Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS

SEORANG PEREMPUAN 76 TAHUN


DENGAN BRONKIEKTASIS BILATERAL,
Bekas TB, CPC dekompensated dengan gagal
nafas tipe II kronik

oleh:
Siti Ngafiyah
G0004200
 STATUS PENDERITA

IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Klampuyan 8/10 Plupuh, Sragen
Tanggal masuk : 12 Februari 2010
Tanggal Pemeriksaan: 16 Februari 2010
No. RM : 994943
ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Sesak nafas


 Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 3 hari SMRS penderita mengeluh sesak nafas terus-
menerus, bertambah berat dngan aktivitas, berkurang dengan
istirahat. Nyeri dada (-). Tidur dengan tiga bantal . Pasien juga
batuk dengan dahak putih kekuningan kental, demam sumer-
sumer, keringat dingin malam (-) nafsu makan menurun (+) , berat
badan turun (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.
 Penderita batuk berdahak sebelumnya lama kurang lebih selama
2 tahun , berobat ke pukesmas dan diberi obat yang diminum
setiap hari selama 6 bulan. Namun 3 bulan terahir batuk dan
sesak semakin berat dirasakan. Sehingga ahirnya pasien datang
ke UGD RSDM
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : disangkal.


Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal.
Riwayat Asma : (+)sejak kecil
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal.
Riwayat Alergi : (+) udara dingin dan debu
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat OAT : (+)
Riwayat kebiasaan.

Riwayat merokok : disangkal.


Riwayat minum alkohol : disangkal.
Riwayat olahraga : Tidak pernah.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : sedang, kompos mentis, gizi kurang.
2. Tanda Vital : Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Rr : 28x/menit
Suhu : 36,2 ºC
3. Kepala : tak
4. Mata : tak
5. Telinga : tak
6. Hidung : tak
7. Mulut : tak
8. Leher : JVP tidak meningkat limfonodi dan
kelenjar tiroid tidak membesar.
9. Thorax : retraksi (-)
10. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-).
11. Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH(+/+) postero
inferior dextra et sinistra, Wheezing (-/-)
12. Abdomen : tak

13. Ekstremitas : ekstremitas bawah oedem dextra et sinistra,


jari-jari tabuh extremitas atas dan bawah,
sianotik (-)
14. Range of Motion (ROM) : dalam batas normal
15. Manual Muscle Testing (MMT) : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal


fungsi vegetatif : IV line, DC
Satus Psikiatrik : dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

I. Laboratorium Laboratorium Hasil


No.
1 Hb (g/dl) 8,7
2 Hct (mg%) 31
3 AE (106/ul) 4,04
4 AL (103/ul) 9,6
5 AT (103/ul) 326
6 Gol. Darah O
8 GDS (mg/dl) 106
9 Ureum (mg/dl) 22
10 Kreatinin (mg/dl) 0,8
11 Na+ (mmol/l) 140
12 K+ (mmol/l) 5,1
13 HbsAg (-)
Foto Thorax AP

Kesan efusi pleura, cardio


thorax ratio (CTR) 62 %
EKG :
- Sinus Rhytem Heart rate : 93 X
- RAD
- S presisten V3-V6

BTA 2 X : hasil negatif


DAFTAR MASALAH
A. Problem Medis
• Sesak nafas
• Batuk berdahak (dahak sulit dikeluarkan)
• anemia
B. Problem Rehabilitasi Medik
1. Pola nafas yang cepat, inspirasi dan ekspirasi banyak menggunakan
mulut
2. Jumlah dan kekentalan sekret bronchial cenderung bertambah.
3. Posisi tidur pasien yang cenderung miring ke arah kanan,
karena bila
tidak akan terasa bertambah sesak.
4. bedrest lama
5. Terganggunya aktivitas sehari-hari
6. Gangguan psikis karena stres/beban pikiran akibat
penyakitnya.
ASSESSMENT

