Anda di halaman 1dari 50

KATEGORI KETERANCAMAN SPESIES, HUKUM

PERLINDUNGAN DAN PERJANJIAN


INTERNASIONAL
Tujuan Konservasi SDAH dan Ekosistemnya

• Mengusahakan terwujudnya
kelestarian SDAH dan keseimbangan
ekosistemnya
• Dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan
manusia
• Status konservasi adalah kategori yang digunakan dalam klasifikasi
tingkat keterancaman kepunahan spesies makhluk hidup, baik
hewan maupun tumbuhan. Status konservasi bertujuan untuk
melindungi dan melestarikan spesies makhluk hidup.

• Status konservasi dapat dikeluarkan oleh masing-masing


pemerintah atau lembaga-lembaga yang fokus terhadap masalah
keanekaragaman hayati

• Sehingga, status konservasi di tiap-tiap negara dapat berbeda,


misalnya hewan A dilindungi di negara tertentu, namun di negara
lain tidak dilindungi.
•Beberapa spesies lebih rentan terhadap kepunahan
daripadayang lain termasuk:
•  Spesies pada ujung rantai makanan

•  Spesies lokal endemik dengan distribusiyang sangat terbatas

•  Spesies dengan populasi kecil

•  Spesies migratori

•  Spesies dengan siklus hidup yang sangat kompleks


• IUCN Red List of Threatened Species dan CITES
Appendices merupakan lembaga yang biasanya dijadikan
rujukan mengenai status konservasi secara global. Status
konservasi dari dua lembaga tersebut tidak bersifat
mengikat secara hukum, hingga suatu negara
mengadopsinya dalam sistem hukum masing-masing.

• Penerapan status konservasi akan mengikat apabila telah


berbentuk undang-undang atau peraturan yang secara
resmi diterbitkan oleh negara.
• Kategori status konservasi dari IUCN Red List
pertama kali diterbirkan pada tahun 1984 dan
hingga saat ini masih dijadikan panduan yang
paling berpengaruh mengenai status
konservasi keanekaragaman hayati. Daftar
tersebut ditinjau dan dievaluasi secara
berkelanjutan 5-10 tahun sekali.
• IUCN Red List of Threatened Species membagi status konservasi ke dalam
sembilan kategori, yaitu:

• Extinct (EX: Punah) adalah status konservasi yang diberikan untuk spesias yang
telah terbukti (tidak ada keraguan) bahwa individu terakhir dari suatu spesies
telah mati. Contohnya adalah harimau jawa dan harimau bali. IUCN mencatat
bahwa terdapat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang telah berstatus punah.
• Extinct In The Wild (EW: Punah Alam Liar) adalah staus konservasi yang ditukan
untuk spesies yang keberadaannya diketahui hanya di penagkaran atau di luar
habitat alaminya. Data IUCN menujukkan terdapat 38 hewan dan 28 tumbuhan
yang berstatus telah punah di alam liar.
• Critically Endangered (CR: Kritis) merupakan status konservasi yang diberikan
untuk spesies yang berisiko punah dalam waktu dekat. Contohnya adalah harimau
sumatera, badak jawa, dan jalak bali. Berdasarkan darai IUCN Red List, terdapat
1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang kini berstatus kritis
• Endangered (EN: Terancam) adalah status kosnervasi untuk spesies yang sedang menghadapi
risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat. Data IUCN menyebetukan terdapat 2.573
hewan dan 2.316 tumbuhan yang kini terancam, antara lain tapir, banteng, dan anoa.
• Vulnerable (VU: Rentan) merupakan status konservasi untuk kategori spesies yang
menghadapi risiko kepunahan di alam liar di waktu yang akan datang. Misalnya burung
kasuari dan merak hijau. Selain itu, tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang berstatus
rentan.
• Near Threatened (NT: Hampir Terancam) yaitu kategori status konservasi yang ditujukan
untuk spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam punah atau mendekati
terancam punah. IUCN Red List memberikan data terdapat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan
dalam status hampir terancam punah, antara lain burung alap-alap dan punai sumba.
• Least Concern (LC: Risiko Rendah) adalah kategori dari IUCN untuk spesies yang telah
dievaluasi namun tidak masuk dalam kategori manapun. 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan
masuk dalam kategori konservasi ini, seperti landak, ayam hutan merah dan hijau.
• Data Deficient (DD: Informasi Kurang) yaitu kategori status
konservasi yang diberikan apabila data atau informasi
mengenai kepunahannya belum jelas dan risiko
kepunahannya berdasarkan distribusi atau status
populasi. IUCN Red List menyampaikan terdapat 5.813
hewan dan 735 tumbuhan yang hingga saat ini
informasinya masih kurang, antara lain adalah punggok
papua.
• Not Evaluated (NE: Belum Evaluasi) adalah kategori status
konservasi yang tidak di evaluasi berdasarkan kriteria-
kriteria IUCN.
• CITES Appendices
• CITES atau Convention on International Trade
in Endangered Species of Wild Fauna and Flora
adalah perjanjian internasional yang
beranggotakan pemerintahan negara-negara di
dunia untuk memastikan perdagangan spesies
hewan dan tumbuhan tidak menyebabkan
ancaman bagi kelangsungan hidup suatu
spesies.
• Saat ini CITES memiliki anggota dari 181 negara. Tujuan dari status konservasi ini
adalah untuk mengontrol perdagangan hewan dan tumbuhan antar negara. Oleh
karena itu, otoritas yang bertugas mengawasi dan mengelola perdagangan flora dan
fauna ditunjuk oleh masing-masing pemerintahan.

