Anda di halaman 1dari 28

TOPIK : EKONOMI MARITIM

NAMA KELOMPOK 4 : 6. Moh. Agus saleh (B1A120275)


1.Ichsani devi syahbani (B1A120254) 7. La ode muhammad aqshaL(B1A120264)
2. Hikma Mayangsari (B1A120251) 8. Laode ferdiansyah (B1A120267)
3. INDRI YANA B. (B1A120256) 9. Jepan adiawan (B1A120259)
4.MORELIA TARISYA (B1A120277) 10. Febrian Amirul Akhlaq (B1A120245)
5. Febiana (B1A120244)
A. Sumber daya migas dan mineral
1. Sumber daya migas
Bahan galian minyak dan gas bumi (migas) yang
terdapat di dalam bumi Indonesia adalah sumber
daya alam strategis yang sangat penting bagi
negara. Sampai dengan saat ini subsektor migas
masih sebagai penyumbang terbesar penerimaan
negara. Untuk tahun 2010, misalnya, penerimaan
negara dari subsektor migas diperkirakan sebesar
Rp. 219,2 triliun (melebihi target APBN-P 2010
sebesar Rp. 215 triliun), terdiri atas PPh migas Rp.
58,9 triliun, PNBP migas Rp. 152,05 triliun, dan
PNBP lainnya Rp. 8 triliun.
Meskipun saat ini Indonesia telah berubah dari negara
net oil exporter menjadi net oil importer sebagai akibat
meningkatnya konsumsi dalam negeri yang tidak
diimbangi dengan kenaikan produksi, subsektor migas
sampai dengan saat ini (dan tampaknya pada tahun-
tahun ke depan) masih diyakini sepenuhnya sebagai
penyumbang devisa negara yang cukup signifikan.
Optimisme ini setidaknya didasarkan atas fakta-fakta
sebagai berikut: pertama, ketersediaan cadangan energi
yang besar; kedua, pertumbuhan kebutuhan energi yang
cukup tinggi; ketiga, komitmen pemerintah terhadap
penciptaan iklim bisnis yang kondusif di sektor minyak
dan gas bumi; keempat, restrukturisasi dan deregulasi
industri migas nasional yang memungkinkan adanya
kompetisi pasar yang sehat dan transparan.
Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas
2001), pengusahaan migas di Indonesia dituangkan dalam
bentuk (a) Kontrak Karya sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 6 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 44 Prp.
Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
(UU Migas 1960) dan (b) Kontrak Production Sharing
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (UU PERTAMINA).
Salah satu perbedaan prinsip antara Kontrak Karya dan
Kontrak Production Sharing terletak pada pembagian
pendapatan dari hasil minyak dan gas bumi. Pada Kontrak
Karya, yang dibagi adalah hasil penjualan minyak dan gas
bumi; sedangkan pada Kontrak Production Sharing yang
dibagi adalah hasil produksi minyak dan gas bumi.
Sejak diundangkannya UU Migas 2001, Kontrak
Production Sharing tidak lagi menjadi satu-satunya
bentuk kontrak di bidang kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi. Pasal 11 ayat (1) UU Migas 2001
menyebutkan bahwa kegiatan usaha hulu migas
dilaksanakan dalam bentuk kontrak kerja sama.
Dengan kata lain, bentuk kontrak di bidang kegiatan
usaha hulu migas dapat berupa Kontrak Production
Sharing atau bentuk kontrak kerja sama lainnya,
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
"dikuasai oleh negara" dan "dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".
2. Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral adalah semua cadangan bahan galian yang
dijumpai di bumi yang berguna bagi manusia. Contoh sumber daya
mineral adalah besi, nikel, timah, batu bara. Sumber daya mineral
merupakan sumber daya alam tidak terbarukan. Hal tersebut
dikarenakan tidak dapat dibuat kembali dalam waktu singkat.
