6 bulan dan belum pernah diimunisasi atau
mendapatkan imunisasi campak sebelum usia 9 bulan. Imunisasi ditunda bila balita dalam
Tatalaksana keadaan syok.

• Bila tanpa komplikasi, beri amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.
• Pada balita gizi buruk dengan komplikasi →antibiotika parenteral (IM/IV)
Pilihan • Ampisilin (50 mg/kg IM atau IV setiap 6 jam) selama 2 hari, kemudian dilanjutkan dengan
Antibiotik Amoksisilin oral (25-40 mg/kg setiap 8 jam selama 5 hari)
Bersepektrum • Gentamisin (7.5 mg/kg IM atau IV) sehari sekali selama 7 hari
Luas
Fase Stabilisasi : Infeksi

 Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotika tersebut di atas,


lanjutkan terapi sampai 10 hari.
 Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada
balita.
 Pada balita gizi buruk dengan komplikasi, pemberian obat antihelmintik
diberikan setelah balita memasuki Fase Rehabilitasi. Berikan Pirantel Pamoat
dosis tunggal atau Albendazole dosis tunggal atau Mebendazole 100 mg per
oral dua kali sehari selama 3 hari pada balita yang terdiagnosa menderita
kecacingan (hasil pemeriksaan tinja positif).
 Pada balita yang tidak terdiagnosa kecacingan, tetap diberikan Mebendazole
pada hari ke-7 setelah dirawat inap
Defisiensi Gizi Mikro

 Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi


vitamin dan mineral. Meskipun sering
ditemukan anemia, zat besi tidak boleh
diberikan pada fase awal, dan baru
diberikan setelah anak mempunyai nafsu
makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya.
 Pada Fase Stabilisasi, balita gizi buruk diberi
formula terapeutik F-75, yang merupakan
formula rendah protein, rendah laktosa,
mengandung zat gizi makro dan mikro
seimbang untuk memastikan kondisi stabil
pada balita.
Pemberian Makan Awal Pada Fase Stabilisasi
 Makanan rendah osmolaritas, rendah laktosa, diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
 Makanan diberikan secara oral atau melalui NGT dengan jumlah dan frekuensi yang sesuai
 Jumlah energi/kalori: 100 kkal/kgBB/hari dan protein: 1-1.5 g/kgBB/hari.
 Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat maka diberi 100 ml/kgBB/hari).
 Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa balita menghabiskan F-75
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
 Gunakan cangkir untuk memberi makan balita. Pada balita gizi buruk yang sangat lemah,
gunakan sendok, semprit atau syringe.
Fase Transisi : Transisi Ke Layanan
Rawat Jalan
 Mempersiapkanrehabilitasi gizi pada balita dengan gizi
buruk agar dapat menjalani rawat jalan dan
mengonsumsi RUTF atau F-100 dalam jumlah cukup
untuk meningkatkan berat badan dan kesembuhan
 Memastikan balita tersebut untuk memperoleh
kebutuhan gizi yang dibutuhkan, yang dilakukan
dengan memperkenalkan dan meningkatkan proporsi
harian pemberian RUTF atau F-100 secara bertahap
Fase Transisi : Transisi Ke Layanan Rawat Inap Fase
Rehabilitasi
 Formula F-75 diganti menjadi F-100 dalam volume yang sama seperti pemberian F-75 yang terakhir
selama 2 hari. Berikan formula tumbuh kejar (F-100 atau RUTF) yang mengandung 100 kkal/100 ml dan
2,9 g protein/100 ml
 Pada hari ke-3:
 Bila menggunakan F-100, jumlah F-100 dinaikkan sebanyak 10 ml/kali pemberian sampai balita tidak mampu
menghabiskan/tersisa sedikit
 Bila menggunakan RUTF, pemberian RUTF dimulai dengan porsi kecil tapi teratur
 Bila balita tidak dapat menghabiskan jumlah RUTF yang dibutuhkan pada Fase Transisi ini, maka beri tambahan F-
75 sehingga mencapai kebutuhan balita/hari
 Bila balita tidak dapat menghabiskan sedikitnya setengah dari jumlah RUTF yang dibutuhkan dalam 12 jam, maka
pemberian RUTF dihentikan dan kembali diberikan F-75
 Bila balita masih mendapat ASI, maka pemberian ASI dilanjutkan, dengan memastikan bahwa balita
terlebih dahulu menghabiskan F-100 atau RUTF sesuai jumlah yang telah ditentukan.
Prosedur
pengenalan RUTF
Fase Rehabilitasi

 Kebutuhan zat gizi pada Fase Rehabilitasi adalah:


 Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
 Protein : 4-6 g/kgBB/hari
 Bila menggunakan RUTF: sama seperti pemberian RUTF pada layanan rawat jalan.
 Bila menggunakan F-100: sesuai standar
Fase Rehabilitasi

 Perlu diamati gejala dini gagal jantung → nadi cepat dan nafas cepat →
pernafasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit yang menetap selama 2 kali
pemeriksaan masing-masing dengan jarak 4 jam berturut-turut
 Volume makanan dikurangi, menjadi 100 ml/kgbb/hari diberikan tiap dua jam.
 Selanjutnya volume makanan ditingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
 115 ml/kgbb/hari selama 24 jam
 130 ml/kgbb/hari selama 48 jam
 Tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml.
 Penyebab ditelusuri dan kemudian diatasi.
 Stimulasi sensorik dan emosional
Kriteria pulang dari layanan rawat inap dan pindah ke layanan rawat jalan
Tidak ada komplikasi Edema berkurang, Nafsu makan baik,
Secara klinis baik.
medis, DAN DAN DAN

Kriteria sembuh untuk balita gizi buruk (selama 2 minggu berturut-turut)


LiLA ≥ 12.5cm (hijau) Skor-Z BB/PB (atau BB/TB) ≥ Tidak ada edema, secara
dan/atau -2 SD klinis baik

Bila balita gizi buruk masuk dengan bilateral edema, maka kriteria sembuh adalah
Skor-Z BB/PB (atau BB/TB) ≥ Tidak ada edema, secara
LiLA ≥ 12.5cm (hijau), DAN
-2 SD, DAN klinis baik
Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia Kurang dari 6 Bulan
Fase Stabilisasi
 Ada kemungkinan pemberian ASI
 Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi
 Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusui
 Bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal), tetapi ada ibu pesusuan yang dapat memberikan ASI.
 TIDAK ada kemungkinan pemberian ASI
 Bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau mencoba relaktasi
 Bayi sudah berhenti menyusu dan ibu tidak mau relaktasi, tidak ada ibu pesusuan
 Tidak ada ibu dan ibu pesusuan.
 Mulai refeeding dengan susu formula pengganti.
 Beri formula dengan jumlah tetap (130 ml/kgBB/hari).
 Segera berikan F-75/F-100 yang diencerkan; atau bila keduanya tidak ada, berikan formula dan teruskan
pemberian setiap 2-3 jam.
• Satu jam sebelum pemberian F-75/F-100 yang
Bila ASI masih ada diencerkan/formula, berikan ASI selama lebih kurang 20
dan bayi mampu menit.
menghisap • F-75/F-100 yang diencerkan/formula merupakan makanan
utama, sedangkan ASI merupakan makanan tambahan.
• Bantu ibu memerah ASI, yang dilakukan minimal 8x/hari
Bila ASI masih ada selama 20-30 menit tiap kali
tetapi bayi tidak • Berikan ASI perah kepada bayi dengan cara drip-
mampu atau tidak drop/dengan cangkir/NGT
mau menyusu • Bila bayi sudah cukup kuat atau sudah mampu menghisap,
bantu ibu untuk meningkatkan pemerahan ASI.
Bila ASI tidak
ada/menyusu telah • Bantu ibu melakukan relaktasi
dihentikan, maka • Berikan F-75/F-100 yang diencerkan atau formula dengan
ibu dianjurkan suplementer.
menyusui kembali
Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk
Usia Kurang dari 6 Bulan
Fase Transisi Fase Rehabilitasi
 Pada Fase transisi, formula
yang digunakan tetap sama.  Menurunkan jumlah
 Transisiyang terjadi adalah formula yang
mengupayakan agar bayi
semakin banyak mendapatkan diberikan
ASI dan secara bertahap  Mempertahankan
diharapkan bayi hanya
mendapat ASI ketika pulang kenaikan berat
badan
 Melanjutkan
Kemajuan klinis pada bayi dinilai dari
kenaikan berat badan setiap hari
 Bila berat badan turun atau tidak naik selama 3 hari berturut-turut
tetapi bayi tampak lapar dan menghabiskan semua formula yang
diberikan, tambahkan 5ml pada setiap pemberian formula
 Biasanya suplementasi formula tidak bertambah selama perawatan
tetapi berat badan naik, yang berarti produksi ASI terus meningkat.
 Bila setelah beberapa hari bayi tidak lagi menghabiskan jatah
formulanya tetapi BB tetap naik, berarti asupan ASI meningkat dan
bayi mendapat cukup asupan untuk memenuhi kebutuhan.
 Bayi ditimbang setiap hari dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 10
Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20
g/hari (kenaikan absolut)
 Pemberian F-100 yang diencerkan dikurangi jumlahnya.
 Bilakenaikan berat badan tetap terjaga (10 g/hari tanpa melihat
BB sekarang), F-100 yang diencerkan dapat dihentikan sama sekali.
 Tetapi bila tidak terjadi kenaikan berat badan, maka pemberian
formula kembali ditambah hingga 75% (atau ¾ jatah) selama 2-3
hari.
 Dianjurkan untuk merawat bayi beberapa hari berikutnya dengan
hanya mendapat ASI untuk memastikan berat badan tetap naik,
barulah bayi dipulangkan tanpa melihat berapa berat badannya
ataupun indeks BB/PB.
Kriteri Pulang

Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif: kenaikan berat badan minimal


20 g/hari selama 5 hari berturut-turut21 hanya dengan mengonsumsi ASI.

Tidak ada edema bilateral selama 2 minggu.

Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis.

Ibu sudah mendapat konseling cukup dan suplementasi zat gizi mikro yang
diperlukan selama tinggal di tempat perawatan dan diteruskan di rumah.
Bayi Kurang Dari 6 Bulan Gizi Buruk, Dan
TIDAK Ada Kemungkinan Pemberian ASI

Fase Stabilisasi
• Antibiotika: amoksisilin diberikan 15mg/kgbb/kali
setiap 8 jam selama 5 hari sedangkan untuk bayi
dengan berat badan di bawah 3 kg diberikan setiap 12
jam. Kloramfenikol TIDAK diberikan kepada bayi muda
• Vitamin A 50.000 SI dosis tunggal pada hari pertama
• Asam folat 2,5 mg dosis tunggal
• Sulfas ferosus: diberikan segera setelah bayi dapat
menghisap dengan baik dan berat badan naik.
Terapi
Dietetik
Pada Fase Stabilisasi, harus diberikan F-75
atau F-100 yang diencerkan.

Bayi kurang dari 6 bulan dengan edema harus


selalu diberi F-75 pada Fase Stabilisasi

Berikan formula dengan cangkir atau dengan


diteteskan melalui NGT

Terapkan teknik pemberian makan yang


tepat, agar asupan makanan adekuat
Kriteria peralihan dari Fase Stabilisasi ke Fase Transisi
• Kembalinya nafsu makan
• Mulai menghilangnya edema pada bayi yang semula ada edema. Bayi
dengan edema berat (+3) harus tetap di Fase Stabilisasi sampai edema
berkurang (+2)

Terapi dietetic Fase Transisi


• Hanya F-100 yang diencerkan yang diberikan.
• Jumlah F-100 yang diencerkan dinaikkan 1/3 dari jumlah yang diberikan
pada Fase Stabilisasi.
Nafsu makan baik: Hanya F-100 yang

Kriteria untuk beralih dari Fase


Transisi ke Fase Rehabilitasi

Terapi Dietik Fase Rehabilitasi


bayi menghabiskan diencerkan yang
minimal 90% formula digunakan.
terapeutik yang Selama fase
diberikan pada Fase Rehabilitasi, bayi
Transisi. mendapat formula
Edema hilang pada terapeutik sebanyak 2
bayi yang pada kali jumlah yang
mulanya ada edema. diberikan pada Fase
Minimal 2 hari berada Stabilisasi.
di Fase Transisi.
Tidak ada masalah
medis.
Pemantauan Kriteria sembuh/selesai
perawatan

• Berat badan • Z-Skor BB/PB ≥ -2 SD


• Derajat edema (0 selama 3 hari
sampai +3) berturut-turut
• Suhu tubuh (diukur 2 • Tidak ada edema
kali sehari) selama 2 minggu
• Gejala klinis: batuk, • Kondisi klinis baik,
muntah, defekasi, anak sadar dan tidak
dehidrasi, ada masalah medis
pernafasan, ukuran • Saat dipulangkan, F-
organ hati 100 yang diencerkan
• Hal-hal lain yang dapat diganti dengan
perlu dicatat formula bayi standar
Kriteria pindah ke Kriteria bayi < 6 bulan
layanan rawat jalan bisa keluar dari semua
layanan gizi buruk

• Kondisi klinis baik, • Bayi menyusui


bayi sadar dan tidak dengan baik atau
ada masalah medis mendapatkan
• Tidak ada edema pengganti ASI yang
• Bayi dapat menyusui cukup
dengan baik atau • Kenaikan berat
mendapatkan asupan badan yang cukup
yang cukup • Z-Skor BB/PB ≥ -2 SD
• Kenaikan berat
badan cukup (>5
g/kgBB/hari) selama
3 hari berturut-turut
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai