Anda di halaman 1dari 36

Regulasi Telematika

Spectrum Resource

LOGO
Tujuan Perkuliahan

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan


tentang :

• Spectrum Resources
• Pengelolaan dan Penataan Frekuensi
• Perizinan Frekuensi
• BHP Frekuensi
Agenda

Chapter 1 – Spectrum Resources


1. Definisi Spectrum
2. Klasifikasi Frekuensi
3. Karakteristik Frekuensi

Chapter 2 – Pengelolaan Dan Penataan Frekuensi


Chapter 3 – Perizinan Frekuensi
Chapter 4 – BHP Frekuensi Radio
Definisi Spectrum

Pengertian

• Spektrum frekuensi radio adalah:


susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih kecil
dari 3000 GHz sebagai satuan getaran gelombang
elektromagnetik, merambat dan terdapat di dalam dirgantara
(ruang udara dan antariksa)”
Frekuensi adalah banyaknya gelombang per detik dengan satuan
hertz (Hz).
• Misal :
1 Hz = 1 gelombang per detik, 5 Hz = 5 gelombang per detik
Spectrum Resources

• Spsctrum Resources ( S-R ) sebagai limited natural resources


• Setiap Individu atau intansi / korporasi berhak menggunakan
S-R dengan memenuhi persyaratan
• Pada pita S-R tertentu dimanfaatkan sebagai media yang
memiliki nilai ekonomis untuk keperluan bidang usaha
(penyelenggaraan telekomunikassi seluler, penyiaran TV dan
penyelenggaran satelit)
Klasifikasi Frekuensi
Cont’d

Berdasarkan ITU Radio Regulation, frekuensi yang digunakan


untuk komunikasi radio adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Spektrum Frekuensi

Nomor Band Klasifikasi Akronim Frekuensi


4 very low frequency VLF 3 kHz - 30 kHz
5 low frequency LF 30 kHz - 300 kHz
6 medium frequency MF 300 kHz - 3000 kHz
7 high frequency HF 3 MHz - 30 MHz
8 very high frequency VHF 30 MHz - 300 MHz
9 ultra high frequency UHF 300 MHz - 3000 MHz
10 super high frequency SHF 3 GHz - 30 GHz
11 extra high frequency EHF 30 GHz - 300 GHz
12 ………………. …….. 300 GHz - 3000 GHz
Karakteristik Frekuensi

Frekuensi tinggi (HF)


Gelombang dapat dipantulkan sempurna oleh lapisan ionosfer atmosfer bumi dan juga
oleh tanah sehingga jarak propagasi menjadi sangat jauh (ribuan km).

Frekuensi menengah (MF)


Gelombang tidak terlalu sempurna dipantulkan oleh ionosfer dan tanah serta menimbulkan
derau. Jarak jangkauan terbatas beberapa ratus kilometer.

Frekuensi sangat tinggi (VHF)


Perambatannya seperti cahaya, namun tidak dipantulkan oleh ionosfer. Jarak yang dicapai
tidak terlalu jauh.

Semakin tinggi frekuensi maka akan semakin sulit dipantulkan oleh ionosfer. Maka dalam
komunikasi gelombang mikro (microwave) disyaratkan Line of Sight (LOS), yakni antena
pemancar dan penerima harus bisa saling melihat tanpa terhalang lengkung bumi.
Agenda

Chapter 1 – Spectrum Resources

Chapter 2 – Pengelolaan Dan Penataan Frekuensi


1. Prinsip Pengelolaan
2. Kelembagaan Dan Dasar Hukum
3. Penataan Frekuensi di Berbagai Kebutuhan

Chapter 3 – Perizinan Frekuensi


Chapter 4 – BHP Frekuensi Radio
PENGELOLAAN SPECTRUM
RESOURCES

Prinsip Pengelolaan Spectrum Resources

1. Pengelolaan S-R bersifat komprehensif, sistematik dan terpadu


2. Penerapan Secara Internasional yang diatur dalam radio regulations
3. Dikembangkan dalam aturan yang bersifat supra-nasional
4. Mampu Mengakomodasikan kebutuhan masa depan
5. Berorientasi pada kesejahteraan masyarakat yang didasarkan pada
kebutuhan nasional dan mengikuti perkembangan teknologi yang
selalu berkembang dan berkelanjutan
Cont’d

Pengelolaan S-R Sebagai Limited Resources

S-R Sebagai limited resources harus dikelola secara efektif dan efisien, melalui :
a) Perencanaan penggunaan S-R yang bersifat dinnamis dan adaptif
terhadap kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi
b) Pengelolaan S-R secara sistematik dan didukung sistem informasi S-R
yang akurat dan terkini
c) Pengawasan dan pengendalian penggunaan S-R yang konsisten dan
efektif
d) Regulasi yang bersifat antisipatif dan memberikan kepastian
e) Kelembagaan pengelolaan S-R yang kuat, didukung oleh SDM yang
profesional serta prosedur dan sarana pengelolaan S-R yang memada
Cont’d

Kelembagaan Pengelolaan Frekuensi Radio

• Ditjen Postel ( Dijen SDPPI ) adalah lembaga pengelola S-R yang terdaftar pada
organisasi internasional ( ITU ) sebagai administrasi telekomunikasi, mewakili
negara dalam forum internasional dan regional untuk bidang pengelolaan S-R
( dalam struktur Kominfo yang baru berada pada Ditjen Sumber Daya dan
Perangkat Pos dan Telematika )
• Bertanggung jawab secara sisstematik penggunaan S-R di wilayah republik
Indonesia
• Memiliki aturan nasional dalam pengelolaan S-R ( UU 36/1999 tentang
telekomunikasi, PP 52 dan 53 tahun 2000 dan peraturan teknis lainnya
• Menetapkan frekuensi kepada pengguna S-R, baik terhadap individu maupun
institusi / korporasi, melalui mekanisme lisensi sesuai ketentuan
• Menyiapakan materi yang komprehensif untuk bahan kebijakan pengelolaan S-R
Cont’d

Ruang Lingkup Pengelolaan Spectrum Resources


• Radio Regulations dijabarkan dan dikembangkan menjadi National Master
Plan S-R dalam beberapa jenis layanan komunikasi radio
• Ditjen Postel melakukan penataan dan perencanaan alokasi S-R terhadap
hal-hal berikut :
1. Penyiaran radio dan TV
2. Penyelenggaraan Seluler (cdma, GSM, 3G, LTE)
3. Radio Trunking
4. Broadband wireless access dan Internet access
5. Satelit (C-band, extended C-Band, S-Band, L-Band, Ku-Band)
6. Jaringan mikro ( microwave – link )
7. Keperluan Hankam, Penerbangan, Maritim, Meteerologi, dll,
8. Penetapan standar teknis radio dan frequency plan
Dasar Hukum

Peraturan Internasional:
• Radio Regulation ITU
• Resolusi dan Rekomendasi ITU terkait

Peraturan Nasional
• Undang-undang No. 20 Tahun 1997 Tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak
• Undang-undang No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
• PP. No. 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
• PP. No. 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit
• PP. No. 28 Tahun 2005 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku Pada Depkominfo
• Kepmen No.5/2001 tentang Tabel Alokasi Frekuensi Indonesia
• Permen 17/PER/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Tata cara Perizinan dan Ketentuan
Operasional Penggunaan Spektrum Frkuensi Radio.
• Permen 19 /PER.KOMINFO/10/2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Biaya Hak Pengguanaan Spektrum
Frekuensi Radio
• Perdirjen No. 155/Dirjen 2005 Tentang Standar Operasional prosedur Pelayanan
Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio.
Perencanaan Kebijakan

• Penetapan Kebijakan BHP Berdasarkan Penggunaan Pita


Memaksimalkan Penggunaan S-R
Menerapkan Prinsip Keadilan
Mendorong Peningkatan Penerimaan Negara
Menciptakan Peluang Usaha Yang Menemiliki Skala Ekonomi Tinggi
• Menyediakan Alokasi S-R Untuk Keperluan Jaringan Akses
Memperluas Jangkauan Akses Informasi
Memberdayakan Industri Dalam Negeri Utamanya Industri Manufaktur
Membuka Peluang Usaha
Memberikan Layanan telekomunikasi Dan Penyiaran Yang Kompetitif, dan Memiliki Manfaat
Bagi Masyarakat
• Mengakomodasikan Kanal S –R Untuk Implementasi TV Digital
Meningkatkan Kualitas TV Siaran Terestrial
Peluang Usaha Baru Berskala Nasional Dan Kewilayahan
Memperlancar Diseminasi Informasi Kepada Seluruh Masyarakat Sampai Ke Pelosok
Penataan Frekuensi Seluler