A. Jenis Jenis Mineral di Indonesia
 Emas
Pertambangan emas tersebut tertua di Indonesia di Salido,
SumatraBarat. Sebelum perang dunia II, tambang emas Lebong Tandai
di Rejang Lebong, Bengkulu merupakan penghasil emas terbanyak
diIndonesia. Tambang lainnya terdapat di Cikotok dan Cirotan, Jawa
Barat yang merupakan milik pemerintah, dan diusahakan oleh PT
AnekaTambang. Pengolahan dan pemurnian bijih emas dilaksanakan
oleh Unit Logam Mulia yang menghasilkan: emas, platina, dan perak.
 Intan
Pertambangan Intan, berlokasi di Riam Kanan Kiwa (Kiri) dan sungai
Kusan di KalimantanSelatan.Eksploitasi tambangintan oleh PT Aneka
Tambang dipusatkan di Simpangempat, 30 km arah Timur Laut
Martapura Daerah penggalian lainnya terdapat di Cempaka.
Penggosokan Intan kasar menjadi intan hiasan dikerjakan di
Martapura.

 Timah
Timah merupakan logam dasar terkecil. Timah digunakan dengan
berbagai cara di pabrik timah,solder dan pabrik kimia; mulai dari baju
anti api, sampai dengan pembuatan stabiliserpvc, pestisida, pengawet
kayu dan kaleng lapis timah. Sumber daya mineral timah di Indonesia
tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung,
Singkep, Karimun dan Kundur.
 Mangan
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama
adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam
cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap
metalik sampai submetalik.Manggan di Indonesia terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan
Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
 Nikel
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras dan
mulur (dapatditarik),mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam logam peralihan. Nikel
adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik, bersifat fleksibel dan mempunyai
karakteristik-karakteristik yang unik seperti tidak berubah sifatnya bila terkena udara,
ketahanannya terhadap oksidasi dan kemampuannya untuk mempertahankan sifat-sifat
aslinya di bawah suhu yang ekstrim, nikel lazim digunakan dalam berbagai
aplikasikomersial dan industri. Dalam keadan tidak bercampur, wujud nikel adalah sebagai
zat yang lembek, tapi nikel bisa menjadi baja tahan karat (stainless steel) apabila
dipadukan dengan krom, besi, danzat logam lainnya. Nikel sangat penting dalam
pembentukan logam campuran (alloy dan superalloy), terutama baja tidak berkarat
(stainless steel). Daerah penghasil nikel yaitu Bengkalis : Sumatra, Bolaang Mangondow :
Sulawesi Utara, Cikotok : Jawa Barat, Logas : Riau, Meuleboh : DI Aceh, dan Rejang Lebong
: Bengkulu
 Bijih besi
Penghasil utama besi adalah bijih besi karena besi sangat jarang ditemukan dalam
keadaan bebas. Besi merupakan bahan galian yang paling banyak dan beragam
kegunaannya karena disebabkan oleh kelimpahan besi di kerak bumi sangat besar dan
juga pengolahannnya relatif murah dan memerlukan biaya yang cukup murah. Selain itu
juga besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan (mempunyai banyak manfaat) dan
dapat dengan mudah dimodifikasi. Penambangan besi terdapat di daerah Lampung
(Gunung Tegak), Kalimantan Selatan (Pulau Sebuku), Sulawesi Selatan (Pegunungan
Verbeek), dan Jawa Tengah (Cilacap).
 Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan
terutama dari oksida aluminium. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika
dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen
Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu
lempung, lempung danserpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi,yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit
dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Di
Indonesia bauksit ditemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau Bangka dan
Kalimantan Barat.
 Tembaga
Tembaga digunakan sebagai bahan konduktor pada elektronik. Tambang tembaga banyak
terdapat di Cikotok Jawa Barat, Kompara Papua, Sangkarapi- Sulawesi Selatan, Tirtamaya
Jawa Tengah. Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi Tengah.
 Minyak bumi
Minyak bumi mentah harus diolah untuk dapat dipakai. Hasilnya antara lain avigas, avtur,
mogas, minyak tanah, solar, mnyak diesel, dan minyak bakar. Penambagan minyak bumi
terdapat di Sumatera Utara, Jawa Timur, Sumatra Selatan,Kalimmantan Timur, kemuadian
lagi di Sumatera Utara dan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
 Gas bumi
Biasanya gas bumi ditemukan bersama minyak bumi. Gas bumi di Indonesia dapat
ditemukan di Arun, sebelah Tenggara Lho Suumawe, Aceh, dan di Badak, Kalimantan Barat.
Dalam pengolahannya, gas bumi diolah menjadi gas bumi cair.
 Batu bara
Di Indonesia pertambangan batu bara dimulai sekitar abad 19. Mula-mula diusahakan
denganpertambangan Pengaron, Kalimantan timur dan tambang Sungai Durian di Sumatera
Barat, tetapi gagalkarena kesulitan pengangkutan. Di Indonesia terdapat jenis batubara yang
merupakan kualitas terbaik yaitu batubara “Antrasit” yaitu batubara yang kadar arangnya
sangat tinggi yang dihasilkan oleh tambang batubara Bukit Asam. Pada saat ini penggunaan
batu bara di Indonesia semakin menurun karena berganti dnegan gas.
 Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan obat patek dan korek api. Tambang
belerangterdapat di Gunung Welirang dan Gunung Jien (Jawa Timur). Selain itu
terdapat juga di Jambi, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara.
 Fosfat
Fosfat di Indonesia terdapat di gua-gua gamping dalam bentuk butiran dan
bungkalan besar.Kadar Fosfat Indonesia berkisar antara 30% sampai 40%.
Beberapa perusahaan swasta menggali fosfat diJawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Fosfat dipakai sebagai pupuk bagi tanah yang bersifat asam.
 Gipsum
Gypsum dibutuhkan dalam pembuatan semen. Selain untuk pembuatan semen,
gipsum juga dipakai dalam kedokteran sebagai pembalut bagian tubuh yang
patah, dan juga untuk pembuatan patung dan lain-lain. Gips ditambang di
daerah Cirebon, Rembang, Kalianget, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Utara.
 Yodium
Yodium diketemukan diberbagai tempat di Jawa. Di Jawa Timur ada tiga tempat yang
mengandung air garam beryodium, yaitu di Guyangan Kedungwaru, Watudakon
Sekarputih, Pujon (Kabupaten Malang). Yodium dipakai untuk pembuatan obat cair
merah (yodium tintura) untuk mencegah infeksi.
 Kaolin
Kaolin merupakan pelapukan dari mineral, antara lain pada batuan granit. Daerah
penghasilialah pulau Bangka, Belitung dan Sulawesi Utara.
 Asbes
Asbes adalah hasil tambang yang dapat digunakan sebagai atap rumah atau peralatan
lainnya. Tambang asbes terdapat di Kuningan Jawa Barat, Papua, Pulau Halmahera
Maluku, Pulau Seram Maluku.
 Aspal
Tambang aspal terdapat di Pulau Buton Sulawesi Tenggara. Aspal juga dihasilkan oleh
Permigan Wonokromo, Jawa Timur sebagai hasil pengolahan minyak bumi.
 Grafit
Tambang grafit terdapat di Payakumbuh dan Singkarak (Sumatra Barat). Grafit digunakan
sebagai bahan pembuat pensil.
 Granit
Tambang batu granit terdapat di DI Yogyakarta, Lampung, dan Riau.
 Mika
Mika digunakan untuk melapisi barang-barang agar tampak lebih indah dilihat.
Mika banyak terdapat di Kepulauan Ganggi di Maluku, Donggala, dan Pulau
Peleng Sulawesi Tengah.
 Pasir kuarsa
Pasir kuarsa dapat dilebur menjadi besi baja yang digunakan untuk membuat
kerangka beton, bahan kendaraan, alat rumah tangga, dan sebagainya. Pasir
kuarsa banyak terdapat di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan
Sulawesi Tenggara.
 Semen
Bahan-bahan semen banyak terdapat di Gresik-Jawa Timur, Indarung-Sumatra
Barat, Laah Kulu-Kalimantan Timur, Sukabumi-Jawa Barat, dan Tonasa-Sulawesi
Selatan.
B. Upaya Pemanfaatan dan Pembangunan Sumber Daya Mineral
1. Pemanfaatan Sumber Daya Mineral
Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) merupakan suatu hal yang sangat
penting dibicarakan dan dikaji dalam kerangka pelaksanaan
pembangunan nasional kita. Dengan potensi sumber daya alam yang
berlimpah sesungguhnya kita dapat melaksanakan proses pembangunan
bangsa ini secara berkelanjutan tanpa harus dibayangi rasa cemas dan
takut akan kekurangan modal bagi pelaksanaan pembangunan tersebut.
Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam ini akan mampu
membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia.
Namun demikian perlu kita sadari eksploitasi secara berlebihan tanpa
perencanaan yang baik bukannya mendatangkan kemakmuran dan
kesejahteraan namun malah sebaliknya akan membawa malapetaka yang
tidak terhindarkan. Akibat dari pengelolaan sumber daya alam yang tidak
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan dapat kita lihat
pada kondisi lingkungan yang mengalami degradasi baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Sumberdaya mineral yang terdiri dari berbagai mineral baik yang
digolongkan sebagai mineral logam, mineral industry dan bahan
bangunan adalah sumberdaya yang tak terbarukan dan tersebar tidak
merata di muka bumi. Sebagai konsekuensi, lokasinya yang umum berada
di bawah permukaan serta penyebarannya yang tidak merata potensi
sumberdaya mineral pada suatu daerahhanya dapat diidentifikasi setelah
dilakukan serangkaian penyelidikan pada daerah tersebut.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral tidak saja berarti dapat
menggali sebanyak mungkin tetapi juga harus memperhatikan batasan-
batasan lingkungan dan keselamatan kerja sejalan dengan prinsip
konservasi,serta mengandung arti bahwa manfaat ekonomi yang
diperoleh haruslah maksimal. Oleh karena itu, dari berbagai jenis bahan
galian tambang yang terdapat di wilayah Kampar, Tanjab Timur,
Gunungkidul, KJaten, Pacitan,dan Biak Numfor, perlu
dipertimbangkanjenis-jenis bahan galian yang dapat memberikan
manfaat dan nilai tambah yang maksimal, yang umumnya dicapai melalui
proses pengolahan bahan galian.
Dalam pemanfaatan sumber daya mineral mengacu pada konsep kawasan
pertambangan yang dicirikan oleh prinsip-prinsip:
a. Kawasan pertambangan ditentukan berdasarkan pertimbangan geologi
serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sebagai fungsi dari waktu
melalui perhitungan biaya-manfaat (cost-benefit).Artinya pemanfaatan
bahan galian dapat memberi manfaat yang lebih besar untuk jangka waktu
tertentu dibandingkan pemanfaatan sumberdaya alam lain di areal tersebut.
b. Kawasan pertambangan berarti di area daerah yang bersangkutan
strategi pembangunan jelas menempatkan industry pertambangan daerah,
PSK, sebagai prioritas dan sebagai pendorong pembangunan.
c. Kawasan pertambangan, dengan mempertimbangkan aspeksosial
budaya setempat ditujukan untuk mengoptimalkan nilai tambah dan
manfaat bahan galian bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
d. Kawasan pertambangan akan memudahkan para investor/usaha kecil
menengah maupun investor besar yang berminat mengembangkan usaha di
bidang pertambangan,pengelolaan maupun jasa pendukungnya.
Dalam perkembangannya, pengelolaan sumber daya mineral kini semakin
kompleks mengingat seiring dengan perkembangan zaman yang disertai
dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih. Dimana,
manusia dituntut untuk selalu menyesuaikan diri terhadap setiap
perubahan yang ada. Hal itupun yang sekiranya membawa dampak
terhadap inovasi demi inovasi yang bermunculan saat ini. Begitupun
halnya dengan sumber daya mineral yang pemanfaatannya memiliki peran
yang sangat sentral bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
2. Pengembangan Sumber Daya Mineral
Bahan tambang merupakan umpan untuk perindustrian yang kemudian
diolah dalam berbagai bentuk atau benda sesuai kehendak manusia.
Kegiatan pertambangan itu nsendiri dianggap sebagai industri sehingga
produk pertambangan termasuk dalam sektor industri seperti terlihat
dalam tata statistik. Kegiatan industri lanjut yang mengolah berbagai
bahan mentah menjadi bahan jadi digolongkan sebagai industri hilir,
tempat mengalir dan bermuaranya produk pertambangan.
a. Tahap Penyelidikan Umum
Pada tahap penyelidikan umum dilakukan beberapa kegiatan, terutama
kegiatan penyelidikan geoloi yang bertujuan mencari daerah yang
potensial. Sasarannya adalah menentukan lokasi dan mengetahui adanya
sumber daya. Dengan menambahkan berbagai penyelidikan lain, sasaran
berikutnya adalah menetapkan besarnya cadangan. Input yang diperlukan
adalah teknologi survei dan teknologi eksplorasi. Ahli geologi dan ahli
tambang bergabung untuk bersama-sama menetapkan besarnya cadangan.
Tingkat ketelitian dalam kategori sumber daya, dikenal dengan penemuan,
tereka, terunjuk dan terukur. Kategori sumber daya bergerak ke tahap
cadangan sesudah ditinjau nilai ekonominya, akan dijumpai bahwa dari
sumber daya tingkat penemuan dan tereka menjadi cadangan tingkat
mungkin, dari sumber daya terunjuk menjadi terkira dan dari sumber daya
terunjuk menjadi terbukti. Sesudah cadangan diketahui, tingkat
selanjutnya adalah melakukan berbagai persiapan untuk penambangan.
b. Tahap Eksplorasi
Semua data yang diperoleh dari penyelidikan umum, termasuk data yang diperoleh dari prospektor,
baik melalui panca indera maupun cara modern, dikumpulkan dan diolah oleh para manajer
eksplorasi, biasanya ahli geologi atau ahli tambang eksplorasi. Dari evaluasi ini kemudian disusun
program pengeboran. Pada tahap ini biayanya relatif paling besar, dibanding dengan tahap-tahap
lainnya, sehingga asas efisiensi sangat penting.
c. Tahap Eksploitasi
Tahap eksploitasi atau penambangan merupakan tahap yang paling utama dari seluruh
rangkaiakegiatan pengembangan sumber daya mineral. Semua penyelidikan yang telah dilakukan,
sejak mencari mineral sampai ditemukannya mineral tersebut, pada akhirnya bermuara pada kegiatan
pertambangan. Dalam tahap perta,bangan konsentrasi diletakkan pada teknologi penambangan yang
efisien, mineral terambil dengan cara yang baik (good mining practice), tidaak menimbulkan
kerusakan lingkungan.
d. Tahap Pengolahan
Dalam tahap pengolahan terdapat berbagai proses. Pada pertambangan batu bara, prosesnya hanya
terbatas kegiatan fisika, yaitu peremukan, penggerusan, pemilahan, dan pencucian. Pada proses
pencucian, batu bara yang tersisa dari ayakan kemudian dicuci, diendapkan dan didinginkan. Sisanya,
berupa kotoran dalam bentuk lumpur, ditampung dalam kolam-kolam buatan.
e. Manajemen Data
` Dalam pengembangan sumber daya mineral, satu hal yang sangat penting adalah pelaporan atau
catatan mengenai berbagai informasi dan data yang telah dikumpulkan. Hal ini terutama karena
kegiatan pengembangan sumber daya mineral mencakup kurun waktu yang lama.