• CITES memiliki 3 kategori status konservasi yang diatur perdagangannya, yaitu:

• Apendix 1 – Meliputi flora dan fauna yang terancam punah, dimana perdagangannya
diperbolehkan dalam keadaan luar biasa.
• Apendix 2 – Meliputi spesies yang tidak selalu terancam kepunahannya, akan tetapi
harus dikontrol untuk menghindari pemanfaatan yang membahayakan kelangsungan
hidupnya.
• Apendix 3 – Meliputi spesius yang dilindungi oleh setidaknya 1 negara dan negera
tersebut meminta bantuan CITES untuk mengandalikan perdagangan flora atau fauna
tersebut.
Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya
dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah
dan masyarakat, mencakup masayarakat umum,
swasta, lembaga swadaya masayarakat,
perguruan tinggi, serta pihak-pihak lain
• Status Konservasi di Indonesia
• Pemerintah Indonesia telah mengatur mengenai perlindungan
tumbuhan dan hewan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

• Dalam peraturan ini, berdasarkan pasal 20 ayat 1 terdapat 2


status konservasi untuk tumbuhan dan hewan, yaitu status
dilindungi dan tidak dilindungi. Berdasarkan pasal 20 ayat 2,
tumbuhan atau satwa yang termasuk di lindungi adalah yang
berada dalam bahaya kepunahan dan atau memiliki populasi
jarang.
• Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1990 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, terdapat daftar satwa
dan tumbuhan terbaru yang dilindungi.
Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat 249
spesies satwa dan tumbuhan yang harus
dilindungi. Namun hingga saat ini, belum ada
penambahan atau pembaharuan daftar
tersebut.
Dasar Hukum

• Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:


P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga
Konservasi
• Peraturan Dirjen PHKA Nomor: P.6/IV-SET/2011
tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi
• Peraturan Dirjen PHKA Nomor: P.9/IV-Set/2011
tentang Pedoman Etika dan Kesejahteraan
Satwa di Lembaga Konservasi
Ketentuan Umum
• Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-
situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun non-pemerintah
• Lembaga Konservasi untuk kepentingan umum adalah lembaga
yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar
di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah
maupun non-pemerintah yang dalam peruntukan dan
pengeloloaanya mempunyai fungsi utama dan fungsi lain untuk
kepentingan umum
• Lembaga Konservasi untuk kepentingan khusus adalah lembaga
yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar
di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah
maupun non-pemerintah yang dalam peruntukan dan
pengeloloaanya difokuskan pada fungsi penyelamatan atau
rehabilitasi satwa
FUNGSI DAN PRINSIP LK

FUNGSI LK :

 FUNGSI UTAMA PENGEMBANGBIAKAN TERKONTROL DAN/ATAU


PENYELAMATAN TUMBUHAN DAN SATWA DENGAN TETAP
MEMPERTAHANKAN KEMURNIAN JENISNYA

 PENDIDIKAN, PERAGAAN, PENITIPAN SEMENTARA, SUMBER


INDUKAN DAN CADANGAN GENETIK UNTUK MENDUKUNG
POPULASI IN-SITU, SARANA REKREASI YANG SEHAT SERTA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.

PRINSIP LK :
 PENGELOLAANNYA DILAKUKAN BERDASARKAN ETIKA DAN
KESEJAHTERAAN SATWA
BENTUK LK

A. PUSAT PENYELAMATAN SATWA;


B. PUSAT LATIHAN SATWA KHUSUS;
C. PUSAT REHABILITASI SATWA;
D. KEBUN BINATANG;
E. TAMAN SAFARI;
F. TAMAN SATWA;
G. TAMAN SATWA KHUSUS;
H. MUSEUM ZOOLOGI;
I. KEBUN BOTANI;
J. TAMAN TUMBUHAN KHUSUS; ATAU
K. HERBARIUM.
PENGELOMPOKAN LK

A.UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS :

 PUSAT PENYELAMATAN SATWA;


 PUSAT LATIHAN SATWA KHUSUS; DAN
 PUSAT REHABILITASI SATWA.

B.UNTUK KEPENTINGAN UMUM :

 KEBUN BINATANG;
 TAMAN SAFARI;
 TAMAN SATWA;
 TAMAN SATWA KHUSUS;
 MUSEUM ZOOLOGI;
 KEBUN BOTANI;
 TAMAN TUMBUHAN KHUSUS; DAN
 HERBARIUM.
KRITERIA LK

KRITERIA PUSAT PENYELAMATAN SATWA :

 JENIS KOLEKSI SATWA YANG DILINDUNGI DAN/ATAU SATWA ASING;


 PENGELOLAAN KOLEKSI BERSIFAT SEMENTARA ATAU TIDAK
MENETAP PERMANEN;
 MEMILIKI SARANA PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SATWA
 MEMILIKI FASILITAS KESEHATAN MINIMAL YANG BERFUNGSI
SEBAGAI KARANTINA DAN KLINIK;
 MEMILIKI TENAGA KERJA PERMANEN SESUAI BIDANG KEAHLIANNYA
 MEMILIKI FASILITAS KANTOR PENGELOLA; DAN
 MEMILIKI FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH.
KRITERIA PUSAT LATIHAN SATWA KHUSUS :
 SATWA YANG DIKOLEKSI KHUSUS SPESIES GAJAH;
 MEMILIKI SARANA PELATIHAN GAJAH, ANTARA LAIN TEMPAT
PENJINAKAN, TEMPAT PELATIHAN DAN PERLENGKAPAN PELATIHAN;
 MEMILIKI SARANA PELATIHAN SDM DAN BARAK MAHOUT;
 MEMILIKI SARANA PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SATWA
 MEMILIKI KETERSEDIAAN SUMBER AIR BERUPA SUNGAI ATAU DAM;
 MEMILIKI AREAL PENGGEMBALAAN;
 MEMILIKI FASILITAS KESEHATAN,
 MEMILIKI FASILITAS PELAYANAN PENGUNJUNG
 MEMILIKI TENAGA KERJA PERMANEN SESUAI BIDANG KEAHLIANNYA
 MEMILIKI FASILITAS KANTOR PENGELOLA; DAN
 MEMILIKI FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH.
KRITERIA PUSAT REHABILITASI SATWA :
 JENIS KOLEKSI TERDIRI DARI SATWA TERTENTU YANG
DILINDUNGI;
 MEMILIKI SARANA PENGADAPTASIAN,
 MEMILIKI SARANA PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SATWA
 MEMILIKI FASILITAS KESEHATAN
 MEMILIKI TENAGA KERJA PERMANEN SESUAI BIDANG
KEAHLIANNYA
 MEMILIKI FASILITAS KANTOR PENGELOLA; DAN
 MEMILIKI FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH.
KRITERIA KEBUN BINATANG :

 MEMILIKI SATWA YANG DIKOLEKSI SEKURANG-KURANGNYA 3


KELAS TAKSA BAIK SATWA YANG DILINDUNGI, SATWA YANG
TIDAK DILINDUNGI ATAU SATWA ASING;
 MEMILIKI LUAS AREAL SEKURANG-KURANGNYA 15 HEKTAR;
 MEMILIKI SARANA PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN SATWA
 MEMILIKI FASILITAS KESEHATAN
 MEMILIKI FASILITAS PELAYANAN PENGUNJUNG
 MEMILIKI TENAGA KERJA PERMANEN SESUAI BIDANG
KEAHLIANNYA
 MEMILIKI FASILITAS KANTOR PENGELOLA; DAN
 MEMILIKI FASILITAS PENGELOLAAN LIMBAH.
Permasalahan Sumber Daya Alam
 Kebutuhan SDA meningkat:
– Pertambahan penduduk
– Kemajuan pembangunan
 SDA terbatas, bahkan menurun.
Contoh Lampung (data, 2002)
 Kerusakan hutan (lindung 64%, Kawasan konservasi 43%,
HP 80%)
 Hutan mangrove (khususnya pantai timur) rusak parah
(90%)
 Lereng dan bukit digerus
 Sumber daya air tercemar dan persediaan air tanah
menurun
 Bahan tambang diekspoitasi tidak berwawasan
lingkungan
Upaya Pelestarian
 Tanpa upaya pelestarian/konservasi maka
terjadi krisis SDA (kualitas menurun,
persediaan langka, keanekaragaman
berkurang, dll).
 Salah satu upaya adalah melalui
pengaturan Hukum Sumber Daya Alam
(Natural Resources Law) atau Hukum
Konservasi (Coservation Law)
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI

• Peraturan masih banyak bersifat


sektoral dan overlapping
• Hukum dan kebijakan SDA masih
Economic Oriented ketimbang
Ecological & Sustainable Oriented
• Akibatnya kerusakan SDA terus
bertambah
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Pengertian Umum
• Kebijakan (policy) pengelolaan SDA berkaitan
dengan upaya atau perhatian dunia atau negara
terhadap pengelolaan SDA
• Kebijakan Pengelolaan SDA:
1. Kebijakan global (internasional)
• Konprensi internasional
• Lembaga internasional
• Kesepakatan internasional
2. Kebijakan nasional
• GBHN (RPJP/RPJM)
• Peraturan perundang-undangan
Kebijakan Nasional (Indonesia)

 Seminar Nasional Peng LH dan Pembg Nasional oleh


UNPAD, 15-18 Mei 1972
Persiapan Konprensi Stockholm, 1972.
 GBHN, Repelita (Sekarang: RPJP, RPJM, Propenas).
 Peraturan Perundang-undangan:
 Nasional: Belum ada UU SDA, yang ada
UULH/UUPLH
 Sektoral :
 UU No. 11/1967 tentang Pertambangan
 UU No. 5/1983 tentang ZEEI
 UU No. 5/1990 tentang Konservasi SDAH
dan Ekosistemnya
 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan
 UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air
 UU No. 31/2004 tentang Perikanan
 Daerah: Perda Propinsi dan Kabupaten/kota
Akb, 2006
Kebijakan Internasional (1)
Konprensi Internasional
1. Konprensi Stockholm, Swedia 1972 menghasilkan :
●Deklarasi Stockholm (26 prinsip)
●109 Rekomendasi
●11 resolusi
-> Berdirinya UNEP
-> 5 Juni sebagai Hari LH Sedunia
2. Konprensi Nairobi, Kenya 1982 menghasilkan :
●Deklarasi Nairobi (10 Prinsip)
3. Konprensi Rio de Janeiro, Brazil 1992 hasilnya :
●Deklarasi Rio (27 Prinsip)
●Biodiversity Convention
●Climate Change Convention
●Agenda 21
4. Konprensi Johanes Burg, Afrika Selatan, 2002.
Kebijakan Internasional (2)

Kesepakatan Internasional
• World Conservation Strategy, 1980.
Mengatur konservasi SDAH. Tiga tujuan konservasi SDAH:
a. Memelihara proses ekologis yang esensial serta SPK
b. Mengawetkan keanekaragaman jenis
c. Menjamin pemanfaatan lestari
• World Charter for Nature, 1982., Mengatur pelestaian SDA.
• CITES, 1973.
Mengatur perdagangan satwa liar dan tumbuhan langka agar
tidak punah. Ada dua upaya:
a. Perdagangan komersial spesies yg diancam punah, umumhya
dilarang (misalnya monyet besar, badak,kura-kura,
iakanpaus, gajah asia, dll)
b. Perdagangan komersial tradisonal (dengan persyaratan)
spesies yang belum dibahayakan, dibolehkan, tetapi
dipantau. Misalnya izin ekspor dari negara asal.
Kebijakan Internasional (3)

Kesepakatan Internasional

• UNCLOS, 1982; melindungi SDAH di laut, terutama ikan


• Biological Diversity Convention, 1992

Lembaga Internasional

• World Widelife Fund (WWF), 1961.


Berpusat di Swizerland, Jenewa. Titik berat pada konservasi
satwa langka.
• International Union for the Conservation of Nature and
Natural Resouces (IUCN), 1948.
• United Nations Env. Programme (UNEP), 1972. Berkedudukan
di Nairobi, Kenya.
• World Commission on Env. And Development (WCED)
Strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam tiga
hal berikut cara pelaksanaannya, yaitu :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)


a. Penetapan wilayah PSPK.
b. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK
d. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam
wilayah PSPK
e. Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam
wilayah PSPK
Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan

• Sistem penyangga kehidupan adalah suatu sistem yang


terdiri dari proses kait mengkait satu dengan lainnya, baik
unsur hayati maupun non hayati, yang apabila terputus
akan mempengaruhi kehidupan. Misalnya, mata air,
tebing, tepian sungai, danau, jurang, hutan, pantai dan
daerah aliran sungai
• Dalam World Conservation Strategy (WCS) 1980
ditegaskan ada tiga masalah utama dalam kaitan dengan
sistem penyangga kehidupan di dunia, yaitu:
– Sistem pertanian,
– Sistem kehutanan dan
– Sistem pesisir dan air tawar
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya
a. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya
b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-
situ konservasi).
Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
dan Satwa beserta Ekosistemnya
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa adalah upaya untuk menjaga agar agar
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya tidak punah.
Keanekaragaman hayati tersebut sangat penting,
baik untuk ilmu pengetahuan, obat-obatan,
maupun kelangsungan makhluk hidup lainnya
(fungsi ekologis secara efektif). Karena itu perlu
dicegah kepunahannya.
Prioritas pengawetan keanekaragaman hayati
adalah satwa liar yang terancam punah dan
beberapa varitas tanaman yang mulai berkurang.
3) Pemanfaatan Secara Lestari SDAH dan
Ekosistemnya

 Pengaturan hukum pemanfaatan secara lestari SDAH dan


Ekosistemnya diatur dalam Ps 26-36 UUKH;
 Pemanfaatan secara lestari SDA Hayati dan Ekosistemnya
dilakukan melalui kegiatan:
 Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian
alam; dengan cara tetap menjaga kelestarian fungsi
kawasan
 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar; dengan
cara memperhatikan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar
PERAN DAN MANFAAT KAWASAN KONSERVASI

• EKONOMIS (POTENSI SDAH BERUPA HASIL HUTAN NON KAYU,


SUMBER GENETIK, PENUNJANG BUDIDAYA)

• EKOLOGIS (PERLINDUNGAN DAN TATA AIR, PENGENDALI


SEDIMEN, JASA LINGKUNGAN), JASA LINGKUNGAN

• ESTETIKA (NILAI KEINDAHAN SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM)

• PENGEMBANGAN BUDAYA, PENDIDIKAN DAN PENELITIAN

• PEMANFAATAN MASA KINI DAN MENJAMIN PEMANFAATAN


MASA DEPAN BAGI GENERASI MENDATANG

• KESEPAKATAN KONVENSI INTERNASIONAL

Anda mungkin juga menyukai