Status Kondisi Eksisting


• Terdapat 11 izin penyelenggara selular / FWA nasional di Indonesia, teknologi CDMA dan
GSM, di pita 450 / 800 / 900 / 1800 / 1900 dan 2100 MHz.
• Pada tahun 2005 – 2007, diadakan penataan frekuensi selular 800 MHz dan 1.9 GHz
bertujuan meningkatkan efisiensi frekuensi selular, memberi kesempatan layanan selular
multimedia global (IMT-2000 / 3G)
• Beberapa kegiatan dilaksanakan:
penyusunan kebijakan dan regulasi penataan frekuensi selular 3G, seleksi / lelang
penyelenggara 3G/IMT-2000 di pita 2.1 GHz, pengenaan tarif BHP pita frekuensi untuk
penyelenggara 3G
• Konversi BHP ISR menjadi BHP pita bagi penyelenggara selular lainnya secara bertahap.
PP 76 tahun 2010 tentang BHP PITA perubahan PP 7 tahun 2009

Hal - hal yang perlu ditindak lanjuti


• Penyesuaian regulasi-regulasi pendukung : PM Unified Access License (konvergensi
Fixed/Mobile).
Penataan Frekuensi BWA

Status Kondisi Eksisting


• Sebelum tahun 2005, telah diberi sejumlah izin penyelenggara selular BWA lingkup
terbatas di berbagai lokasi di Indonesia, dengan berbagai teknologi pita 300 MHz, 1.5 GHz,
2 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 3.5 GHz, 5.8 GHz, 10.5 GHz
• Tahun 2006, di pita 3.5 GHz, Depkominfo telah menetapkan pita frekuensi 3.5 Ghz untuk
komunikasi satelit
• Teknologi BWA pada pita frekuensi 2.3 GHz telah diidentifikasi untuk pengembangan
manufaktur nasional dan USO
• Pita frekuensi 2.4 GHz telah ditetapkan sebagai ijin kelas (tidak dibatasi penggunanya,
tetapi diatur batasan teknis). Trend teknologi WiFi 2.4 GHz ini juga berkembang ke pita
frekuensi lainnya, terutama di 5 GHz.

Hal - hal yang perlu ditindak lanjuti


• Penyelesaian pita 5.8 GHz yang sangat banyak calon penggunanya perlu mendapat
kepastian hukum.
• Pelaksanaan Seleksi Penyelenggara BWA
Penanganan Frekuensi Penyiaran

Status Kondisi Eksisting


• Kondisi perizinan sebelum tahun 2002, diberikan berdasarkan metoda evaluasi (first come
first served), mengakibatkan terlalu banyaknya izin FM dan TV di kota-kota besar
• Ditjen Postel telah menyusun Master Plan Frekuensi FM dan TV UHF Analog pada tahun
2002 dan ditetapkan dalam Keputusan Menteri
• Sejak UU Otonomi Daerah tahun 2000 dan UU Penyiaran 2002, terjadi ketidakpastian
hukum dalam perizinan frekuensi penyiaran, akibat tumpang tindih kewenangan perizinan
(Depkominfo (SKDI & Postel), KPI/KPI-D, Pemda.
• Jumlah permintaan / permohonan izin seringkali melebihi jumlah kanal tersedia, terutama
dikota-kota besar Jawa / Sumatera. Sejumlah Pemda memberikan izin TV/Radio lokal
bahkan di luar master plan frekuensi, menyebabkan kualitas siaran memburuk.
• Belum ada panduan kebijakan arah pembangunan infrastruktur penyiaran yang terpadu
dan dapat memberikan layanan siaran dengan kualitas siaran dan program yang baik bagi
seluruh masyarakat Indonesia
Cont’d

Hal - hal yang perlu ditindak lanjuti


• Pelurusan terhadap kewenangan perizinan, mempercepat proses PP Kewenangan
Pemerintahan Pusat dan Pemda di bidang frekuensi
• Intensif forum rapat bersama Depkominfo dan KPI serta instansi terkait dalam
penyelesaian perizinan
• Perlu disusun bersama kebijakan arah penyiaran sebagai panduan perizinan, agar sesuai
dengan tujuan UU Penyiaran (tidak hanya masalah perizinan saja, tetapi juga mencegah
monopoli kepemilikan, mendorong variasi program, program-program pendidikan, budaya,
persatuan bangsa, dsb)
• Penyempurnaan ketentuan teknis master plan frekuensi penyiaran, termasuk penyiapan
migrasi penyiaran analog ke digital (terutama di pita frekuensi VHF dan UHF)
• Pelaksanaan perundangan secara konsisten
Penataan Frekuensi Pertahanan Dan
Keamanan