C. Konservasi Sumber Daya Mineral
Menurut ridge, 1964 (dalam Zen, 1984: 67), berbunyi: “conservation is the most
sfficient practical recovery, processing, use, and re-use of known mineral raw
materials that present-day technique permits”. Jadi, konservasi adalah melakukan
penambangan, pemrosesan, penggunaan serta penggunaan ulang bahan mineral
secara praktis dan efisien yang dapat dilakukan dalam batas – batas kemampuan
teknik pada masa ini.
Konservasi dalam pengertian demikian dapat dimajukan dan dikembangkan
melalui penemuan sumber–sumber baru, pengembangan metoda–metoda baru
untuk memperoleh untuk memperolehnya darisumber–sumber lain, menemukan
bahan bahan pengganti bagi bahan yang kinibanyak dipakai, terutama bagi bahan
yang dipakai habis. Jadi, konservasi tidak boleh diartiakn sebagai preservasi, yakni
membiarkan bahan mineral di dalam tanah secara tak terjamah dan
menyisihkannya untuk digunakan generasi yang akan datang.konsep ini lebih
menekankan pada pengembangan metoda dan teknik baru untuk menemukan,
memproses dan memanfaatkan bahan-bahan mineral yang ada agar generasi
sekarang dan generasi mendatang lebih dapat memanfaatkan bahan -bahan secara
lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat.
Upaya konservasi harus diterapkan baik dalam kegiatan eksplorasi maupun kegiatan
eksploitasi sumber daya mineral. Dalam kegiatan eksplorasi sumber daya mineral,
upaya konservasi dapat dilakukan dalam bentuk pengarsipan data-data hasil eksplorasi
sumber daya mineral. Sehingga apabila data-data hasil eksplorasi yang diperoleh
tersebut menguntungkan dan memenuhi persyaratan untuk dilakukan langkah
penambangan selanjutnya maka langkah tersebut langsung dapat dilakukan. Walaupun
terlihat belum ekonomis untuk ditambang, apabila sudah tersedia data yang telah
diarsipkan pada suatu saat nanti ketika memang sumber daya tersebut sudah ekonomis
atau layak ditambang kita tidak perlu lagi memulai kegiatan eksplorasi dari awal, cukup
melanjutkan kegiatan eksplorasi pada langkah selanjutnya yang lebih detail.
Selain hal tersebut, penerapan konservasi sumber daya mineral juga dapat dilakukan
dalam bentuk efisiensi dan efektifitas dalam pengambilan data. Kegiatan-kegiatan
eksplorasi yang dilakukan disetiap daerah tentunya terdapat sumber daya mineral yang
berbeda-beda yang masih layak dan menguntungkan untuk ditambang. Dalam
melakukan kegiatan eksplorasi, objek yang dieksplor tidak hanya terfokus pada satu
komoditas saja tetapi juga memperhatikan keberadaan komoditas lain yang mungkin
juga ada dalam suatu daerah yang sedang dieksplorasi. Sehingga tidak terjadi kegiatan
eksplorasi ditempat yang sama hanya untuk mencari kemungkinan keberadaan suatu
komoditas yang berbeda.
Upaya konservasi terhadap sumber daya mineral ini sudah menjadi tanggung jawab
bersama dalam pengelolaan dan penghematan sumber daya yang semakin langka karena
kebutuhan manusia. 
D. Kebijakan Umum Konservasi Sumber Daya Mineral Di Indonesia
Pengelolaan sumber daya mineral memiliki beberapa landasan hukum antara lain:
1. UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat 3
2. UU. No. 4 / 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok lingkungan hidup
3. UU. No. 23 / 1997 tentang lingkungan hidup
4. UU No. 22 / 1999 tentang pemerintahan daerah
5. UU No. 25 / 1999 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
6. PP No. 20 / 1990 tentang pengendalian pencemaran air
7. Keputusan Menteri No.1261/K/25/MPE/ 1999 tentang pengawasan produksi
pertambangan umum
8. Keputusan Menteri No.1453/K/29/ MEM/2000 tentang pedoman pengawasan konservasi
bahan galian pertambangan umum
9. Keputusan Menteri No. 51/1995 tentang AMDAL
10. PP No. 25 / 2000, tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai
daerah otonom.
Kebijakan Konservasi Bahan Galian dalam perspektif pengelolaan sumber
daya mineral harus selaras dengan misi pembangunan sektor pertambangan
di Indonesia. Paling tidak ada dua hal penting yang harus menjadi perhatian
utama dalam penyusunan kebijakan konservasi ini. Pertama, pemanfaatan
sumber daya dan cadangan bahan galian secara optimal, bijaksana,
berwawasan lingkungan dan memberi dampak positif bagi kesejahteraan
masyarakat. Kedua, pemanfaatan sumber daya dan cadangan yang
mendorong peningkatan investasi dalam negeri dan penanaman modal asing
di Indonesia.
Salah satu pemanfaatan potensi sumber daya alam adalah pengelolaan bahan
galian pada industri pertambangan yang merupakan salah satu modal
pembangunan yang penting bagi suatu daerah. Bahan galian yang
mempunyai sifat : tidak terbarukan, jumlahnya yang terbatas, pengelolaannya
dapat merusak lingkungan, dan nilai ekonomisnya sangat tergantung dengan
kondisi, teknik-ekonomi, politik, sosial dan budaya, sehingga dalam
pengelolaannya perlu penerapan prinsip konservasi, yaitu optimalisasi yang
berkelanjutan.
Dalam rangka pengelolaan sumber daya mineral terutama untuk
mengoptimalkan pemanfaatan bahan galian tersebut diperlukan pengetahuan
tentang ; perumusan kebijakan, pemantauan sumber daya dan cadangan,
penambangan dan pengolahan, serta pengawasan konservasi, sehingga dapat
mencegah terjadinya pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai
tahapan kegiatan. Oleh karena itu maka salah satu upaya untuk mendorong
terwujudnya penerapan konservasi sumber daya mineral secara efektif, perlu
dilakukan sosialisasi/bimbingan teknis konservasi sumber daya mineral kepada
aparat Pemerintah Daerah, yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengawasan usaha pertambangan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
kemampuan dalam melaksanakan pengawasan konservasi sumber daya mineral.
 
F. Permasalahan dalam Sumber Daya Mineral
Kegiatan pertambangan sering menjadi sorotan negatif dan perhatian banyak
pihak. Di satu sisi kegiatan pertambangan membawa dampak perubahan
lingkungan. Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa secara makro
kegitan pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pembangunan nasional.
Menurut Susmiyati (2005) terdapat permasalahan dalam pengusahaan
pertambangan dan batubara di Indonesia, yaitu :
1. Penguasaan negara atas bahan galian tambang batubara sangat besar
Konsepsi Hak Menguasai Negara merupakan masalah serius dalam praktik
pertambangan di Indonesia. Konsepsi ini kerap melahirkan berbagai kebijakan
salah kaprah yang berdampak bagi penduduk lokal. Dari konsepsi ini pula
trecipta tindakan – tindakan negara yang tidak bijak.
2. Kebijakan pertambangan batubara lebih berpihak pada modal asing
Keberpihakan pemerintah kepada investor asing nampak pada pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, yang menyatakan “ Perjanjian
dan komitmen I nternasional yang berlaku dan akan dibuat oleh pemerintah
juga berlaku bagi daerah otonom.” Ketentuan tersebut memperlihatkan betapa
pemerintah sangat melindungi pengusaha asing yang telah menanamkan
modalnya di Indonesia. Substansi tersebut akan membahayakan bagi daerah
sebab apabila pemerintah pusat mengadakan perjanjian internasional
berkaitan dengan pertambnagan batubara, maka daerah akan tunduk dengan
apa yang dilakukan pemerintah tersebut.
3. Konflik pemilikan lahan dengan penduduk lokal dan meniadakan posisi
masyarakat adat
Besarnya kekuasaan pemerintah untuk mengeluarkan ijin kuasa pertambangan
batubara mengakibatkan secara sepihak pemerintah dapat mengklaim suatu
wilayah sebagai tanah negara bebas dan memberikan kuasa pertambanga pada
perusahaan tambang berakibat terampasnya wilayah hidup rakyat. Hal ini yang
memicu konflik kepemilikan lahan dan penduduk lokal.
4. Tumpang tindih lahan dengan sektor lain
Industri pertambangan merupakan industry yang memakan lahan. Untuk
mengeruk bahan tambang diperlukan ketersediaan areal tambang yang sangat
luas. Hal ini yang memicu tumpang tindih peruntukan lahan dengan sektor lain.
5. Pelanggaran HAM dalam pengusahaan pertambangan batubara
Pengusahaan pertambangan batubara sering memunculkan konflik dengan
masyarakat sekitar areal pertambangan. Dalam penyelesaian sengketa seringkali
diwarnai dengan pelanggaran HAM. Seperti yang terjadi di kasus PT.KPC dengan
masyarakat desa Sekerat yang mengalami intimidasi selama proses ganti rugi
lahan kebunnya. Kasus PT Thailand di Kalimantan Timur sarat dengan
perampasan tanah adat, kebun dan hutan tanpa ganti rugi.
6. Ketiadaan konsep pencadangan energy
Perspektif yang dimiliki untuk menggali dan memanfaatkan sebesar – besarnya
bahan tambang dengan tidak memiliki konsep mineral reserve, tak memiliki
strategi untuk mengelola agar kekayaan bahan tambang masih bisa digali terus
oleh generasi yang akan datang, atau lebih panjang pemanfaatannya. Akibatnya,
dimana pun bahan galian terpendam akan segera digali.
7. Tidak berpihak pada lingkungan
Adanya perusahaan pertambangan menimbulkan berbagai masalah lingkungan
bagi kawasan sekitar areal penambangan. Seperti rusaknya lahan pertanian,
sungai, hutan, dan lainnya yang berakibat pada kehidupan masyarakat sekitar.
8. eklamasi lahan paksa penambangan tidak dilakukan
Perusahaan yang telah selesai melakukan penambangan harus melakukan
reklamasi lahan. Hal tersebut sudah tercantum dalam Pasal 30 Undang – Undang
Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967. Namun dalam pelaksanaannya tidak
berjalan efektif. Lahan bekas tambang dibiarkan menjadi danau – danau
beracun. Hal ini terjadi karena tidak adanya sanksi tegas bagi perusahaan tamban
yang melakukan pelanggaran.
9. Rakyat akan mudah dikriminalkan
Persoalan lain yaitu konsep kriminalisasi terhadap rakyat
melalui Undang – Undang Pertambangan untuk
meminggirkan hak – hak rakyat atas bahan tambang. Hal
tersebut tercantum pada pasal 32 ayat 2 Undang- Undang
Nomer 11 Tahun 1967 yaitu “ Dihukum dengan hukuman
selama tiga bulan dengan denda setinggi – tingginya sepuluh
ribu rupiah, barang siapa yang berhak atas tanah merintangi
atau mengganggu usaha pertambangan yang sah.”
Penyelesaian atas sengketa berkaitan dengan penambahan
batubara hendaknya dapat memenuhi rasa keadilan para
pihak yang bersengketa.

Anda mungkin juga menyukai