• Bronkiektasis bilateral terinfeksi


• CPC dekompensated dengan gagal nafas tipe II
kronik
• Bekas TB dd TB relaps dengan schwarte paru kanan
PENATALAKSANAAN

A. Terapi Paru :
IVFD RL + 2 amp aminofilin 30 tpm
Injeksi Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Injeksi ceftriakson 2g/24 jam
Ambroxol tab 3X 30 mg
Balance cairan

B. Terapi Jantung
Injeksi Furosemid 1 amp/ 12 jam
Digoksin 1X 1tab
Terapi Rehabilitasi Medik
Fisioterapi :
 Positioning
 Perkusi atau vibrasi bila
a. Perkusi bertujuan untuk melepaskan sekret di paru
supaya mudah keluar. Yaitu dengan cara mengetuk dinding
dada berulang dengan ujung jari pada setiap segmen paru
selama 1-2 menit.
b. Vibrasi bertujuan untuk melepaskan sekret paru. Pasien
bernapas dalam kemudian letakkan tangan pada dada pasien,
lakukan getaran (gunakan lengan dan otot bahu), pasien disuruh
menghembuskan napas.
 Postural drainage: Membantu secara efektif pengeluaran
sekret dari paru dan jalan napas. Posisi kepala/ dada
letaknya lebih rendah selama 15 menit
 Latihan batuk.
 Mobilisasi terbatas untuk mencegah ulkus dekubitus karena
berbaring lama
Occupational terapi :

 Melatih aktifitas kegiatan sehari-hari.


 Rekreatif : melatih ketrampilan sesuai dengan hobi
dan pekerjaan mengisi waktu senggang, mengurangi
stress pikiran, dsb.
Psikologi :

 Memberikan support mental dan psikoterapi pada pasien


karena penyakit Bronkiektasis merupakan penyakit yang
bersifat permanent dan kronis sehingga akan diderita
dalam jangka waktu lama, sehingga seringkali pasien
merasa kecewa, depresi karena penyakitnya.

 Memberikan dorongan pada pasien agar mau berobat


dan terapi secara teratur.
GOAL

 Mengurangi dan mencegah terjadinya


penumpukan lendir pada saluran nafas.
 Mencegah perburukan dan semaksimal
mungkin meperbaiki faal paru.
 Memperbaiki postur tubuh terutama
dada/ thorax.
EDUKASI

 Cukup minum air putih (minimal 2-3 liter per


hari). Minum air putih yang cukup dapat
membantu mengencerkan lendir dalam
saluran nafas sehingga akan lebih mudah
dikeluarkan.
 Cukup terpapar sinar matahari pagi.
 Saat pagi hari biarkan jendela kamar terbuka
agar matahari dapat masuk dan ventilasi
udara dalam kamar baik.
PROGNOSIS
 Dubia.
TINJAUAN PUSTAKA

BONKIEKTASIS
Definisi

Bronkientasis adalah pelebaran atau


dilatasi bronkus local dan permanen
sebagai akibat kerusakan struktur dinding.

Artinya dilatasi abnormal proksimal dari bronkus ukuran medium


(diameter > 2mm) disebabkan oleh destruksi otot dan komponen
elastis dinding bronkus. Atau pelebaran bronkus yang disertai
kerusakan dinding bronkus yang bersifat kronik dan menetap.
Etiologi
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui
berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai
dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu
sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin
muncul di satu atau dua tempat. Bronkiektasis bisa disebabkan oleh:

1. Infeksi pernapasan
• Campak
• Pertusis
• Infeksi adenovirus
• Infeksi bakteri contohnya Klebsiella,
Staphylococcus
atau Pseudomonas br>- Influenza
• Tuberkulosa
• Infeksi jamur
• Infeksi mikoplasma
2. Penyumbatan bronkus
 Benda asing yang terisap
 Pembesaran kelenjar getah bening
 Tumor paru
 Sumbatan oleh lendir3.

3. Cedera penghirupan
 Menghirup getah lambung dan partikel makanan
 Cedera karena asap, gas atau partikel beracun

4. Keadaan genetik
 Fibrosis kistik
 Diskinesia silia, termasuk sindroma Kartagener
 Kekurangan alfa-1-antitripsin
 Kelainan imunologik
 Sindroma kekurangan imunoglobulin
 Disfungsi sel darah putih
 Kekurangan koplemen
 Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid
artritis, kolitis ulserativa

 Keadaan lain
• Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)
• Infeksi HIV
• Sindroma Young (azoospermia obstruktif)
• Sindroma Marfan.
Patogenesis

 Faktor Radang dan Nekrosis

 Faktor Mekanik
Faktor Radang dan Nekrosis
 Radang pada saluran pernafasan silia
dari sel-sel epitel bronkus tidak berfungsi.
 Epitel kolumner degenerasi diganti menjadi
epitel torak
 elemen kartilago muskularis mengalami nekrosis dan
jaringan elastis yang terdapat disekitarnya mengalami
kerusakan

bronkial abnormal
Perubahan anatomi dinding
bronkial Gangguan
bersihan sekresi
menyebabkan kolonisasi dan
infeksi dengan organisme
patogen
hasilnya adalah
kerusakan bronkus berlanjut
dan lingkaran setan kerusakan
bronkus, dilatsi, gangauna
pembersihan sekret, infeksi
berulang dan kerusakan
bronkus lebih diffuse.
Faktor Mekanik
 Distensi mekanis sebagai akibat dinding bronkus yang
lemah, sekret yang menumpuk dalam bronkus, adanya
tumor atau pembesaran kelenjar limfe

 Peningkatan tekanan intra brokial distal dari penyempitan


akibat batuk

 Penarikan dinding bronkus oleh karena fibrosis jaringan


paru sebagai akibat timbulnya perlekatan lokal yang
permanen dari dinding bronkus.
Gambaran Klinis

 Keluhan
- mengeluh batuk produktif yang sering bersifat menahun, disertai dahak
purulen dalam jumlah banyak
- Sesak nafas timbul apabila ada stagnasi sputum yang luas pada saluran
nafas dan keradangan akut.

- Batuk darah timbul pada 50 % penderita


- Penderita tampak kurus, astenia dan aneroksia. Panas badan timbul
akibat infeksi sekunder.
Temuan Fisik
 Penderita tampak kurang gizi, anemi,
dispneu, kadang-kadang sianosis dan
sering didapatkan jari tabuh pada tangan
dan kaki. Ronki basah presisten pada
lobus inferior paru s
Laboratorium
Tidak khas, Hb dapat rendah (anemia), dapt pula tinggi bila ada polisitemia
sekunder sebagai akibat dari insufisiensi paru. Leukositosis dengan laju
endap darah yang tinggi sering dijumpai bila ada infeksi sekunder
Gambaran Radiologis
 Foto torak PA dan lateral : tampak infiltrat
pada paru bagian basal dengan daerah
radiolusen yang multipel menyerupai
sarang lebah (honey comb appeareance.

Bronkoskopi
Tidak dapat digunakan untuk melihat ektasis, akan
tetapi dapat untuk mengetahui adanya tumor atau
benda asing, sumber batuk darah, sputum dan
perdarahan.
Pemeriksaan faal paru
 Untuk melihat akibatnya yaitu kelainan resrtiksi dan atau
obstruksi.

 Kelainan faal paru yang terjadi tergantung luas dan


beratnya penyakit.

 Fungsi ventilasi dapat masih normal bila kelainannya


ringan.

 Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital (KV)


dan kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama
(VEP 1) terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya
obstruksi aliran udara pernafasan.
Tinggkat beratnya penyakit
 Bronkiektasis ringan

 Bronkiektasis sedang

 Bronkiektasis berat
Bronkiektasis ringan, Ciri klinis :
 batuk-batuk dan sputum warna hijau
hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi
sekunder)
 produksi sputum terjadi dengan adanya
perubahan posisi tubuh
 biasanya ada hemoptisis sangat ringan,
 pasien tampak sehat dan fungsi paru
normal.
 Foto dada normal.
Bronkiektasis sedang, Ciri klinis :
 batuk-batuk produktif terjadi tiap saat, sputum timbul tiap saat
(umumnya warna hijau dan jarang mukoid, serta bau mulut busuk)

 sering- sering ada hemoptisis,

 pasien umumnya masih tampak sehat dan fungsi paru normal,

 jarang terjadi jari tabuh.

 Pada pemeriksaan fisis paru sering ditemukan ronki basah kasar


pada paru yang terkena,

 gambaran foto dada boleh dikatakan masih normal.


Bronkiektasis berat, Ciri klinis :
 batuk-batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan
berbau .
 sering ditemukan adanya neumonia dengan hemoptisis dan nyeri
pleura. Sering ditemukan jari tabuh.
 Bila ada obstruksi saluran nafas akan dapat ditemukan adanya
dispneu, sianosis, atau tanda kegagalan paru.
 Umumnya keadaan pasien kurang baik.
 Sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata, dan
sebagainya. Pasien mudah timbul pneumonia, septikemia, abses
metastasis, kadang-kadang amiloidoisis.
 Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan ronki basah kasar pada
daerah yang terkena.
 Pada gmbaran foto dada ditemukan kelainan penambahan
bronchovascular marking dan multipel cyst containing fluid level
(honey comb appeareance).
Diagnosis

 Diagnosis pasti ditegakan dengan


pemeriksaan broskografi/ CT scan yang
tampak pelebaran bronkus
Diagnosis Banding

 Bronkitis kronis
 Tuberkulosis paru
 Abses Paru
 Tumor Paru
Penatalaksanaan

1. Konservatif
- mengobati penyakit dasar
- drainase postural
- Penggunaan antibiotika yang tepat dan
segera
- Mencairkan sputum yang kental, hal ini dapat
dilakukan dengan misalnya : inhalasi uap air
panas atau dingin (menurut keadaan),
menggunakan obat-obat mukolitik dan
perbaikan hidrasi tubuh (banyak minum air
putih)
drainase postural
 Tindakan ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi gejala,
tetapi harus dikerjakan terus menerus.

 Pasien diletakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa hingga dapat


dicapai drainase sputum secara maksimal.

 Tiap kali melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit


dan tiap hari dikerjakan 2 sampai 4 kali.

 Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum


(sekret bronkus) dengan bantuan gaya gravitasi.

 Apabila dengan mengatur posisi tubuh pasien seperti disebut di atas


belum diperoleh drainase sputum secara maksimal dapat dibantu
dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada pasien
(tabbottage)
Penatalaksanaan
1. Suportif
 Memperbaiki keadaan umum
 Psikoterapi agar tidak menarik diri dari lingkungan

2. Pembedahan
 Paling ideal dilakukan pada bagian yang sakit
 Indikasi : Batuk darah berulang, proses ektasis
yang local/ soliter
 Kontra indikasi: pada bronkiektasis yang difuse,
faal paru yang jelek
Penyulit

 batuk darah massif


 Kor pulmonal kronikum dekompensata

 Infeksi sekunder
Prognosis

 Prognosis tergantung dari penyebab, lokasi,


luas, proses, drajat ganguan faal paru dan
adanya penyulit.

 Penggunaan antibiotika yang tepat dan tindakan


bedah sangat berpengaruh terhadap prognosis.

 Tanpa pengobatan penderita ektasis jarang


dapat hidup melewati umur 10-15 tahun.
Kebanyakan penderita meninggal pada umur
kurang dari 40 tahun karena adanya penyulit.

Anda mungkin juga menyukai