Menyiapkan alokasi frekuensi khusus untuk keperluan pertahanan dan


keamanan
 Melalui Migrasi Frekuensi dari kondisi saat ini
• Direncanakan alokasi khusus 438 – 450 MHz, 457.5 – 460 MHz dan 467.5 – 470 MHz
untuk
• Memindahkan Ribuan Pengguna Eksisting ke pita frekuensi lain dengan meminimalkan
biaya penggantian perangkat
• Pelaksanaan transisi migrasi frekuensi s/d tahun 2008 berdasarkan SKB Dephankam dan
Depkominfo
 Alokasi Frekuensi Keamanan tahap ke dua
Migrasi teknologi lama ke teknologi baru trunking yg sudah dialokasikan di frekuensi 800
MHz-an

Sedang dilakukan verifikasi penggunaan frekuensi pertahanan dan


keamanan lainnya bersama-sama instansi terkait.
Penanganan Frekuensi Satelit

Prinsip kerja satelit komunikasi sebenarnya hampir sama atau merupakan stasiun
relay/repeater/ dari gelombang mikro. Transponder yang ada di satelit berfungsi untuk
menguatkan sinyal dan mengubah frekuensinya. Oleh transponder, sinyal tersebut
akan dikirimkan kembali ke stasiun bumi penerima dengan menggunakan frekuensi
kerja yang dinamakan “downlink”

Kelas Frekuensi Satelit Komunikasi

Band Uplink (GHz) Downlink (GHz)

C 5,925 - 6,425 3,70 - 4,20

Ku 14,00 - 14,50 11,70 - 12,20

Ka 27,50 - 31,00 17,70 - 21,20


Agenda

Chapter 1 – Spectrum Resources


Chapter 2 – Pengelolaan Dan Penataan Frekuensi

Chapter 3 – Perizinan Frekuensi


1. Mekanisme Perizinan
2. Sanksi

Chapter 4 – BHP Frekuensi Radio


Perizinan Frekuensi

• Sekalipun frekuensi adalah milik umum, namun karena keterbatasannya


maka diperlukan mekanisme pengaturan.
• Mekanisme pengaturan tersebut ditujukan untuk menjamin penggunaan
frekuensi secara efisien dan efektif, serta untuk mencegah terjadinya
interferensi yang merugikan.
• Mekanisme permohonan penggunaan frekuensi pada prinsipnya
menganut asas first come first served, yang di Indonesia ditujukan ke
Ditjen Postel di Kementerian Komunikasi dan Informasi:
Mekanisme Perizinan

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme


perizinan frekuensi di Indonesia :

• Setiap permohonan yang masuk akan dilakukan analisis terhadap database


frekuensi eksisting melalui prosedur clearance frequency.
• Jika frekuensi tersebut belum dipakai dan sesuai dengan peruntukannya,
administrasi negara akan melakukan proses Penunjukan (Assignment) dan
penetapan dalam database frekuensi yang dimilikinya.
• Administrasi negara lalu melaporkannya kepada Radio Regulation Board (RRB)
untuk dicatat dalam Daftar Induk Frekuensi International (Master International
Frequency Register)
• Setiap pencatatan diberikan kode dengan istilah call sign atau tanda panggil.
• Penggunaan frekuensi memiliki batas waktu yang dapat diperpanjang.
Cont’d

Mekanisme perizinan penggunaan spektrum frekuensi tidak hanya


mengatur alokasi frekuensi yang dapat dipergunakan, namun juga
meliputi

• Kualitas dari alat-alat telekomunikasi yang digunakan (sesuai standar


yang ditetapkan masing-masing negara dengan mengacu standar ITU
yang direkomendasikan oleh CCITT).
• Klasifikasi / spesifikasi teknik dari alat-alat telekomunikasi yang
digunakan.
Data ISR Dalam Database Ditjen
Postel

Data Sebelum Th. 2011 Penerbangan Stasiun Bumi


0.39% 0.46%
Maritim
2.14% Stasiun Satellite
0.02%

Public Mobile Radio


30.27%

Microwave link
43.52%

Non GSM (IS95 & AMPS)


0.62%

Trunked radio
0.47%

Lain2 (Taxi, Paging


radio, dsb.)
0.26%

GSM/DCS (Seluler)
20.67%
Siaran TV Digital DVB-T Siaran FM
0.00% 0.55%
Siaran TV Analog
0.34% Siaran AM
0.30%
Sanksi

• Setiap Pelanggaran Terhadap Ketentuan Dalam Lisensi Dapat Dikenakan


Sanksi
• Sanksi Dapat Berupa Sanksi Administratif, Sanksi Perdata Maupun
Sanksi Pidana
• Sanksi Diterapkan Sesuai Dengan Aturan Perundang-undangan Yang
Berlaku
• Sanksi Dapat Dikenakaan Baik Terhadap Individu Maupun Instansi /
Korporasi
• Lembaga Yang Terkait Berwenang Menilai Dan Mengambil Tindakan
Hukum Terhadap Pelanggaran Ketentuan Dalam Lisensi
Agenda

Chapter 1 – Spectrum Resources


Chapter 2 – Pengelolaan Dan Penataan Frekuensi
Chapter 3 – Perizinan Frekuensi

Chapter 4 – BHP Frekuensi


1. BHP ISR (Ijin Stasiun Radio)
2. BHP Pita
BHP Frekuensi Radio

Perbandingan BHP ISR VS BHP Pita

BHP ISR BHP Pita


1. Memerlukan pengendalian/pengawasan 1. Memberikan kepastian pembayaran BHP
yang kompleks oleh regulator, sehingga Frekuensi bagi Penyelenggara
biaya manajemen spektrum menjadi tinggi 2. Mendorong percepatan dan peningkatan
2. Tidak mendorong pemanfaatan frekuensi kualitas layanan melalui optimalisasi
yang optimal jaringan
3. Tidak mendorong penyelenggara dalam 3. Mendorong pertumbuhan usaha sektor
mempercepat pembangunan dan perbaikan telekomunikasi
kualitas jaringan 4. Mendorong penggunaan spektrum secara
4. Beban BHP frekuensi bagi penyelenggara efektif dan efisien
yang cepat membangun akan terus naik 5. Memudahkan manajemen spektrum
sesuai pertumbuhan BTS/pemancar, termasuk dalam hal pengawasan
sehingga suatu saat BHP frekuensi menjadi penggunaan spektrum frekuensi di
faktor yang memberatkan kewajaran pola lapangan
bisnis bagi penyelenggara
BHP Frekuensi ISR

BHP Frekuensi berdasarkan ISR:


Lebih cocok untuk komunikasi titik ke titik (non-akses)
• Plus :
Merupakan insentif bagi penyelenggara baru
Terdapat kenaikan BHP Frekuensi seiiring dengan penambahan layanan dan penggunaan
frekuensi
Tidak perlu mengganti formula dan software yang sudah tersedia

• Minus :
Perhitungannya cukup rumit dan kompleks
Tidak mendorong pemanfaatan spektrum secara maksimal oleh operator
Operator dapat ‘menguasai’ spektrum tanpa membangun dan tanpa kewajiban pembayaran
Susah menghitung jumlah BTS Seluler yang semakin banyak, dan bervariasi (membuka
peluang operator untuk tidak melaporkan jumlah BTS yang sebenarnya)
Tidak fleksibel bagi operator seluler yang perlu mengkonfigurasi ulang jaringannya setiap
periode tertentu untuk meningkatkan kualitas layanan
Cont’d

 Dasar Hukum
PP 07 tahun2009 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Departemen Komunikasi Dan Informatika)
 Perhitungan BHP Frekuensi
 Berdasarkan stasiun radio (penggunaan kanal)
 Berdasarkan penggunaan pita frekuensi radio
 BHP Frekuensi berdasarkan stasiun radio dihitung berdasarkan formula :

((Ib x HDLP x b) + (Ip x HDDP x p))


BHP Frekuensi (Rupiah) =
2

 HDDP : Harga Dasar Daya Pancar


 HDLP : Harga Dasar Lebar Pita
 p : daya pancar (EIRP) (dBm)
 b : lebar pita yang digunakan (kHz)
 Ib : indeks lebar pita
 Ip : indeks daya pancar
BHP Frekuensi Pita

