Anda di halaman 1dari 36

“ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PENYAKIT INFARK


MIOKARD”
Oleh :
Tk.II B Kelompok 4
1. Nelva Kurnia Putri
2. Mutia ilmi
3. Monica Asrivayani
4. Muhammad Ifra
1. Definisi
• Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis
miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. Infark Miokard Akut (IMA) adalah
terjadinya nekrosis miokard yang cepat disebabkan
oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara
aliran darah dan kebutuhan darah miokard.
(M.Widiastuti Samekto,13 : 2001). Infark
miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
(Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 :
2002).
2. Etiologi
A. Faktor penyeba  Hipoksemia
1.Suplai oksigen ke miokard  Polisitemia 
berkurang yang disebabkan 2. Curah jantung yang
oleh 3 faktor : meningkat
a. Factor pembuluh darah :   Aktivitas berlebihan
 Aterosklerosis   Emosi
 Spasme   Makan terlalu banyak
 Arteritis.   Hypertiroidisme
b. Factor sirkulasi : 3. Kebutuhan oksigen
 Hipotensi miokard meningkat pada :
 Stenosis aurta  Kerusakan miokard
 Insufisiensi  Hypertropimiokard
c. Factor darah :  Hipertensi diastolic
 Anemia
B.   Faktor predisposisi a. Mayor :
1. Factor biologis yang tidak  Hyperlipidemia
dapat diubah :  Hipertensi
a. Usia lebih dari 40 tahun.  Merokok
b. Jenis kelamin : insiden  Diabetes
pada pria tinggi,sedangkan  Obesitas
pada wanita meningkat
 Diet tinggi lemak jenuh, kalori
setelah menopause
b. Minor :
c. Hereditas
 Inaktifitas fisik
d. Ras : lebih tinggi insiden
 Pola keperibadian Tipe A
pada kulit hitam.
(emosional, agresif,
2.    Factor resiko yang dapat
ambisius, kompetitif)
diubah :
 Stress psikologis berlebihan.
3.  Patofisiologi
Penyebab sumbatan tidak diketahui diperkirakan adanya
penyempitan arteri koronaria yang disebabkan karena
penebalan dari dinding pembuluh darah, vasospasme, emboli
atau thrombus. Karena penyempitan dinding pembuluh darah
pada arteri koronaria menyebabakan suplai oksigen yang
menuju kejantung berkurang, jantung yang kekurangan oksigen
akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi
anaerob. Perubahan ini menyebabakan penurunan
pembentukan fosfat yang berenergi tinggi diman hasil akhir dari
metabolisme anaerob ini adalah asam laktat, apabila
berlangsung lebih dari 20 menit akan akan terjadi ishemia
jantung yang meningkat sehingga akan menyebabkan nyeri dada
yang hebat bahkan karena nyeri dada yang hebat tersebut
terjadi schok kardiogenik.
Hemodinamik mengalami perubahan yang
menyebabakan berkurangnya curah jantung
meningkatkan tekanan ventrikel kiri, retensi
air dan garam sehingga dapat menimbulkan
kelebihan cairan dalam tubuh. Perubahan
hemodinamik ini bila berlangsung lama akan
menyebabkan jaringan rusak bahkan kematian
pada otot jantung.
4.  Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-
remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.Nyeri
dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang
bahkan ke punggung dan epigastrium.Nyeri berlangsung lebih lama
dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin.
Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua,
tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan
mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau
sinkope.Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama
penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal
ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan
angina.perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Kelainan
pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST
depresi, Q. patologis
b. Enzim Jantung : CPKMB, LDH, AST.
c. Elektrolit :Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas,missal hipokalemi, hyperkalemia.
d. Sel darah putih : Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya
tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan
proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi :Meningkat pada ke-2 dan ke-3
setelah AMI menunjukkan inflamasi.
f.  Kimia : Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi
atau perfusi organ akut atau kronis
g. GDA :Dapat menunjukkan hypoksia atau proses
penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum :Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada :Mungkin normal atau menunjukkan
pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j.  Ekokardiogram :Dilakukan untuk menentukan
dimensi serambi, gerakan katup
atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi
katup.
6. Komplikasi l.   Takikardia atrium multifocal
a.  Aritmia m. Kontraksi prematur
b.  Bradikardia sinus ventrikel
c.  Irama noda n.  Takikardia ventrikel
d.  Gangguan hantaran o.  Takikardia idioventrikel
atrioventrikular p.  Flutter dan Fibrilasi
e.  Gangguan hantaran ventrikel
intraventrikel q.  Renjatan kardiogenik
f.   Asistolik r.   Tromboembolisme
g.  Takikardia sinus s.   Perikarditis
h.  Kontraksi atrium premature t.    Aneurisme ventrikel
i.   Takikardia supraventrikel u.   Regurgitasi mitral akut
j.   Flutter atrium v.    Ruptur jantung dan
k.  Fibrilasi atrium septum
7.  Penatalaksanaan
a.    Rawat ICCU, puasa 8 jam
b.    Tirah baring, posisi semi fowler.
c.     Monitor EKG
d.     Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e.     Oksigen 2 – 4 lt/menit
f.      Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
g.     Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h.     Bowel care : laksadin
i.       Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
j.       Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k.      Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian d. Ekspansi dada tidak penuh
A. Pengkajian Primer e. Penggunaan otot bantu
1. Airways nafas
a. Sumbatan atau 3. Circulation
penumpukan secret a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Wheezing atau krekles b. Takikardi
2.  Breathing c. TD meningkat / menurun
a. Sesak dengan aktifitas d. Edema
ringan atau istirahat e. Gelisah
b. RR lebih dari 24 kali/menit, f. Akral dingin
irama ireguler dangkal g. Kulit pucat, sianosis
c. Ronchi, krekles h. Output urine menurun
 
B. Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas 2.Sirkulasi
Gejala : Gejala : riwayat IMA
a. Kelemahan sebelumnya, penyakit
b. Kelelahan arteri koroner, masalah
c. Tidak dapat tidur tekanan darah, diabetes
d. Pola hidup menetap mellitus. Tanda :
e. Jadwal olah raga tidak a. Tekanan darah
teratur 1. Dapat normal / naik /
Tanda : turun
a.  Takikardi 2. Perubahan postural
b.  Dispnea pada istirahat dicatat dari tidur sampai
atau aaktifitas duduk atau berdiri
b. Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau
penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel
d. Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot jantung
e. Friksi ; dicurigai Perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda :normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
6. Hygiene Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas
perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8.  Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a.       Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
b. Lokasi:
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung,
leher.
c. Kualitas : Crushing , menyempit, berat,
menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
d. Intensitas:
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
e. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien
pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan: d. bunyi nafas ( bersih, krekles,
Gejala : mengi ), sputum
a. dispnea tanpa atau 10.  Interkasi social
dengan kerja Gejala :
b. dispnea nocturnal a. Stress
c. batuk dengan atau tanpa b.Kesulitan koping dengan
produksi sputum stressor yang ada missal :
d. riwayat merokok, penyakit penyakit, perawatan di RS
pernafasan kronis. Tanda :
Tanda : a. Kesulitan istirahat dengan
tenang
a. peningkatan frekuensi
b. Respon terlalu emosi
pernafasan ( marah terus-menerus,
b. nafas sesak / kuat takut )
c. pucat, sianosis c. Menarik diri
2.  Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan.
c. Risiko tinggi Penurunan curah jantung b/d perubahan
frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel
dan kerusakan septum.
d. Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan b/d
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
e. Risiko tinggi Kelebihan volume cairan b/d
penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma.
f. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d
ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-
ekonomi; ancaman kematian.
g. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan
kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akandatang.
3.    Intervensi Keperawatan
A. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner.
Intervensi :
1.      Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi),
catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-
dinamik
Rasional :Menurunkan rangsang eksternal yang dapat
memperburuk keadaan nyeri yang terjadi
2.  Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian
yang tulus kepada klien.
Analisa:Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri
dengan memanipulasi adaptasi
fisiologis tubuh terhadap nyeri
3.  Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan,
distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi
Analisa:Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi
koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
a. Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken),
propanolol (Inderal)
b. Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
c.  Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem
(Prokardia).
Analisa:Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner
yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard
B. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan tubuh. Intervensi :
1.    Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan
sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Analisa:Menentukan respon klien terhadap aktivitas
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Analisa:Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen,
menurunkan risiko
komplikasi.
3.  Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan
abdominal.
Analisa:Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk,
batuk keras dan
mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah
jantung yang
kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan
darah
4.  Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Analisa:Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat
melelahkan klien tetapi
kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat
terapeutik
5.  Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola
peningkatan aktivitas
bertahap.
Analisa:Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan
kemampuan kerja jantung.
6. Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan
IMA.
Rasional :Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.
C. Risiko tinggi Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler
sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma
ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi :
1.    Pantau TD, HR dan DN,periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri
(bila memungkinkan)
Analisa:Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,
hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak
terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.Penurunanan curah jantung ditunjukkan
oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.

