Spectrum Resource
LOGO
Tujuan Perkuliahan
• Spectrum Resources
• Pengelolaan dan Penataan Frekuensi
• Perizinan Frekuensi
• BHP Frekuensi
Agenda
Pengertian
Semakin tinggi frekuensi maka akan semakin sulit dipantulkan oleh ionosfer. Maka dalam
komunikasi gelombang mikro (microwave) disyaratkan Line of Sight (LOS), yakni antena
pemancar dan penerima harus bisa saling melihat tanpa terhalang lengkung bumi.
Agenda
S-R Sebagai limited resources harus dikelola secara efektif dan efisien, melalui :
a) Perencanaan penggunaan S-R yang bersifat dinnamis dan adaptif
terhadap kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi
b) Pengelolaan S-R secara sistematik dan didukung sistem informasi S-R
yang akurat dan terkini
c) Pengawasan dan pengendalian penggunaan S-R yang konsisten dan
efektif
d) Regulasi yang bersifat antisipatif dan memberikan kepastian
e) Kelembagaan pengelolaan S-R yang kuat, didukung oleh SDM yang
profesional serta prosedur dan sarana pengelolaan S-R yang memada
Cont’d
• Ditjen Postel ( Dijen SDPPI ) adalah lembaga pengelola S-R yang terdaftar pada
organisasi internasional ( ITU ) sebagai administrasi telekomunikasi, mewakili
negara dalam forum internasional dan regional untuk bidang pengelolaan S-R
( dalam struktur Kominfo yang baru berada pada Ditjen Sumber Daya dan
Perangkat Pos dan Telematika )
• Bertanggung jawab secara sisstematik penggunaan S-R di wilayah republik
Indonesia
• Memiliki aturan nasional dalam pengelolaan S-R ( UU 36/1999 tentang
telekomunikasi, PP 52 dan 53 tahun 2000 dan peraturan teknis lainnya
• Menetapkan frekuensi kepada pengguna S-R, baik terhadap individu maupun
institusi / korporasi, melalui mekanisme lisensi sesuai ketentuan
• Menyiapakan materi yang komprehensif untuk bahan kebijakan pengelolaan S-R
Cont’d
Peraturan Internasional:
• Radio Regulation ITU
• Resolusi dan Rekomendasi ITU terkait
Peraturan Nasional
• Undang-undang No. 20 Tahun 1997 Tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak
• Undang-undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
• PP. No. 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
• PP. No. 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit
• PP. No. 28 Tahun 2005 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku Pada Depkominfo
• Kepmen No.5/2001 tentang Tabel Alokasi Frekuensi Indonesia
• Permen 17/PER/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Tata cara Perizinan dan Ketentuan
Operasional Penggunaan Spektrum Frkuensi Radio.
• Permen 19 /PER.KOMINFO/10/2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Biaya Hak Pengguanaan Spektrum
Frekuensi Radio
• Perdirjen No. 155/Dirjen 2005 Tentang Standar Operasional prosedur Pelayanan
Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio.
Perencanaan Kebijakan
Prinsip kerja satelit komunikasi sebenarnya hampir sama atau merupakan stasiun
relay/repeater/ dari gelombang mikro. Transponder yang ada di satelit berfungsi untuk
menguatkan sinyal dan mengubah frekuensinya. Oleh transponder, sinyal tersebut
akan dikirimkan kembali ke stasiun bumi penerima dengan menggunakan frekuensi
kerja yang dinamakan “downlink”
Microwave link
43.52%
Trunked radio
0.47%
GSM/DCS (Seluler)
20.67%
Siaran TV Digital DVB-T Siaran FM
0.00% 0.55%
Siaran TV Analog
0.34% Siaran AM
0.30%
Sanksi
• Minus :
Perhitungannya cukup rumit dan kompleks
Tidak mendorong pemanfaatan spektrum secara maksimal oleh operator
Operator dapat ‘menguasai’ spektrum tanpa membangun dan tanpa kewajiban pembayaran
Susah menghitung jumlah BTS Seluler yang semakin banyak, dan bervariasi (membuka
peluang operator untuk tidak melaporkan jumlah BTS yang sebenarnya)
Tidak fleksibel bagi operator seluler yang perlu mengkonfigurasi ulang jaringannya setiap
periode tertentu untuk meningkatkan kualitas layanan
Cont’d
Dasar Hukum
PP 07 tahun2009 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Departemen Komunikasi Dan Informatika)
Perhitungan BHP Frekuensi
Berdasarkan stasiun radio (penggunaan kanal)
Berdasarkan penggunaan pita frekuensi radio
BHP Frekuensi berdasarkan stasiun radio dihitung berdasarkan formula :
• Minus :
Penambahan nilai BHP pada titik tertentu akan cenderung stabil
Sulit untuk menentukan nilai ekonomis yang sebenarnya (jika terlalu mahal akan
menghambat pertumbuhan layanan tetapi jika terlalu murah akan tidak menguntungkan
negara)
Perlu proses transisi yang hati-hat idan cermat dari formula lama
Cont’d
Dasar Hukum
Ditetapkan dengan PP no 67 tahun 2010 sebagai perubahan tentang PP 07 tahun
2009
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka formula dasar dalam menghitung
BHP PITA adalah sebagai berikut :
P : indeks harga per MHz untuk setiap pita frekuensi (Rp. / MHz),
B : Bandwidth yang diberikan dalam izin (MHz),
C : Coverage, populasi penduduk dalam cakupan wilayah
N : Normalisasi,’A = Penyesuaian (Adjustment) untuk kasus tertentu.
Penerapan BHP Pita
• Dengan penyesuaian index konsumen , tarif BHP akan menjadi tetap secara
realterms.
• Masa transisi dalam penyesuaian BHP ISR ke BHP Pita ditetapkan dalam
jangka waktu 5 tahun. Dengan demikian penyesuaian BHP frekuensi yang
harus dibayarkan tidak akan mengalami perubahan secara drastis, baik
yang mengalami peningkatan maupun yang mengalami penurunan BHP
frekuensi.
Harapan Pengelolaan Frekuensi Radio
Untuk negara sebesar Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan
penetapan frekuensi lebih dari 100.000 ISR, maka dibutuhkan staf yang
profesional (expert)
• Spectrum Resources
Klasifikasi Dan Karakteristik Frekuensi
• Pengelolaan dan Penataan Frekuensi
Dasar Hukum, Kelembagaan, Dan Penataan Frekuensi
• Perizinan Frekuensi
Mekanisme Perizinan Dan Sanksi
• BHP Frekuensi
BHP Frekuensi ISR dan BHP Frekuensi Pita