BHP Frekuensi berdasarkan Pita:


Sejak 2006 diterapkanuntuk pita 3G
2010 diterapkan untuk penyelenggaraan jaringanakses (seluler/BWA/F WA)
• Plus :
Mendorong pemanfaatan spektrumsecara efisien oleh operator
Mendorong peningkatan kualitaslayanan oleh operator
Lebih transparan dan fair
Perhitungan tagihan lebih sederhana
Mudah diverifikasi
Mempermudah pengawasan dan pemantauan
Memberikan kepastian bagi perencanaan operator

• Minus :
Penambahan nilai BHP pada titik tertentu akan cenderung stabil
Sulit untuk menentukan nilai ekonomis yang sebenarnya (jika terlalu mahal akan
menghambat pertumbuhan layanan tetapi jika terlalu murah akan tidak menguntungkan
negara)
Perlu proses transisi yang hati-hat idan cermat dari formula lama
Cont’d

 Dasar Hukum
Ditetapkan dengan PP no 67 tahun 2010 sebagai perubahan tentang PP 07 tahun
2009
 Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka formula dasar dalam menghitung
BHP PITA adalah sebagai berikut :

BHP Pita (Rupiah) =


(N x A) x P x B x C

 P : indeks harga per MHz untuk setiap pita frekuensi (Rp. / MHz),
 B : Bandwidth yang diberikan dalam izin (MHz),
 C : Coverage, populasi penduduk dalam cakupan wilayah
 N : Normalisasi,’A = Penyesuaian (Adjustment) untuk kasus tertentu.
Penerapan BHP Pita

• Tahap awal memperhitungkan total BHP PITA (Biaya Penggunaan Pita


Spektrum Frekuensi Radio)

• BHP PITA akan diberlakukan untuk penggunaan pita spektrum secara


eksklusif khususnya penyelenggaraan bergerak seluler dan FWA konversi
eksisting 2G di 1800, 900 dan 850 MHz , dengan referensi harga hasil
auction 3G di 2.1 GHz

• Dengan penyesuaian index konsumen , tarif BHP akan menjadi tetap secara
realterms.

• Izin BHP PITA akan memberikan fleksibilitas kepada industri untuk


memperluas pembangunannya maupun meningkatkan kualitas layanannya.

• Masa transisi dalam penyesuaian BHP ISR ke BHP Pita ditetapkan dalam
jangka waktu 5 tahun. Dengan demikian penyesuaian BHP frekuensi yang
harus dibayarkan tidak akan mengalami perubahan secara drastis, baik
yang mengalami peningkatan maupun yang mengalami penurunan BHP
frekuensi.
Harapan Pengelolaan Frekuensi Radio

 Pengelolaan spektrum frekuensi nasional dapat disejajarkan dengan pengelolaan


spektrum frekuensi di negara maju , seperti FCC (USA), ACMA (Australia),
MPHPT (Jepang), DOC (Canada).

 Untuk negara sebesar Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan
penetapan frekuensi lebih dari 100.000 ISR, maka dibutuhkan staf yang
profesional (expert)

 Keterpaduan pekerjaan operasional dan penanganan yang bersifat spesialis akan


memperkuat pengelolaan spektrum frekuensi radio.

 Pengelolaan spektrum frekuensi radio yang kuat akan menyebabkan:


 Pendapatan Negara bertambah, dari sisi pajak dan non pajak (PNBP)
 Memberikan dampak ekonomi yang berlipat (multiplier effect)
 Memberikan kesempatan bagi usaha bidang telekomunikasi berbasis wireless

 Efisiensi penggunaan spektrum, akan menyebabkan efisiensi bidang


telekomunikasi dan memberikan dampak berlipat (multiplier effect) terhadap
pembangunan nasional, dan akan semakin meningkatkan daya saing Indonesia
Penutup Perkuliahan

Mahasiswa telah dapat memahami dan


menjelaskan tentang :

• Spectrum Resources
Klasifikasi Dan Karakteristik Frekuensi
• Pengelolaan dan Penataan Frekuensi
Dasar Hukum, Kelembagaan, Dan Penataan Frekuensi
• Perizinan Frekuensi
Mekanisme Perizinan Dan Sanksi
• BHP Frekuensi
BHP Frekuensi ISR dan BHP Frekuensi Pita

Anda mungkin juga menyukai