 2.  Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.


Analisa:S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan
iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan
3. Auskultasi bunyi napas.
Analisa:Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi
karena penurunan fungsi miokard.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
Analisa:Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya
bradikardia.
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien.
Analisa:Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan
menurunkan iskemia.
6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
Analisa:Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila
terjadi disritmia atau nyeri dada berulang
7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila
digunakan.
Analisa:Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan
sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen
pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.
D. Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan b/d
penurunan/sumbatan aliran darah coroner.
Intervensi :
1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-
tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
Analisa:Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah
jantung di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa,
hipoksia atau emboli sistemik
2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan
catat kekuatan nadi perifer.
Analisa:Penurunan curah jantung menyebabkan
vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh penurunan
perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi.
3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman,
kerja otot aksesori, bunyi
napas)
Analisa:Kegagalan pompa jantung dapat
menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu
dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan
komplokasi tromboemboli paru
4. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia,
penurunan bising usus, mual-muntah, distensi
abdomen dan konstipasi)
Analisa:Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
menimbulkan disfungsi gastrointestinal
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis
Rasional :Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan
volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ
lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin,
elektrolit)
Rasional :Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
a. Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
b. Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
c. Trombolitik (t-PA, Streptokinase).
Analisa:Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan
secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial,
kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis.
Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.
E.     (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi
ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma
Intervensi :
1.      Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels.
Analisa:Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung
2.  Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
Analisa:Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan
(overhidrasi)
3.   Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari
bila tidak kontraindikasi.
Analisa:Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan
BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
jantung.
4.  Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam
batas toleransi kardiovaskuler.
Analisa:Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa
tetapi tetap disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
5.  Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
Analisa:Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus
dibatasi.
6.  Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi
(Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/
Hidronolak-ton/Aldactone)
Analisa:Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi
kelebihan volume cairan
7.   Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
Analisa:Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga
meningkatkan pengeluaran kalium.
F.  Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan
kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi :
1.      Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan
kecemasan klien.
Analisa:Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat
berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas
terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran
sosial dan sebagainya.
2.  Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah,
cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
Analisa:Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien
dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap
lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
3.   Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti
cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-
mane,Lorazepam/Ativan).
Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan
secara langsung tetapi kecemasan dapat
dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang
dapat menunjukkan adanya kegelisahan,
kemarahan, penolakan dan sebagainya.
Analisa:Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kecemasan.
G.  Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi)
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung
dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
Intervensi :
1.  Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan
kemampuan/kesiapan belajar klien.
Analisa:Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan
fisik dan mental klien.
2.   Berikan informasi dalam berbagai variasi proses
pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas
kelompok)
Analisa:Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
3.   Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko,
pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan
perhatian cepat/darurat.
Analisa:Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih
bermanfaat daripada penjelasan ringkas dengan penekanan
pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien.
4.  Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver
Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan di
atas kepala.
Analisa:Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan
meningkatkan kebutuhan oksigen serta dapat merugikan
kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang.
5.  Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh:
duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang).
Analisa :Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan
kekuatan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. Di samping
itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan
memungkinkan kembalinya pola hidup normal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai